informan “Fitri Megawati” mengatakan: “gue kadang masih suka ninggalin sholat, apalagi kalau gue dah nongkrong sama temen-temen gue, bisa lupa
semuanya….he”.
43
Seperti yang dikatakan seorang informan “Arini” mengatakan: “saya bisa rajin beribadah kalau ada di kampus saja, abis ga enak sama kawan-kawan yang
pada melakukan ibadah bersama-sama”.
44
Jadi dari beberapa informan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang di wawancarai, mereka masih belum bisa menjalankan perintah yang
mewajibkan mereka untuk melakukan ibadah, ibadah yang kadang mereka lakukan hanya semat-mata karena tuntutan dari lingkungan yang mau tidak mau
mereka mengerjakan tanpa dari kesadaran pada diri mereka sendiri.
3. Dimensi pengetahuan
Dalam memahami dimensi pengetahuan kita harus melihat dari latar belakang dan pola fikir individu tersebut, karena latar belakang seseorang akan
menjelaskan pribadi seorang individu. Karena sudah banyaknya mahasiwi yang datang dari sekolah umum seperti SMU,SMK, dll yang menjadikan kurangnya
pemahaman agama, seperti yang di katakan beberapa informan : “Sherra Emaretha” mengatakan:
“Saya berbusana muslim hanya dilingkungan kampus saja, karena saya masih belum mampu untuk menjalankan perintah agama, atau masih belum berniat”.
45
43
Wawancara dengan “Fitri Megawati”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008
44
Wawancara dengan “Arini”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008
Ia berprilaku seperti itu karena hanya tuntutan kampus yang mewajibkan berbusana muslim dilingkungan kampus, dan kesadaran untuk berbusana muslim
masih belum mampu menjalankannya. Seperti yang diungkapkan “Dian Rahmadani”mengatakan: “Gue untuk memakai busana muslim masih merasa
canggung, karena gue masih suka menggunakan busana yang terbuka dan terlihat sexy,tapi nanti pasti gue bakal tobat dan mau berbusana muslim.he….he…..”.
46
Hal ini dapat disimpulkan bahwa beberapa dari mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah masih terpengaruh pergaulan bebas anak sekarang, yang menjadikan
mahasiswi berprilaku seperti itu.
4. Dimensi pengamalan konsekuensial
Dimensi konsekuensial adalah perbuatan kebaikan sebagai perwujudan dari keimanan dan ibadah daam bentuk nyata atau manifestasi ajaran agama dalam
kehidupan bermasyarakat. Manusia selalu mempunyai dua aspek, yaitu aspek yang pertama yang
bersifat yang hubunganya dengan tuhan dan hubungan dengan manusia. Pada dimensi ini menyangkut sejauh mana seseorang dalam berprilaku yang di latar
belakangi oleh ajaran agamanya. Membantu sesamanya adalah salah satu contohnya, dimanapun dan kapanpun membantu adalah kewajibam kita terhadap
sesama manusia, karena semua agama pasti mengajarkan kepada semua umatnya untuk membantu.
45
Wawancara dengan “Sherra Emaretha”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008
46
Wawancara dengan “Dian Rahmadani”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008
Menurut “Rhaviqah”: “kalau teman saya ada yang suka meninggalkan ibadah ataupun sholat, pasti saya akan mengingatkannya, supaya mereka tidak menyia-
nyiakan kewajiban bagi wanita yang memang sudah berkewajiban untuk melaksakannya, tapi kalau mereka tetap tidak melaksanakannya, yang penting
saya sudah mengingatkannya”.
47
Dan seperti yang di katakan informan lainnya, seperti “Siti Muhtalifah” mengatakan: “ saya akan mengingatkan kawan-kawan saya yang masih belum
mengerti tentang manfaat dari menjalankan perintah dan menjauhkan larangan Allah SWT, karena kita sesama umat islam harus selalu mengingatkan satu
dengan yang lainnya”.
48
Menurut mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan berprilaku baik dengan cara mengingatkan satu sama lain akan mencerminkan nilai positif
dalam dirinya, karena mengingatkan sesama umat Islam adalah kewajiban kita bersama. Dalam agama Islam seorang muslimah wajib mengingatkan wanita atau
muslimah lain, agar tidak terpengaruh dengan pergaulan bebas yang memang sekarang ini sudah merajalela dalam prilaku remaja yang keluar jalur atau batas
dari ajaran Islam, karena di jaman modern ini sudah banyaknya media-media yang memperlihatkan pergaulan barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
47
Wawancara dengan “Rhaviqah”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008
48
Wawancara dengan “Siti Muhtalifah”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 23 April 2008
C. GAYA BERBUSANA MUSLIM SEBAGAI REFLEKSI PRILAKU