Gaya berbusana muslim sebagai manivestasi prilaku sosial keagamaan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gaya Berbusana Muslim Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial
Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mancapai Gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos)
Oleh:
Andre Jonery NIM. 203032202151
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYRIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
(2)
Gaya Berbusana Muslim Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial
Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mancapai Gelar Sarjana Sosiologi (S.Sos)
Oleh:
Andre Jonery NIM. 203032202151
Dibawah Bimbingan:
Dr. Yusron Razak, MA NIP. 150 216 359
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI AGAMA FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYRIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(3)
Pengesahan Panitia Ujian
Skripsi yang berjudul “Gaya Berbusana Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Jakarta” telah di ujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 24 Juni 2008, skripsi ini telah diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Jurusan Sosiologi Agama Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Program Strata Satu (S1).
Jakarta, 24 Juni 2008 Sidang Munaqosyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Drs. H. Harun Rasyid, M Ag Drs. H. Rifqi Muchtar, MA NIP. 150 232 921
NIP. 150 282 120
Penguji I Penguji II
Dr. M. Amin Nurdin, MA Joharotul Jamilah, Msi NIP. 150 232 919 NIP. 150 282 401
Pembimbing
Dr. Yusron Rozak, MA NIP. 150 216 369
(4)
KATA PENGANTAR
ALHAMDULILLAH, Puji syukur atas kehadirat-Mu ya Allah, atas segala nikmat karunia yang telah Engkau berikan, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW berserta keluarga, dan sahabatnya.
Melalui proses yang panjang dan perjuangan, akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini merupakan pengalaman yang tidak terlupakan dalam kehidupan Penulis.
Bimbingan dan bantuan berbagai pihak yang sangat berharga dalam penyelesaian skripsi maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Dr. Amin Nurdin, MA, serta seluruh jajaran stafnya, kemudian rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh dosen yang telah memberikan kemanfaatan yang tidak lekang.
2. Dr. Yusron Razak, MA selaku bimbingan yang berkanan bersabar dan meluangkan waktunya untuk banyak hal yang berarti bagi Penulis.
3. Drs. Harun Rasyid, MA, selaku direktur ekstensi dan Drs. A Rifki Muchtar, MA selaku sekretaris ekstensi berserta jajaran staff yang telah memberikan kemudahan dan membantu kebutuhan administrasi selam penulisan ini.
(5)
5. Papa dan Mama saya yang tercinta Hasan Basri dan Asnah Hasan Basri yang selama ini telah bersabar dan setiap memberikan kasih sayangnya, sehingga penulis dapat menyelasaikan skripsi ini atas kekuatan cinta MAMA dan PAPAqu yang tercinta.
6. Adik dan Kakakqu Della, Kak Cici, dan Kak Betha yang setiap hari menghibur dan memberi semangat kepada penulis di setiap saat, penulis sayang dan cinta kepada kalian semua.
7. Teman- teman kampus yang selalu ada menemani penulis dan semua yang cinta dan sayang kepada penulis. Gw ga bakal lupa sama kalian semua. 8. Kepada informan yang rela memberikan waktunya untuk diwawancarai,
teriama kasih atas bantuannya.
9. Sahabat setiaqu canda yang selalu memberi semangat kepada penulis dan memberi kehangatan di hati penulis, qu akan selalu mengingatmu.
10.Thank banget buat Romie yang selalu bantu dan menemani penulis, dan selalu memberi semangat kepada penulis.
11.Teman-teman seperjuangan Sosiologi Agama Angkatan 2003, semoga kalian semua menjadi yang lebih baik lagi.
Akhirnya, harapan penulis semoga atas segala bantuan dan perhatian yang diberikan mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
(6)
Amin…….semoga semua aktivitas yang kita kerjakan mendapat Ridho dan di berikan kemudahan dan menjadi ibadah.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, Mei 2008
(7)
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR……… BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah……….…………1
B. Batasan dan Rumusan Masalah……….……….…5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………...…..….…….5
D. Metodologi
Penelitian……….………...6 E. Sistematika
Penulisan……….….……...9
BAB II KAJIAN TEORITIS B. Busana Muslim
1. Busana Dalam Pandangan
Islam……….1 2
2. Ciri-ciri
Busana……… ………..16
(8)
3. Busana Dalam Kajian Sosiologi………
…..17
4. Peranan Busana Muslim Dalam Mengubah
Prilaku……....………20
C. Prilaku Sosial Keagamaan
1. Pengertian Prilaku
Sosial………...…… ……..21
2. Pengertian Prilaku
Keagamaan……… ………23
3. Pengertian Prilaku Sosial
Keagamaan………....………. 27
4. Bentuk-bentuk Prilaku Sosial
Keagamaan…………...…………...28
BAB III GAMBARAN UMUM MAHASISWI UIN JAKARTA
A. Latar Belakang
Pendidikan………..…..…30
B. Latar Belakang
(9)
C. Latar Belakang Sosial Budaya………...………35
D. Latar Belakang
Keberagamaan………..………36
BAB IV GAYA BERBUSANA MUSLIM MAHASISWI UIN JAKARTA DAN MANIVESTASI PRILAKU SOSIAL KEAGAMAANNYA
A. Gaya Berbusana Muslim Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta…..………..…… 38
B. Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta...…….……… 41
C. Gaya Berbusana Muslim Sebagai Refleksi Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta…...…………47
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………..…..………
52 B.
Saran-saran………..……..……53 DAFTAR PUSTAKA
(10)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam hidup di dunia ini, kita sebagai manusia tidak bisa lepas dari agama dan kehidupan sosial. Allah menciptakan manusia sebagai permulaan dari kehidupan dan lahir keyakinan atas agama dan meluas karena makin bertambahnya manusia, dari perbedaan yang terjadi hanya menjadi variasi-variasi alam belaka, mereka tetap berada dalam realitas maka Islam mengakui semua sebagai suatu kenyataan yaitu realitas.1 Islam menyatakan semua perbedaan karena kelahiran, kedudukan, jabatan, tinggi rendahnya kelas, bumi putera asli, dan asing sebagai manivestasi dari kejahilan semata-mata.
Dalam perspektif sosiologi, agama di pandang sebagai sistem kepercayaan yang mewujudkan dalam prilaku sosial tertentu. Ia berkaitan dengan pengalaman manusia, baik sebagai individu maupun kelompok.2
Sebagaimana diungkapkan diatas , agama merupakan suatu intitusi penting yang mengatur kehidupan manusia. Emile Durkheim mengatakan, bahwa agama adalah suatu sistem yang terdiri tas kepercayaan dan praktek yang berhubungan denagn hal yang suci, dan bahwa kepercayaan dan praktek tersebut mempersatukan semua orang yang beriman kedalam komunitas moral yang dinamakan umat.3
1
Abdul A’la Maududi, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim,( Jakarta, 1976) h. 49 2
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, Penerbit: PT Remaja Rosdakarya Bandung, hal. 53 3
(11)
Agama juga memperkuat norma-norma kelompok, sanksi moral untuk perbuatan perorangan, dan menjadi dasar persamaan tujuan serta nilai-nilai yang menjadi landasan keseimbangan masyarakat.
Peter L. Berger mengatakan bahawa agama sebagai suatu kebutuhan dasar manusia. Karena agama merupakan sarana untuk membela diri terhadap segala kekacauan yang mengancam hidup manusia.4
Dalam kehidupan manusia agama sangat berpengaruh dalam aspek apapun, karena agama sudah sebagai tolak ukur atau acuan dalam kehidupan bermasyarakat. Agama dalam kehidupan manusia sangat mempengaruhi kepribadian dari setiap individu, yang mencerminkan ke dalam perilaku individu itu sendiri. Agama dan manusia tidak dapat dipisahkan, karena mereka selalu terikat dalam berbagai keadaan. Dalam kehidupan manusia juga tidak lepas dari lingkungannya yang didalamnya berhubungan dengan pembentukan suatu kelompok atau golongan, dan kumpulan. Jadi di dalamnya ada hubungan individu dengan individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, yang didalamnya terdapat norma yang mengatur. Norma yang mengatur manusia dengan manusia dan lingkungannya termasuk dalam agama.5
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia membutuhkan sesuatu yang dapat di gunakan dan dapat melindungi tubuhnya, misalnya dengan pakaian. Manusia sudah mengenal pakaian sejak zaman dahulu, bahkan masyarakat primitifpun sudah mengenal pakaian meskipun bentuk dan bahannya masih bersifat sangat sederhana, dan itu hanya sekedar untuk menutupi tubuh dari teriknya matahari dan dinginnya malam. Seiring perkembangan zaman dengan perkembangan ilmu dan
4
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, h. 119 5
(12)
teknologi, bentuk pakaian atau busana yang di gunakan semakin beragam sesuai dengan perkembangan zaman.
Manusia dalam berpakaian tidak hanya untuk di pakai untuk pelengkap penutup tubuh saja, melainkan dari cara berpakaian seseorang bisa melihat posisi seseorang, karena pakaian bisa dijadikan satu bentuk yang mencirikan seseorang dalam aspek apapun, sebagai contoh bila seseorang menggunakan pakian armi atau loreng-loreng, kita bisa mengetahui orang itu memiliki jabatan sebagai orang angkatan atau kita biasa kita sebut militer, dan sebgai contoh kecil yang lainya bila menggunakan sorban dan berpakaian koko, kita bisa mengetahui posisi seseorang tersebut adalah ahli agama atau kyai.
Para ahli sosiologi agama ada yang mempersfektifkan pakaian sebagai bagian dari ritus, dimana ritus ini adalah salah satu bentuk dari aspek agama yang mencerminkan agar seseorang menutup aurat. Ritus atau ibadah adalah bagian dari tingkah laku keagamaan seseorang yang dilakukan secara aktif dan dapat kita amati, seperti cara berpakaiannya.6
Tetapi tidak semua pakaian dianggap ritus, karena tidak semua pakaian bisa dipakai dalam melakasanakan ibadah, jadi hanya pakaian-pakaian tetentu saja yang pantas untuk digunakan dalam beribadah. Sebagai contoh busana muslimah untuk di gunakan dalam menjalankan ibadah bagi orang muslim.7
Membicarakan masalah pakaian yang di gunakan zaman dahulu yang primitif sampai ke zaman yang modern, kita bisa mengaitkan ke dalam aspek agama. Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak bisa lepas dari agama,
6
Elizabeth K Notingham, Agama dan Masyarakat : Suatu Pengantar Sosiologi Agama, (Jakarta; 1997) h. 15
7
Kamanto Sunanto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2000) h.44
(13)
karena agama adalah suatu acuan atau sebagai pedoman dalam menjalankan kehidupan di dunia ini.
Menghadapi realitas yang ada dalam kehidupan kita, tentu cara berbusana putri yang ritus yang biasa kita sebut busana muslimah menuntut bagi perempuan agar mengenakannya sesuai dengan anjuran atau norma-norma dari ajaran agama islam. Dari cara berbusana yang digunakan para mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, apakah sudah mencakup atau sudah memenuhi aturan atau norma dari agama Islam, dan harus di cerminkan kedalam perilaku keberagamaan mahasiswi UIN dalam pergaulan di dalam dan di luar kampus. Disinilah penulis merasa tertarik untuk meneliti dengan judul “Gaya Berbusana Muslim Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat luasnya masalah ini dan untuk memudahkan penelitian ini, penulis membatasi masalah pada :
1. Gaya berbusana mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah dan hubungannya dengan prilaku keagamaan mereka.
2. Mahasiswi yang diteliti hanya mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sedangkan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan gaya berbusana UIN Syarif Hidayatullah dengan prilaku sosial keagamaannya.
(14)
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara gaya berbusana muslim dengan prilaku sosial keagamaan.
b. Bagaimana berbusana mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mempengaruhi kehidupan sehari-hari.
2. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian di harapkan bermanfaat bagi masyarakat luas, khususnya mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pedoman atau bahan rujukan bagi lembaga-lembaga yang membutuhkan sebagai bahan masukan. c. Populasi dan sampel
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sumber data mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun data yang di peroleh berdasarkan data primer dan data sekunder mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang berdasarkan sampel, yang terdiri dari 20 mahasiswi yang diwawancarai dari berbagai fakultas di UIN syarif Hidayatullah Jakarata.
D. Metode Penelitian.
1. Tempat penelitian
Penulis memilih tempat penelitian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan alasan adalah karena penulis sedikit banyak sudah banyak mengenal lingkungan tersebut. Dengan demikian akan membantu penulis untuk mengenal data dan informasi yang berkembang sesuai dengan tema penelitian.
(15)
2. Pendekatan Penelitian.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Lebih spesifik lagi, pendekatan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini akan mengambil study kasus yaitu mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam penelitian yang menelaahnya kepada satu kasus yang dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Beberapa variabel ditelaah dan ditelusuri, termasuk juga kemungkinan hubungan antara variabel yang ada.
Penelitian ini berupa penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan bagaimana hubungan gaya berbusana sebagai manivestasi prilaku social keagamaan mahasiswi UIN sayarif Hidayatullah Jakarta.
Sumber Data:
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sumber data mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun data yang di peroleh berdasarkan data primer dan data sekunder mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yang berdasarkan sampel, yang terdiri dari 20 mahasiswi yang diwawancarai dari berbagai fakultas di UIN syarif Hidayatullah Jakarata.
3. Subjek penelitian
dalam penelitian yang menjadi populasi adalah sebagian mahasiswi UIN syarih Hidayatullah Jakarta. Sedangkan sampelnya adalah 20 mahasiswi UIN sayarif Hidayatulah Jakarta dari beberapa fakultas yang ada, yang didalamnya terdiri dari 10 fakultas. Dari 20 sampel mahasisawa yang diwawancarai, dari setiap fakultas diambil 2 orang yang menjadi informan.
(16)
Dari 10 fakultas yang dijadikan sample, terbagi dalam dari beberapa fakultas, yaitu fakultas ekonomi, sainteck, fakultas dakwah, fakultas ushuluddin dan filsafat, fakultas adab, fakultas syariah, fakultas tarbiah, fakultas psikologi, dan fakultas kedokteran. Sistem pengambilan sampel adalah dengan cara random atau acak, yang artinya siapa saja yang ditemui oleh peneliti pada saat meneliti dan bersedia diwawancarai.
4. Teknik Pengumpulan Data. b. Pengamatan
Teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung secara sistematis terhadap objek penelitian
c. Wawancara
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam atau wawancara tidak berstruktur yaitu luwes, susunan pertanyaan dapat di ubah pada saat wawancara di sesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara.
d. Telaah pustaka yaitu dengan membaca, memahami, dan mengintepretasikan buku-buku, dokumen yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
5. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu pedoman wawancara, tape recorder dan catatan. Pedoman wawancara digunakan agar lebih fokus dalam menggali apa yang menjadi sasaran penelitian. Sedangkan tape recorder digunakan untuk merekam perekatan informan dan buku catatan untuk mencatat hal-hal yang tidak terekam, terlewati, atau tidak jelas.
(17)
6. Tahapan penelitian
a. Persiapan sebelum melaksanakan penelitian, peneliti perlu melakukan survei terlebih dahulu untuk mengetahui informasi dan mencari data tentang berbusana muslim mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan prilaku sosial keagamaan.
Mempersiapkan instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara, tape recorder, dan catatan kecil
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 4 minggu. Pada bulan april 2008.
7. Metode analisis data
Penelitian ini digunakan dengan pendekatan kualitatif, data-data diperoleh melalui wawancara dan pengamatan. Wawancara yang peneliti lakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini bertujuan agar tidak keluar dari permasalahan yang telah dirumuskan.
Sementara pengamatan ditunjukan kepada aktifitas dan prilaku keberagamaan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta didalam dan diluar kampus. Data-data yang terkumpul, kemudian diolah, di analisis, dan disajikan secara deskriptif. Dengan menganalisis 20 mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang diambil secara acak atau random.
(18)
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman dalam penulisan hasil penelitian, penulis membagi pembahasan ini secara sistematis dalam 5 (lima) bab, sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini penulis menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Teoritis
Dalam bab ini diantaranya membahas tentang : Busana Dalam Pandangan Islam, Macam-macam Busana, Busana Dalam Kajian Sosiologi, Peranan Busana Muslim Dalam Mengubah Prilaku.
Prilaku Sosial Keagamaan yang diantaranya adalah Pengertian Prilaku Sosial, Pengertian Prilaku Keagamaan, Pengertian Prilaku Sosial Keagamaan, Bentuk-bentuk Prilaku Sosial Keagamaan.
Bab III : Gambaran Umum Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dalam bab ini diantaranya membahas tentang : latar belakang pendidikan, latar belakang ekonomi, latar belakang sosial budaya, latar belakang keberagamaan.
(19)
Bab IV:Gaya Berbusana Muslim Mahasiswi UIN Jakarta Dan Manivestasi Prilaku Sosial Keagamaan
Dalam bab ini diantaranya membahas tentang : Gaya Berbusana Muslim Mahasiswi UIN Jakarta, Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gaya Berbusana Muslim Sebagai Refleksi Prilaku Sosial Keagamaan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bab V : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir dalam pembahasan tentang “Gaya Berbusana Muslim Mahasiswi UIN Jakarta Sebagai Manivestasi Prilaku Sosial Keagamaan ” yang merupakan kesimpulan dan saran-saran dari penulis. Demikian sistematika yang disajikan penulis dalam memudahkan pengkajian masalah yang akan dibahas.
(20)
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Busana Muslim
1. Busana Dalam Pandangan Islam
Sinonim dari kata pakaian adalah Busana, yang dalam bahasa Arabnya khimar yang berarti tutup atau kain yang menutupi kepala, leher, sampai kedada. Menurut kamus bahasa Indonesia di artikan pakaian sebagai (yang indah-indah), atau perhiasan, serta diartikan pula sebagai pelindung dari cuaca panas dan dingin. Pakaian mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala, dalam hal ini termasuk ;
- Semua benda yang melekat di badan; seperti baju, celana, sarung, dan pakaian panjang,
- Semua benda yang melengkapi pakaian dan berguna bagi si pemakai; seperti selendang, topi, sarung kaki, sepatu, tas, ikat pinggang,
- Semua benda yang di gunakan menambah keindahan bagi si pemakai; seperti, hiasan rambut, giwang, kalung, bros, gelang, dan cincin yang biasa di kenal asesoris.8
Sedangkan busana muslim merupakan pakaian takwa yang terkandung di dalamnya kaidah-kaidah Islam yang berfungsi untuk menutup aurat. Aurat dalam istilah syariat di artikan sebagai bagian tubuh yang wajib di tutup, Islam telah menetapkan aurat perempuan yaitu, keseluruhan anggota badan kecuali wajah, dan ke dua telapak tangan. Setiap individu di perintahkan untuk tidak membuka aurat, dan di larang pula melihat aurat orang lain.
8
(21)
Bagian yang di tutup atau yang wajib di tutup secara otomatis menggunakan pakaian atau busana, yang memang dalam mode mengalami kemajuan atau mengikuti perkembangan jaman.
Allah menganugrahkan manusia dengan nikmat dan karunia yang tak terhingga nilainya, salah satu nikmatnya adalah ia telah mengajarkan kepada manusia tentang pengetahuan tentang berpakaian.
Dalam kehidupan didunia ini, manusia akan selalu menemukan corak dan mode busana, yang selalu berkaitan erat dengan agama, adat istiadat, dan kebudayaan setempat. Karena disetiap tempat memiliki gaya berpakaian yang berbeda-beda, sesuai dengan iklim diwilayahnya, dan didalamnya di pengaruhi ruang dan waktu.
Memang sejak awal di kenal, busana lebih berfungsi sebagai penutup tubuh, dari cuaca dingin dan panas, dan karena perkembangan zaman arti berbusana menjadi lebih meluas sebagai pernyataan lambang status pemakaiannya. Seorang muslimah yang telah mengenakan jilbab, secara tidak langsung jelas menunjukan identitasnya yang konsisten terhadap ajaran agama yang di anutnya.
Apabila membahas sejarah tentang busana, terbukti bahwa busana wanita pada masa keemasan budaya suatu bangsa jauh lebih tertutup, sopan, serta terkesan elegan. Bahkan pada saat itu, busana perempuan Barat menutupi sebagian besar tubuhnya yang di kenal dengan istilah long dress. Di negara Asia umumnya menutupi sebagian tubuhnya malah hampir dari semua busana bagian bawah menutupi mata kaki,contohnya busana kimono Jepang. Tetapi berbusana
(22)
mereka tidak dipengaruhi oleh agama, malainkan karena keadana geografis negaranya yang dingin.
Dalam ajaran Islam, busana bukan semata-mata masalah budaya, namun lebih dari itu karena merupakan tindakan ritual dan sakral yang di janjikan pahala sebagai imbalannya dari Allah SWT. Oleh sebab itu dalam hal pakaian, Islam menetapkan batasan-batasan tertentu untuk perempuan.
Khusus untuk masalah busana muslimah, ia mewakili karakteristik yang lebih luas dan bersifat universal, dalam arti dapat di pakai wanita muslimah di manapun ia berada tanpa membedakan suku atau bangsa, maupun letak geografisnya. Dengan demikian, busana muslimah adalah busana yang abadi yang akan tetap hadir di tengah-tengah revolusi dan perubahan mode busana perempuan.
Dalam masalah busana, al-quran tidak menggunakan satu istilah saja, tetap menggunakan istilah yang bermacam-macam sesuai dengan konteks kalimatnya, yaitu;
- al- Libas yang berarti segala sesuatu yang menutupi tubuh, - at- Tsiyab yang berarti pakaian,
- al- Sarabil yang berarti pakaian pula.9
Di dalam Al quran dan As sunnah tidak di haruskan mengenakan busana muslimah ala Timur Tengah atau ala Asia, karena memang pakaian sifatnya yang universal, sedangkan masalah modenya terserah kepada selera masing-masing pemakai untuk memilih atau menciptakan berbagai kreasi busana, karena
9
(23)
berbusana termasuk dari kebudayaan atau kebiasaan suatu bangsa menurut iklim negerinya, dan di pengaruhi ruang dan waktu.10
Perempuan yang di wajibkan bagi Islam untuk menutup aurat, adalah perempuan yang sudah tiba masa haidnya, seorang wanita tidak di benarkan menampakan anggota badannya terkecuali telapak tangannya, berkaitan dengan ini Imam Ali Ash-Shabuni dalam kitab tafsir Ayatil-ahkam berkata, “firman Allah SWT”, hendaknya mereka menutupi kain kerudung ke dadanya”, yaitu hendaknya kerudung terhampar sampai dada, supaya leher dan dada tidak nampak.11
Tetapi lebih bagus bila diajarkan dari kecil, karena akan menjadi nilai positif bagi anak untuk mengerti arti dari menutup aurat. Dalam Islam menutup aurat adalah bagian dari naluri malu yang ada pada diri setiap manusia, dan juga untuk membedakan antara wanita muslim dan non muslim.
Islam memberikan beberapa kreteria busana muslimah yang sesuai dengan syariat Islam:
- Busana muslimah yang tidak menggambarkan lekuk-lekuk tubuh dan terbuat dari bahan yang tebal,
- Busana yang tidak mencolok, dan tidak menarik perhatian, - Busana yang tidak menyerupai pakaian laki-laki,
- Busana yang tidak menyerupai pakaian orang-orang non muslim atau kafir.12
2. Ciri-ciri Busana Muslim
10
Hamka, Membahas Tentang Soal-soal Islam, (Jakarta: Dharma Caraka, 1985), h. 160- 161 11
Arina Qonita, Jibab dan Hijab, (Jakarta: Bina Mitra Press, 2001), h. 6- 7 12
(24)
Indonesia sebagai negara yang sebagian besar berpenduduk muslim atau menganut agama Islam, yang menjunjung tinggi nilai estetika dalam pergaulan sehari-hari. Dalam Islam di ajarkan begitu banyak hal, dari yang terkecil sampai ke permasalahan yang besar. Berbusana yang baik tentu saja masuk ke dalam sistem ajaran Islam, karena Islam sebagai agama dakwah merupakan suatu sistem yang lengkap sesuai dengan fitrah insani, Agama Islam menuntut seluruh aspek kehidupan manusia dan memberikan pedoman untuk budaya yang setinggi- tingginya agar manusia berbahagia di dunia dan akhirat.13
Sebagai agama universal, Islam merupakan agama yang di bawa oleh Nabi Muhammad SAW, merupakan suatu sistim yang benar. Yang dengan senantiasa menuntut umatnya mulai dari persoalan ringan sampai yang berat, karena Islam sebagai acuan hidup dan pedoman bagi manusia di dunia dan di akhirat.
Perkembangan dunia mode yang menyusun dari suatu pandangan yakni busana muslim, telah mendapat tempat pada kalangan masyarakat. Desain-desain yang inovatif, dan tidak ketinggalan zaman serta lebih pariatif, tidak di nafikan lagi telah memiliki daya tarik tersendiri bagi yang memakainya.
Busana muslim saat ini, telah merambah busana kaum adam di mana sempat terkonsentrasi hanya pada busana muslimah. Bagaimana orang dapat merasakan melalui busana, darinya mampu melahirkan rasa percaya diri yang tinggi umtuk memperteguh identitas dirinya, dimana ia akan mencari busana yang melambangkan status barunya.14
Dalam Al-Quran dan As-Sunnah tidak memberikan batasan tentang bahan yang harus digunakan, dan bentuk yang harus digunakan dalam menutup aurat.
13
Syahrul Amin, Menuju Persaingan Pokok Islam, (Yogyakarta: Salahuddin Press, 1983), h. 29 14
(25)
Karena bentuk pakaian adalah termasuk kebudayaan atau kebiasaan dari suatu bangsa yang di dalamnya di pengaruhi ruang dan waktu tetapi, dalam syariat Islam hanya memberikan krteria busana muslimah, yang di dalamnya termasuk busana yang tidak menggambarkan lekuk tubuh dan terbuat dari bahan yang tebal, tidak mencolok atau menarik perhatian, tidak menyerupai pakaian laki-laki, dan tidak seperti yang di pakai wanita non muslim atau kafir.15
3. Busana Dalam Kajian Sosiologi
Harus di ketahui bahwa pengkajian sosiologi, sosiolog tidak melihat dari pewahyuan yang datang dari tuhan akan tetapi di angkat dari pengalaman konkrit yang dilihat secara fakta yang di kumpulkan dari masa lampau hingga sekarang, jadi pengkajian sosiologi melihat agama dari pengamatan, dan dari pengamatan ini sosiologi baru sanggup memberikan definisi yang deskriptif (penggambaran apa adanya, yang mengungkapkan apa yang di mengerti dan di alami pemeluk-pemeluknya).16
Jadi sosiologi tidak mengartikan agama sebagai suatu ajaran (dogma dan moral) itu sendiri, tetapi agama yang sudah menjadi prilaku kemasyarakatan yang nyata, atau dengan kata lain fenomena sosial, sebagai fakta sosial yang memang terjadi pada masyarakat.
Sosiolog memprediksikan busana muslimah tidak melihat dari agama, melainkan pemakaian busana muslimah di lihat sebagai salah satu bentuk ekspresi yang membentuk kpribadian untuk ketaatan seorang hamba kepada Tuhannya. Karena seorang muslimah memakai pakaian muslim tidak hanya bernilai estesis
15
Syaikh Abu Malik, Panduan Beribadah Khusus Wanita, (Jakarta: Ahmari, 2007), h. 309- 310 16
(26)
tetapi juga bernilai ibadah. Dalam kajian sosiologi pemakaian busana muslimah di lihat sebagai interaksi dan kontruksi sosial, arti pemakaian busana muslimah tidak terjadi begitu saja tetapi melalui proses. Dari proses yang sedang berjalan ketika individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna, dan memutuskan bertindak sesuai makna. 17
Pemakaian busana muslimah di awali dengan proses pengetahuan tentang busana muslimah yang di dapat dari hasil interaksi dengan lingkungan, misalnya dari hubungan keluarga, masyarakat, sekolah, maupun dari media-media ataupun televisi. Pada proses ini manusia memberikan makna dan nilai pada busana muslimah, ini sebagai bentuk simbol keagamaan yang bersumber pada ajaran agama dan memiliki nilai-nilai moral. Tapi pemberian nilai dan makna pada busana muslimah setiap individu berbeda-beda.
Agama adalah salah satu bentuk konstruk sosial yang di mana tuhan, ritual, nilai, hierarki, keyakinan-keyakinan dan prilaku religiusitas menurut sosiologi hanya untuk memperoleh kekuatan kreatif atau menjadi subjek dari kekuatan lain yang lebih ketat dalam dunia sosial.18Dalam kajian sosiologi busana muslimah tidak hanya sebagai sarana ibadah, yang dianggap sakral tetapi memiliki fungsi-fungsi sosial di antaranya:
- Fungsi identitas
Dengan cara ini agama mempengaruhi pengertian individu tentang siapa ia, dan mau apa ia.19 Dengan demikian wanita yang memakai busana
17
Margareth M. Poloma, Sosiologi Kontemporer (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2000), cet. 4, h.261
18
Peter Connolly, Aneka Pendekata Studi Agama, ed, ( Yogyakarta: LkiS, 2000), h. 267 19
(27)
muslimah mempunyai ciri yang melekat pada seorang wanita, dan pada akhirnya menjadi nilai identitas keislaman,
- Fungsi realisasi diri
Perubahan yang mendasar dan lebih cepat, khususnya meninggalkan suatu cara tertentu di ganti dengan cara hidup yang lain,
- Fungsi pelindung
Dalam Islam fungsi pakaian untuk menutupi aurat, tetapi juga sebagai fungsi pelindung dari cuaca dingin dan panas,
- Fungsi kontrol sosial
Karena kerangka acuan pada agama, yang memiliki sanksi-sanksi yang sakral, yang di dalamnya sifatnya memaksa tetapi sebagai acuan individu dalam menjalani kehidupan ini.
4. Peranan Busana Muslim Dalam Mengubah Prilaku
Dalam kehidupan bermasyarakat dan sebagai mahluk sosial. manusia tidak bisa lepas dari agama, karena agama sangat berpengaruh dalam kehidupan bermasyarakat, jadi agama akan selalu terikat dengan manusia dalam berbagai keadaan. Karena dalam ajaran agama ada aturan-aturan atau norma yang secara tidak langsung sifatnya memaksa, yang tercermin dalam pribadi dan prilaku manusia.
(28)
Manusia dalam berpakaian tidak hanya semata-mata untuk menutup tubuh saja, melainkan dari cara perpakaian seseorang bisa melihat atau mencirikan pribadi dan prilaku seorang individu.
Dalam hal ini bisa melihat peranan busana muslimah dalam mengubah prilaku setiap manusia yang telah memakainya, karena dari cara berpakaian muslimah didalamnya di pengaruhi oleh norma dan syariat Islam yang sifatnya memaksa dan menjdi pribadi dari seorang wanita muslim.
Secara teoritis para ahli sosiologi ada yang memperspektifkan pakaian sebagai bagian dari ritus, di mana ritus ini adalah salah satu bentuk dari aspek agama yang mencerminkan agar seseorang menutup auratnya. Ritus atau ibadah bagian dari tingkah laku keagamaan seseorang yang di lakukan secara aktif dan dapat diamati, seperti cara berpakaian.20
Jadi cara berbusana muslimah lahir dari syariat Islam untuk berkewajiban menutup aurat bagi yang sudah haid atau dewasa, dan itu adalah bagian dari agama yang menjadi pedoman dan acuan, sekaligus menjadi identitas wanita muslim untuk membedakan dari wanita non muslim dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi prilaku seorang muslimah secara tidak langsung terikat oleh syariat Islam yang menjadi nilai keimanan bagi individu. Perubahan yang dapat dilihat adalah perubahan yang mecerminkan bentuk busana yang dipakainya, karena cara berbusa seseorang secara tidak langsung mencerminkan perbuatannya. Contonya wanita yang berbusana muslim akan mencerminkan prilaku yang bernilai positif, yang sesuai dengan perintah dan menjauhkan larangan yang dilarang agama.
20
Elizabeth K. Notingham, Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantr Sosiologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997), cet7, h.15
(29)
B. Prilaku Sosial Keagamaan 1. Pengertian Prilaku Sosial
Dalam kamus bahasa Indonesia prilaku dapat diartikan dengan tingakah laku. Tingkah laku juga bisa di artikan suatu perbuatan atau aktivitas, tetapi sosiolog ada yang berpendapat bahwa tingkah laku adalah respon yang berupa reaksi, tanggapan, jawaban, atau balasan yang di lakukan oleh manusia.21
Bila secara langsung mengamati tingkah laku manusia yang berhubungan dengan prilaku social keagamaanya, makadalam meneliti harus melihat dari beberapa aspek, yaitu diantaranya karena tingkah laku itu selalu mengarah kepada suatu tujuan di samping itu terlihat pula adanya semacam kekuatan yang mendorong agar seseorang itu bertingkah laku. Beberapa teori berusaha menjelaskan latar belakang timbulnya tingkah laku, ada yang yang menguraikan dari aspek biologis, misalnya di lihat dari gerakan refleks dan gerakan-gerakan naluriah dan ada pula yang berusaha menerangkannya dari sudut keseimbangan psikisnya. 22
Seperti yang telah di jelaskan di atas, ketika kita bertingkah laku maka setiap individu pasti mempunyai semacam kekuatan yang mendorong individu untuk bertingkah laku, hal ini biasa disebut dengan teori motivasi. Motivasi itu mengandung arti yang berhubungan dengan ketegangan jiwa, ketidakseimbangan atau gerakan-gerakan yang harus dilakukan. Dalam motivasi itu mengandung suatu dorongan dinamis yang mendasari segala tingkah laku individual manusia. Motivasi dalam pengertian tersebut merupakan tenaga kejiwaan yang dapat
21
Ramayulis, Pengantar Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, !997), h. 83 22
(30)
membangkitkan manusia dalam memperjuangkan hidupnya. Ahli psikologi yang bernama Sigmund Freud mengartikan motivasi berdasarkan instink, yaitu manusia bertingkah laku menurut dua macam dorongan, yaitu dorongan untuk bertahan hidup dan dorongan untuk mati.
Maka bila seseorang mengabdikan dirinya untuk seseorang dengan cara untuk kepentingan orang lain dengan cara menemukan atau menciptakan hal-hal yang baru yang bermafaat bagi yang lainnya, maka dia termasuk dalam dorongan insting untuk hidup, tetapi bila ia melakukan yang sebaliknya dengan cara merusak dan merugikan yang lainya, maka ia dalam dorongan insting untuk mati.
Oleh karena itu dorongan itu harus di kontrol oleh kekuatan lain yang dapat mengarahkan jalannya dalam kehidupan bermasyarakat. Pada umumnya tingkah laku dilatar belakangi oleh adanya kebutuhan dan di arahkan pada pencapaian suatu tujuan, dengan demikian suatu kebutuhan dapat terpenuhi dan kehendak terpuaskan.
Dari sini terlihat bahwa prilaku sosial adalah sebagai tindakan manusia yang mempunyai maksud subjektif bagi dirinya. Suatu tindakan baru dinyatakan sebagai prilaku sosial apabila arti subjeknya di hubungkan dengan individu lainnya.23
Menurut Sosiolog yang benama Max Weber berpendapat bahwa tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu-individu lainnya dalam masyarakat 24
2. Pengertian Prilaku Keagamaan
23
Arifin, Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 63-64 24
(31)
Dalam pengertiana prilaku sebelumnya telah dijelaskan oleh beberapa ahli sosiolog, sedangkan dalam kamus bahasa Indonesia di sebutkan bahwa tingkah laku itu sama artinya dengan perbuatan atau perangai ataupun kelakuan. Prilaku sosial keagamaan itu sendiri mengandung arti yaitu segala aktifitas manusia dalam kehidupan bermasyarakat di dasarkan atas nilai- nilai agama yang di yakininya, dan prilaku keagamaan tersebut merupakan perwujudan dari rasa dan jiwa keagamaan berdasarkan kesadaran dan pengalaman seseorang yang ada pada dirinya sendiri.
Dalam prilaku keagamaan, agama sangat berkaitan sekali dengan kehidupan batinnya, oleh karena itu kesadaran keagamaan dan pengalaman agama seseorang banyak menggambarkan sisi- sisi batin dalam kehidupan yang ada kaitannya dengan sesuatu yang sakral. Dari hasil pengalaman agama inilah yang menjadikan prilaku keagamaan yang di ekspresikan oleh seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Prilaku keagamaan itu sendiri pada umumnya di dukung oleh adanya suatu sikap keagamaan yang merupakan keadaan yang pada diri seseorang.
Dalam mengkaji prilaku keagamaan seseorang, harus melihat dari beberapa faktor yang memang mempengaruhi keagamaan manusia itu sendiri, seperti faktor lingkungan ,biologi, psikologi rohani, unsur fungsional, unsur asli atau fitrah yang di karuniai oleh tuhan. Oleh karena itu agama sangat berperan sekali dalam mencari hakikat yang terdalam mengenal fitrah, takdir, kematian, hidayah, taufik, keimanan, malaikat, roh, dosa, jiwa, dan realitas non empiris ataupun rohaniah.25
25
(32)
Dalam mengkaji prilaku keagamaan para psikologi memberikan beberapa aliran, di antaranya aliran humanistik, aliran behaviorisme, dan aliran psikoanalisa.
Pertama aliran humanistik dalam mengkaji prilaku beragama, tokoh yang di ambil dalam kelompok ini adalah Abraham Maslow yang mengatakan semua manusia memiliki perjuangan atau kecendrungan yang di bawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Jadi kita didorong oleh kebutuhan- kebutuhan yang universal yang di bawa sejak lahir, yang tersusun dalam suatu tingkat dari yang paling lemah sampai pada yang paling kuat. Prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri itu yaitu dengan memuaskan empat kebutuhan yang berada pada tingkatan yang paling rendah yaitu kebutuhn fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan memiliki cinta, dan kebutuhan akan penghargaan. Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan menggunakan semua perkembangan yang paling tinggi, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita.26
Pendekatan ini mengakui eksistensi agama, dimana pemenuhan kebutuhan hidup seseorang yang seimbang di landasi dengan harmonisasi hubungannya dengan Tuhannya dan dengan masyarakatnya, karena hal tersebut merupakan inti kebahagiaan manusia dunia dan akhirat. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa prilaku keagamaan manusia muncul untuk menghadapi krisis-krisis yang ada dalam kehidupan manusia itu sendiri. Krisis tersebut menjadi objek perhatian manusia yang sangat menakutkan, betapapun bahagianya seseorang, ia harus ingat akan kemungkinan-kemungkinan timbulnya krisis dalam hidupnya serta banyaknya kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi sehingga manusia butuh
26
(33)
sesuatu untuk memperteguh dan mengkuatkan dirinya. perbuatan yang berupa upacara sakral pada masa krisis merupakan prilaku keberagamaan manusia.27
Aliran behaviorisme merupakan aliran yang diilhami oleh Jhon Broandus Waston dan di gerakan oleh B.F.Skinner. Ia berpendapat bahwa prilaku manusia pada umumnya dapat dijelaskan berdasarkan teori pengkondisian operan (operant conditioning). Yaitu manusia berbuat sesuatu dalam lingkungannya untuk mendatangkan akibat-akibat, entah mendatangkan pemenuhan kebutuhan atau menghindari datangnya hukuman atau pengalaman yang tidak enak. Prilaku keagamaan sebagamana prilaku lainnya, meruapakn ungkapan bagaimana manusia dengan pengkondisian operan belajar hidup di dunia yang dikuasai oleh ganjaran dan hukuman. Jika suatu tindakan seseorang mendapat ganjaran, maka orang tersebut akan semakin sering melakukan tindakan tersebut, semakin bermanfaat hasil tindakan sesorang bagi dirinya, maka semakin besar tindakan tersebut diulang.28
Terakhir aliran psikoanalisasi yaitu Sigmun Freud, menerangkan manusia dengan teori tentang struktur kpribadian manusia. Tiga komponen kpribadian yang termasuk dalam struktur kpribadian manusia yaitu Id, Ego, dan Superego. Ketika manusia di lahirkan ia hanya memiliki Id atau dorongan-dorongan yang minta dipuaskan. Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah superego dalam diri manusia, superego adalah nilai-nilai luhur yang diterima individu dari lingkungannya. Antara Id dan Superego selalu muncul pertentangan, Id mewakili kepentingan pribadi sedangkan superego mewakili norma-norma masyarakat. Untuk mengatur mekanisme di antara keduanya, maka berperanlah ego. Dalam
27
Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), h.27 28
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,1992), h. 67
(34)
kaitanya dengan prilaku keagamaan, Freud melihat bahwa agama itu adalah reaksi manusia atas ketakutannya sendiri. Dalam buku totem dan tabu Freud mengatakan bahwa tuhan adalah refleksi dari Oedipus Complex kebencian kepada ayah yang dimanifestasikan sebagai ketakutan pada Tuhan, Freud mengatakan bahwa agama dalam ciri-ciri psikologisnya adalah sebuah ilusi, yaitu kepercayaan yang dasar utamanya adalah angan-angan. Manusia lari kepada agama karena disebabkan oleh ketidakberdayaanya menghadpi suatu bencana.
3. Pengertian Prilaku Sosial Keagamaan
Manusia dalam pertumbuhannya sering terpengaruh oleh lingkunganya dimana ia hidup dan dibesarkan. Manusia tidak bisa hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya, oleh sebab itu manusia sering disebut mahluk sosial. Kemudian manusia sebagai mahluk sempurna karena sejak lahir telah di berikan bekal fitrah oleh Tuhan yaitu perasaan keagamaan, sehingga dengan demikian manusia sering disebut mahluk beragama, dengan demikian prilaku keagamaan tidak bisa lepas dari pengaruh masyarakat dan alam sekitarnya.
Prilaku sosial keagamaan itu sendiri mengandung arti prilaku atau tindakan manusia yang bersifat keagamaan. Prilaku manusia yang bersifat keagamaan tersebut dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi yaitu cipta, rasa, dan karsa.
Cipta (reason), yang merupakan fungsi intelektual manusia. Melalui cipta seseorang dapat menilai dan membandingkan, dan selanjutnya memutuskan suatu tindakan terhadap stimulan tertentu. Fungsi kedua adalah rasa, yang merupakan suatu tenaga dalam jiwa manusia yang banyak berperan dalam membentuk
(35)
motivasi dalam corak tingkah laku seseorang, dan fungsi ketiga adalah karsa yaitu yang menimbulkan amalan-amalan atau praktek-praktek keagamaan yang benar dan logis.
4. Bentuk-bentuk Prilaku Sosial Keagamaan
Dalam pengertian prilaku sosial keagamaan diatas, sudah di kaji dalam bentuk kajian teoritis, oleh karena itu kita kita harus mengartikannya dalam bentuk-bentuk prilaku sosial keagamaanya, jadi dalam bentuk prakteknya. Pengertian prilaku sosial keagamaan diartikan sebagai suatu tindakan yang bersifat keagamaan, tapi sifat manusia yang bersifat keagamaan tersebut dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga fungsi, yaitu cipta, karya, karsa yang sudah di jelaskan dalam bab sebelumnya.
Karena prilaku sosial keagamaan dipengaruhi oleh ketiga tersebut, maka dari sini bisa melihat dan menilai hasil dari bentuk-bentuk prilaku sosial keagamaan tersebut. Bentuk-bentuk prilaku sosial keagamaan tersebut bisa dilihat dari cara orang tersebut bertindak sesuai dengan pengalaman-pengalaman keagamaan yang menjadikan kebiasaannya atau menjadi pribadi individu itu sendiri.
Bentuk-bentuk prilaku sosial keagamaan dapat dicontohkan contohkan seperti saat individu bertindak atau bertingkah laku sesuai dengan norma-norma agama yang telah menjadi acuan dalam kehidupannya, seperti saat individu berbicara yang sopan, atau bertingkah laku yang sopan sesuai dengan ajara agama yang telah mendarah daging dalam dirinya dan sesuai dengan pengalaman keagamaanya.
(36)
Jadi bentuk-bentuk prilaku sosial keagamaan adalah semua prilaku atau tindakan yang di pengaruhi oleh hasil pengalaman keagamaan yang melahirkan tindakan yang sesuai dengan norma agamanya, baik itu dalam segi keseluruhannya ataupun dari prilaku sehari-hari mereka. Religiusitas atau keberagamaan diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan manusia, dengan demikian agama dapat berperan positif terhadap prilaku seseorang. Misalnya mengungkapkannya bahwa keyakinan dan praktek agama yang baik dapat menuntun seseorang muslimah untuk berprilaku positif, menolong dan memberikan kasih sayang.
(37)
BAB III
GAMBARAN UMUM MAHASISWI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. Latar Belakang pendidikan
Saat ini terdapat sekitar kurang lebih 20.000 mahasiswa UIN Jakarta dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ketika UIN Jakarta masih bersetatus Institut Agama Islam Negeri atau yang biasa kita kenal dengan sebutan IAIN Jakarta, sampai tahun kuliah 1975, IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki 9 fakultas, empat fakultas (Tarbiyah, Adab, Ushuluddin, Syariah) di Jakarta, dan dua fakultas (Tarbiyah, Syariah) di Serang, dan dua fakultas (Tarbiyah, Ushuluddin) di Cirebon, dan satu fakultas (Tarbiyah) di Singkawang. Tetapi setelah itu untuk memajukan mutu, semua fakultas itu disatukan atau digabung di Jakarta dan ditambah satu fakultas, yaitu fakultas kedokteran. Jadi UIN syarif Hidayatullah memiliki 10 fakultas yang tersedia. Seiring penggantian status IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan perubahan ini berdasarkan keputusan Presiden nomor 31 tahun 2002 tertanggal 20 Mei 2002.29
Perubahan ini secara otomatis berdampak kepada pembangunan kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi berlantai tujuh, atas bantuan Bank Pembangunan Islam (IDB) yang menelan biaya 20 milyar.30
Saat penelitian dilakukan penulis hanya mengambil dua orang dari setiap fakultas, karena fakultas yang tersedia ada 10 fakultas, yaitu fakultas Ilmu
29
Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (Rekaman Media Massa: Humas UIN), h. 137.
30
(38)
Tarbiyah dan Keguruan, fakultas Adab dan Humaniora, fakultas Ushuludin dan Filsafat, fakultas Syariah dan Hukum, fakultas Dakwah dan Komunikasi, Dirasat Islamiah, Psikologi, Ekonomi dan Ilmu Sosial, Saint dan Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, maka informan yang diwawancarai menjadi 20 mahasiswi saja.
Tabel Fakultas UIN Jakarta
NO FAKULTAS JUMLAH MAHASISWI
1 Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 2
2 Adab dan Humaniora 2
3 Ushuluddin dan Filsafat 2
4 Syariah dan Hukum 2
5 Dakwah dan Komunikasi 2
6 Dirasat Islamiyah 2
7 Psikologi 2
8 Ekoomi dan Ilmu Sosial 2
9 Saint dan Tegnologi 2
10 Kedokteran dan Ilmu Kesehatan 2
TOTAL 20
Secara gambaran umum mahasiswi yang telah masuk ada yang datang dari wilayah Jakarta dan sekitarnya, tetapi banyak juga minat yang datang dari luar daerah. Karena banyaknya minat dari mahasiswa yang datang dari luar daerah, dan mereka jauh dari orang tua, maka mereka lebih memilih untuk menetap dan menempati kost-kostan yang telah tersedia di sekitar kampus. Mereka kebanyakan
(39)
dari latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, ada yang lulusan dari SMU, SMK, Aliyah, Pesantren.
Tabel sekolah asal
NO ASAL SEKOLAH JUMLAH
1 SMU 12
2 SMK 2
3 ALIYAH 4
4 PESANTREN 2
TOTAL 20
Karena mereka datang dari tempat yang berbeda dan berlatar belakang pendidikan yang berbeda juga, maka ini akan mempengaruhi pola pikir dan cara bergaul mereka. Seperti yang diungkapkan informan yang bernama “Yanti Pia” mengatakan: “Saya berlatar belakang pendidikan lulusan dari SMU, tapi saya sudah mulai sedikit-sedikit memperdalam pengetahuan agama saya, walau belum semaksimal mungkin tapi saya akan berusaha menjadi muslimah yang sejati yang selalu berpedoman pada nilai-nilai agama Islam”.31
Sejalan dengan informan “Sandra Andriyani” mengatakan: “Walau saya berlatar belakang pendidikan dari SMU, saya mampu dan mengerti mana yang baik dan yang buruk untuk diri saya sendiri”32
31
Wawancara dengan “Yanti Pia”, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 09 April 2008 32
Wawancara dengan“Sandra Andriyani”, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 23 April 2007
(40)
Sependapat dengan “Eli”, mengatakan: memang saya lulusan dari sekolah umum, tapi orang tua saya selalu mengajarkan kepada saya menjadi muslim yang benar atau sejati, dan itu akan selalu saya pegang teguh sampai kapanpun”.33
Dari beberapa pendapat informan yang di wawancarai, pendidikan sangat mempengruhi prilaku seseorang, seperti pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam keluarga,dan pergaulan dapat mencerminkan pola fikir dan cara berprilaku dalam asyarakat, yang tertanam dalam kpribadian.
B. Latar Belakang Ekonomi
Berdasarkan peningkatan jumlah mahasiswa yang Tinggi dari tahun ketahun untuk meneruskan ke perguruan tinggi UIN syarif Hidayatullah Jakarta, menjadikan semakin beragamnya tingkat perekonomian orang tua dari calon mahasiswa yang telah masuk, karena sebagian dari mereka datang dari luar daerah.
Tabel mata pencaharian orang Tua Mahasiswi
NO MATA PENCAHARIAN JUMLAH
1 Wiraswasta 9
2 PNS 4
3 Pedagang 5
4 Petani 2
TOTAL 20
Karena sudah banyaknya mahasiswa yang datang dari Jakarta dan Luar daerah, maka berbeda-beda juga mata penceharian dari orang tua mereka,
33
(41)
sebagian besar karyawan swasta, wiraswasta, PNS, dan yang lainnya. Tapi bila diperhatikan dengan seksama, secara tidak langsung kita bisa menyimpulkan bahwa latar belakang dari ekonomi mereka termasuk dalam ekonomi kelas menengah keatas, karena orang tua mereka dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu universitas yang memang biayanya tidak sedikit. Karena mereka datang dari latar belakang perekonomian yang berbeda-beda maka penulis hanya melihat secara garis besarnya, yang di ambil dengn cara wawancara dan obsevasi.
Dengan peningkatan jumlah mahasiswi dari tahun ketahun, ada yang dari Pesantren, SMU, SMK, dan sekolah yang lainnya, ini akan mempengaruhi latar belakang mereka. Dilihat dari segi ekonomi orang tua mahasiswi UIN Jakarta dapat disimpulkan, mereka termasuk kedalam perekonomian kelas menengah keatas, karena mampu melanjutkan anak-anaknya kejenjang perkuliahan. Walau mata penceharian mereka berbeda-beda, ada yang wiraswasta, pegawai negeri, petani, dagang, buruh, dan yang lainnya, mereka akan berusaha agar anak mereka kelak tidak seperti orang tuanya, karena setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi orang yang sukses dan berguna bagi nusa dan bangsa.
C. Latar Belakang Sosial Budaya
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan sekitar kurang lebih dua puluh ribu mahasiswa yang telah masuk UIN Syarif Hidayatullah, maka latar belakang sosial budaya mereka akan berbeda-beda juga, karena tidak sedikit dari mereka datang dari luar daerah, ada yang dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan yang lainnya. Karena perbedaan latar belakang sosial budaya mereka, dan bercampur dengan kebudayaan yang baru yang ada di kampus, maka ini akan menjadikan percampuran dua kebudayaan, yaitu percampuran kebudayaan baru
(42)
dan kebudayaan lama mereka dalam satu wadah yaitu di kampus. Semua itu akan mempengaruhi cara berpakaian dan pergaulan mereka. Secara langsung kita bisa menilai dengan cara melihat cara berpakaian yang berlandaskan syariat Islam dan ada yang berpakaian sesuai dengan keinginannya tetapi tidak meninggalkan peraturan yang memang sudah menjadi aturan kampus, yaitu berkewajiban dengan menggunakan jilbab.
Meski dalam penelitian peneliti manemukan mahasiswi yang memang masih belum siap menjalankan syariat-syariat Islam, ini karena kurangnya pendidikan agama dalam keluarga dan lingkungannya. Pendidikan dalam keluarga dan pergaulan dalam masyarakat sangat mempengaruhi pribadi seseorang, dan ini mencerminkan kedalam prilaku sosial keagamaanya.
Dalam membahas latar belakang sosial budaya mahasiswi UIN Sarif Hidayatullah Jakarta, penulis akan selalu mengaitkan dengan latar belakang yang lainya, karena satu dengan yang lainnya sangat berkaitan erat sekali. Karena sosial budaya mahasiswi UIN Sarif Hidayatullah Jakarta berbeda-beda, karena sudah banyaknya mahasiwa yang datang dari luar daerah dan mereka membawa kebudayaan mereka sendiri, dan ini akan sangat berpengaruh juga, karena kebuyaan yang ada didaerah sangat berbeda sekali dengan pergaulan yang ada di Jakarta, dan ini akan sangat mempengaruhi prilaku sosial agama mahasiswi UIN Sarif Hidayatullah Jakarta. Seperti informan “Elvi Sari”, mengatakan: “meskipun saya datang dari kampung dan masih baru tinggal disini, saya masih merasa bingung dengan pergaulan anak Jakarta, karena sangat berbeda sekali dengan
(43)
pergaulan saya disana, walau begitu saya akan selalu berpedoman pada nilai-nilai agama saya”.34
D. Latar Balakang Keagamaan
Dari awal penulis telas menjelaskan tentang latar belakang pendidikan, ekonomi, dan sosial budayanya, latar belakang itu semua tidak akan bisa lepas dari agama, karena agama dalam aspek apapun akan menjadi acuan atau pedoman untuk mengartikan mana yang baik dan mana yang buruk dalam bermasyarakat.
Latar belakang keagamaan mahasiswi UIN Sarif Hidayatullah Jakata sudah pasti kita akan mengerti, karena Universitas ini berpedoman atau berlandaskan Islam, jadi sebagian besar mahasiswi yang masuk beragama Islam, dan mereka mengerti sedikit banyak tentang Islam. Tapi meskipun mereka kebanyakan atau mayoritas umat Islam, tapi pola pikir dan latar belakang mereka berbeda-beda, dan ini yang akan mempengaruhi prilaku sosial keagamaannya terhadap cara bergaul dan bertingkah laku. Tidak sedikit dari mereka yang sudah banyak atau sudah mengerti tentang syariat Islam, tetapi mereka tidak menjalankan sesuai ajaran Islam.
Meski secara tidak langsung mahasiswi UIN Sarif Hidayatullah Jakarta mayoritas beragama Islam, tapi cara berprilaku sosial keagamaan mereka berbeda-beda, karena tingkat pengetahuan tentang agama mereka berbeda-beda.
Dalam wawancara dan obsevasi penulis mewawancarai beberapa informan yang mengatakan, walau mereka jauh dari orang tua dan jauh dari pengawasan orang tua, mereka tetap mampu untuk memegang teguh syariat Islam. Ini sependapat dengan “Syifa” yang mengatakan: “meski saya jauh dari orang tua dan
34
(44)
jauh dari pengawasan mereka, saya tetap mampu menjaga diri dan selalu berpedoman pada hukum-hukum Islam dan akan selalu saya pegang teguh”.35
Dan ini sependapat dengan informan yang lainnya seperti “Dalla Shohihah”, mengatakan: “memang saya dekat dengan orang tua, tapi orang tua saya akan selalu mendidik nilai-nilai agama kepada saya agar tidak terpengaruh dengan kehidupan pergaulan bebas anak sekarang, saya bangga punya orang tua seperti itu, dan saya akan belajar sungguh-sungguh untuk membahagiakan kedua orang tua saya”.36
35
Wawancara dengan “Syifa”, mahasiswi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008 36
(45)
BAB IV
HUBUNGAN GAYA BERBUSANA MUSLIM MAHASISWI UIN JAKARTA DAN PRILAKU SOSIAL KEAGAMAAN
A. GAYA BERBUSANA MUSLIM MAHASISWI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gaya berbusana muslim yang dikaji penulis dalam bab ini melihat dari cara berpakaian yang menjadi manisvestasi terhadap prilaku sosial keagamaan setiap individu atau informan. Sekarang sudah sekitar dua puluh ribu mahasiswa yang telah masuk baik dari wilayah Jakarta ataupun dari luar daerah ada yang dari Kalimantan, Jawa, Sumatra, dan yang lainnya. Mereka datang dari sekolah yang berbeda-beda, ada yang dari SMU, Aliyyah, SMK, Pesantren, dan yang lainnya, maka ini akan mempengaruhi dari cara berpakaian mereka terhadap prilaku sosial keagamaanya. Meskipun UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mewajibkan menggunakan busana muslim, tapi banyak dari mereka yang masih belum berniat untuk menggunakan busana muslim, dan mereka mengenakannya hanya di wilayah kampus saja.
Karena mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, ini yang akan sangat berpengaruh dalam cara berpakain mereka. Yang menggunakan busana muslim yang sesuai dengan syariat Islam dengan mengenakan pakaian yang tidak memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh wanita, tetapi ada juga yang masih belum berniat menggunakanya dengan cara-cara yang telah ditentukan Islam, walau berjilbab mereka tetap memakai pakaian
(46)
muslim yang ketat dan tidak terbuat dari bahan yang tebal, sehingga terlihat jelas sekali lekuk-lekuk kewanitaanya.
Perbedaan ini akan sangat terlihat sekali dalam kehidupan kampus, mana yang memang sudah menjalankan syariat-syariat Islam atau mana yang masih belum bisa menjalankan aturan-aturan yang di anjurkan Islam, ini terjadi karena datang dari motivasi dan latar belakang mereka yang berbeda-beda dan pola fikir mereka yang masih belum mampu untuk menjalankan syariat-syariat Islam.
Dari hasil penelitian yang didapat dari beberapa informan, penulis mendapatkan beberapa variasi-variasi cara berbusana muslim mahasiswi UIN Jakarta. Variasi adalah segala ragam atau bentuk yang dipakai sesuai dengan postur tubuh dan tren mode yang sesuai dengan keinginan pemakainya. Dalam Islam tidak melarang seorang muslimah untuk memakai busana muslimah yang sesuai dengan tren mode atau mengikuti perkambangan zaman, tetapi seoarang muslimah harus menekankan pada cara berpakaian yang sesuai dengan syariat Islam, yaitu yang menutup aurat, tidak memperlihatkan lekuk-lekuh tubuh, dan tidak menyerupai wanita-wanita yang non muslim.
Variasi berbusana muslim mahasiswi UIN Jakarta sangat berpariasi, ada yang menggunakan busana muslim kain panjang dari atas sampai bawah atau baju terusan sampai kebawah, ada yang menggunakan busana muslim hanya mengenakan baju kaos lengan panjang dan celana panjang, dan ada juga yang menggunakan rok panjang. Namun sebagian dari mereka ada yang mengikuti tren atau modedalam memakai busana muslimah, sehingga mereka yang seperti itu selalu mencari cara untuk merubah model berbusana muslim yang dipakainya dengan variasi yang bermacam-macam dengan tujuan agar dapat tampil beda dan
(47)
tidak terlihat biasa. Dengan variasi-variasi yang berbeda-beda, beberapa informan seperti, “Syifa” mengatakan: “kalau saya lebih suka menggunakan busana muslimah yang terlihat sederhana, tetapi sesuai dengan ajaran Islam, karena saya tidak suka terlihat lebih mencolok atau menjadi pusat perhatian orang”.37
Sejalan dengan pendapat “Liana”, mengatakan: “sejak saya kecil sudah diajari cara berbusana yang benar, jadi sampai sekarang saya tetap berbusana muslim yang tidak memperlihatkan lekuk-lekuh tubh saya, karena kalau sebaliknya sama saja tidak menutup aurat”.38
Tetapi beberapa informan seperti, “Dian Rahmadani” mengatakan: “saya berbusana muslim karena saya kuliah di UIN Jakarta, jadi saya mengikuti aturan saja, dengan berbusana yang penting menggunakan jilbab”.39
Dari hasil penelitian yang didapat, penulis dapat menyimpulkan dari beberapa mahasiswi UIN Jakarta menggunakan busana muslimah, ada yang berbusana muslim yang mengikuti mode yang sesuai dengan syariat Islam, dan ada pula yang hanya mengikuti aturan yang kampus yang mewajibkan mahasiswi berjilbab, tetapi menggunakan busana yang ketat atau memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhnya. Dalam ajaran Islam, berbusana uslim yang memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh dan tidak menutup seluruh aurat, itu tidak termasuk dalam cara berbusa muslim yang sesuai dengan syariat-syariat Islam.
37
Wawancara dengan “Syifa”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008 38
Wawancara dengan “Liana”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 17 Maret 2008 39
Wawancara dengan “Dian Rahmadani”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 27 May 2008
(48)
B. PRILAKU SOSIAL KEAGAMAAN MAHASISWI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Untuk lebih jelas dalam memahami prilaku sosial keagamaan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, itu semua tidak akan lepas dari latar belakang dan budaya yang dibawa mereka, atau yang sudah menjadi kebiasaan dan mendarah daging dalam diri mereka. Oleh karena latar belakang mereka yang berbeda-beda maka akan sangat terlihat jelas sekali dalam cara berpakaian yang memang akan menjadi refleksitas terhadap prilaku keagamaannya. Prilaku sosial keagamaan seseorang dapat dilihat dari beberapa dimensi, diantaranya:
1. Dimensi ideologi (Keyakinan)
Dimensi ideologi atau keyakinan adalah keyakinan kepada kekuatan yang di anggap dapat menolong manusia dalam musibah atau keyakinan adanya Tuhan YME. Keyakinan ini akan mempengaruhi manusia untuk selalu mematuhi dan menjauhkan larangannya, atau akan selalu berbuat kebaikkan dalam bermasyarakat untuk mendapat pahala dari Tuhan. Dengan demikian agama dapat berperan positif terhadap prilaku, dan ini akan mempengaruhi prilaku sosial keagamaan seseorang.
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, baik dengan cara wawancara atau observasi dengan beberapa mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah diketahui bahwa pemaham agama yang di tinjau dari prilaku sosial keagamaan atau religiusitasnya cukup baik. Seperti yang diutarakan oleh “Della meyvalencia” mahasiswi UIN syrif Hidayatullah Jakarta, mengatakan bahwa: “karena keyakinan kepada tuhan ia akan selalu mengerjarkan apa yang diperintahkan dan akan selalu menjauhi apa yang dilarangnya, salah satunya ia mengerjakan apa yang
(49)
diperintahkan seperti menggunakan busana muslimah yang memang di wajibkan bagi wanita yang sudah akhil baliq oleh agama”.40
Informan lainnya seperti, “Nurlaili Fitria” mengatakan: “bahwa setiap wanita muslimah akan selalu berprilaku baik, dan akan selalu memegang teguh ajaran dari agama Islam”.41
Ditambah oleh “Eliya Rahmawati”, mengatakan bahwa: “kepercayaan atau keyakinan seseorang akan selalu membawa individu tersebut untuk selalu menjaga dan melestarikan kepercayaannya dan akan selalu dituangakan kedalam pribadi yang bernilai positif”.42
Diketahui pula bahwa keyakinan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sangat menjunjung tinggi ajaran-ajaran Islam dan akan selalu berpedoman kepada Al-quran dan Hadist. Mereka yakin bahwa suatu saat nanti akan datangnya hari kiamat yaitu akhir dari kehidupan manusia, dan akan datangnya hari perhitungan perbuatan saat di dunia.
2. Dimensi ritual
Dalam memahami dimensi ritual mahasiswi yang masih bisa kita katakan labil atau masih belum memahami benar tentang agama, karena kebanyakan mahasiswi masih menganggap belum begitu memahaminya. Karena pemhaman agama yang mereka mengerti masih berbaur dengan pergaulan bebas yang dapat menghilangkan nilai-nilai agama. Hal ini seperti yang diutarakan oleh beberapa
40
Wawancara dengan “Della Mayvalencia”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008
41
Wawancara dengan “Nurlaili Fitria”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 19 April 2008 42
Wawancara dengan “Eliya Rahmawati”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008
(50)
informan “Fitri Megawati” mengatakan: “gue kadang masih suka ninggalin sholat, apalagi kalau gue dah nongkrong sama temen-temen gue, bisa lupa semuanya….he”.43
Seperti yang dikatakan seorang informan “Arini” mengatakan: “saya bisa rajin beribadah kalau ada di kampus saja, abis ga enak sama kawan-kawan yang pada melakukan ibadah bersama-sama”.44
Jadi dari beberapa informan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang di wawancarai, mereka masih belum bisa menjalankan perintah yang mewajibkan mereka untuk melakukan ibadah, ibadah yang kadang mereka lakukan hanya semat-mata karena tuntutan dari lingkungan yang mau tidak mau mereka mengerjakan tanpa dari kesadaran pada diri mereka sendiri.
3. Dimensi pengetahuan
Dalam memahami dimensi pengetahuan kita harus melihat dari latar belakang dan pola fikir individu tersebut, karena latar belakang seseorang akan menjelaskan pribadi seorang individu. Karena sudah banyaknya mahasiwi yang datang dari sekolah umum seperti SMU,SMK, dll yang menjadikan kurangnya pemahaman agama, seperti yang di katakan beberapa informan : “Sherra Emaretha” mengatakan:
“Saya berbusana muslim hanya dilingkungan kampus saja, karena saya masih belum mampu untuk menjalankan perintah agama, atau masih belum berniat”.45
43
Wawancara dengan “Fitri Megawati”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 20 April 2008
44
(51)
Ia berprilaku seperti itu karena hanya tuntutan kampus yang mewajibkan berbusana muslim dilingkungan kampus, dan kesadaran untuk berbusana muslim masih belum mampu menjalankannya. Seperti yang diungkapkan “Dian Rahmadani”mengatakan: “Gue untuk memakai busana muslim masih merasa canggung, karena gue masih suka menggunakan busana yang terbuka dan terlihat sexy,tapi nanti pasti gue bakal tobat dan mau berbusana muslim.he….he…..”.46
Hal ini dapat disimpulkan bahwa beberapa dari mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah masih terpengaruh pergaulan bebas anak sekarang, yang menjadikan mahasiswi berprilaku seperti itu.
4. Dimensi pengamalan (konsekuensial)
Dimensi konsekuensial adalah perbuatan kebaikan sebagai perwujudan dari keimanan dan ibadah daam bentuk nyata atau manifestasi ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat.
Manusia selalu mempunyai dua aspek, yaitu aspek yang pertama yang bersifat yang hubunganya dengan tuhan dan hubungan dengan manusia. Pada dimensi ini menyangkut sejauh mana seseorang dalam berprilaku yang di latar belakangi oleh ajaran agamanya. Membantu sesamanya adalah salah satu contohnya, dimanapun dan kapanpun membantu adalah kewajibam kita terhadap sesama manusia, karena semua agama pasti mengajarkan kepada semua umatnya untuk membantu.
45
Wawancara dengan “Sherra Emaretha”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008
46
Wawancara dengan “Dian Rahmadani”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008
(52)
Menurut “Rhaviqah”: “kalau teman saya ada yang suka meninggalkan ibadah ataupun sholat, pasti saya akan mengingatkannya, supaya mereka tidak menyia-nyiakan kewajiban bagi wanita yang memang sudah berkewajiban untuk melaksakannya, tapi kalau mereka tetap tidak melaksanakannya, yang penting saya sudah mengingatkannya”.47
Dan seperti yang di katakan informan lainnya, seperti “Siti Muhtalifah” mengatakan: “ saya akan mengingatkan kawan-kawan saya yang masih belum mengerti tentang manfaat dari menjalankan perintah dan menjauhkan larangan Allah SWT, karena kita sesama umat islam harus selalu mengingatkan satu dengan yang lainnya”.48
Menurut mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan berprilaku baik dengan cara mengingatkan satu sama lain akan mencerminkan nilai positif dalam dirinya, karena mengingatkan sesama umat Islam adalah kewajiban kita bersama. Dalam agama Islam seorang muslimah wajib mengingatkan wanita atau muslimah lain, agar tidak terpengaruh dengan pergaulan bebas yang memang sekarang ini sudah merajalela dalam prilaku remaja yang keluar jalur atau batas dari ajaran Islam, karena di jaman modern ini sudah banyaknya media-media yang memperlihatkan pergaulan barat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
47
Wawancara dengan “Rhaviqah”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 21 April 2008 48
Wawancara dengan “Siti Muhtalifah”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 23 April 2008
(53)
C. GAYA BERBUSANA MUSLIM SEBAGAI REFLEKSI PRILAKU SOSIAL KEAGAMAAN MAHASISWI UIN SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
Dalam memahami gaya berbusana muslim seseorang kita harus melihat dari motivasi dan latar belakang mereka, dan cara pola fikir mereka juga. Karena latar belakang seseorang akan mempengaruhi cara berprilaku dalam sosialnya. Jadi secara tidak langsung cara berbusana muslim seseorang akan menjdi refleksi terhadap prilaku sosial keagamaanya.
Keberagamaan seseorang adalah segala sesuatu yang mengarah pada nilai-nilai keagamaan yang diyakini oleh individu, dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Keberagamaan berkembang dalam diri seseorang melalui suatu proses yang ditimbulkan dari beberapa faktor, yang faktor tersebut datang dari berbagai pengalaman individu dalam kehidupan sehari-harinya. Setiap kegiatan yang berhubungan dengan keagamaan, tentunya akan sangat berpengaruh terhadap sikap keberagamaan individu itu sendiri.
Begitu juga cara gaya berbusana seorang muslim akan sangat berpengaruh terhadap prilaku sosial keagamaannya, yang akan sangat terlihat jelas dalam pribadi diri individu itu sendiri, karena gaya berbusana seseoarang akan menentukan prilaku sosial keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat, karena penilaian terhadap suatu objek datang dari cara orang lain menilai objek tersebut.
Untuk memahami gaya berbusana seseorang penulis akan menekankan kepada motivasi dari setiap individu itu sendiri, karena motivasi adalah suatu rangsangan yang menimbulkan ketegangan terhadap seseorang, yang akibatnya
(54)
seseorang tersebut berusaha unutk menurunkan ketegangan tersebut dan untuk mengurangi ketegangan tersebut, individu akan melakukan respon terbuka dan tertutup.49
Baik melalui wawancara dan observasi dengan beberapa mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diketahui bahwa yang memotivasi mereka dalam menggunakan busana muslimah berbeda-beda, diantaranya:
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan melalui wawancara dan observasi dapat ditarik kesimpulan dari beberapa mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam menggunakan busana muslimah, mereka termotivasi dari pengetahuan agama yanag di ajarkan baik dari orang tua, pengajian, maupun di kampus. karena dalam ajaran Islam mengajarkan kepada semua wanita muslimah untuk berkewajiban menggunakan busana muslimah untuk menutupi aurat mereka.
Karena aurat mereka adalah suatu kehormatan yang harus dijaga yang telah diberikan oleh Allah SWT. Selain itu banyak hikmah yang dapat diambil dari berbusana muslimah, seperti yang diungkapkan beberapa informan “Nurlaily fitria” mengatakan: “ketika saya menggunakan busana muslimah saya merasa ada kehangatan jiwa dan hati, sayapun merasa tenang dan aman, walaupun saya merasa kalau saya masih banyak kekurangan dalam memahami nilai-nilai agama secara keseluruhan”.50
Ditambah oleh “Anita H.E.W” mengatakan: “Saya pernah mendengar dalam ceramah seorang pemuka agama, dalam berkewajiban menggunakan
49
Drs. M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 2004), h. 128.
50
(55)
busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq dan itu wajib hukumya, oleh sebab itu saya ingin memenuhi kewajiban itu”.51
Muslimah sejati adalah seorang perempuan yang berpegang teguh atau berpedoman kepada nilai-nilai agama dengan menjalankan perintah dan menjahui larangan Allah SWT, dengan mengharapkan ridho-nya. Dengan berpedoman pada niali-nilai agama, seorang muslimah wajib menutupi seluruh aurat yang wajib ditutup, dan haram untuk memperlihatkanya.
Seperti yang diungkapkan “Novita Saraswati” mahasiswi UIN Syarih Hidayatullah Jakarta mengatakan: “saya merasa ibadah saya sangat kurang apabila saya tidak menjalankan ibadah yang wajib dijalankan, seperti dalam cara berpakaian saya, karena hal itu saya jadi bermotivasi untuk berpakaian muslimah yang benar atau sesuai dengan Islam”.52
Sependapat dengan “Rosita” mengatakan: “untuk menjadi muslimah yang baik, saya harus menyesuaikan berbusana muslim dengan prilaku saya dalam kehidupan sehari-hari, karena cara berbusana seseorang dapat mencerminkan prilakunya”.53
Dalam pandangan Islam, aurat merupakan sesuatu yang diharamkan untuk diperlihatkan, karena aurat dapat memancing timbulnya nafsu birahi. Wanita muslimah adalah wanita yang mampu menjaga kehormatannya dan berakhlak baik sesuai dengan ajaran-ajaran Islam, karena dengan menjaga kehormatannya mereka sudah mampu menjalankan syariat-syariat islam dan akan selalu tehindar dari kejahatan-kejahatan yang secara tidak langsung bisa datang tanpa mereka sadari.
51
Wawancara dengan “Anita H.E.W”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 26 Mei 2008 52
Wawancara dengan “Novita Saraswati”, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 10 Mei 2008
53
(56)
Dengan berbusana muslimah akan secara tidak langsung dapat mengubah prilaku, karena adanya tuntutan yang mengharuskan individu tersebut selalu beraklak dan berprilaku baik. Berdasarkan perbuatan baik yang telah mendarah daging pada diri seorang muslimah, maka allah akan memuliakannya.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis di UIN Syarif Hidayatulla Jakarta, banyak dari mereka bermotivasi manggunakan busana muslimah hanya karena ada tuntutan dari kampus yang mewajibkan mahasiswi menggunakan busana muslimah di wilayah kampus, karena secara tidak langsung aturan kampus yang menjadikan mereka menggunakan busana muslimah, tapi cara berbusa muslimah mereka tidak sesuai dengan syariat yang diharuskan oleh Islam. Jadi mereka kebanyakan mau tidak mau memakai busana muslimah karena peraturan yang menuntut mereka berkawajiban menggunakan busana muslimah.
Dari hasil penelitian yang didapat penulis di UIN Syarif Hidayatulla Jakarta tentang mahasiswi yang menggunakan busana muslim hanya karena tuntutan atau peraturan dari kampus, yang menjadikan mereka menggunakan busana muslimah, tapi cara berpakaianya tidak sesuai dengan syariat yang di wajibkan Islam. Ini seperti yang diungkapkan oleh informan “Sherra “ mengatakan : “Memang saya menggunakan busana muslim hanya karena tuntutan atau peraturan yang mewajibkan memakai busana muslim dikampus, karena buat apa memakai busana muslimah, tetapi hatinya belum sesuai dengan pakaian yang dipakai”.54
Sependapat dengan seorang informan “Della” yang mengatakan: “saya masih merasa canggung untuk menggunakan busana muslim, karena saya diluar
54
(57)
kampus masih tidak menggunakan busana muslimah atau tidak menggunakan jilbab”.55
Dari hasil penelitian dengan cara wawancara dan observasi didapat dari beberapa mahasiswa yang berbusana muslim, mereka menggunakannya hanya karena ada tuntutan atau peraturan yang mewajibkan mereka berbusana muslim. Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa informan dapat dijelaskan bahwa cara berbusana seseoarang dapat mencerminkan prilaku sosial keagamaanya.
55
(58)
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penelitian yang penulis lakukan dari beberapa informan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memberikan kesimpulan bahwa adanya faktor-faktor yang mendorong mereka untuk menggunakan busana muslim itu bervariatif, diantaranya:
1. Untuk melaksanakan syariat-syariat Islam sebagaimana Islam telah menitik beratkan pada pemakaian busana muslimah.
2. Untuk menjaga kehormatannya, maka itu mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupaya menjaga dan melindungi auratnya.
3. Untuk menjaga diri dan memperbaiki akhlak pribadi
4. Agar menjadi muslimah sejati, yang sesuai dengan yang di cintai ALLAH SWT.
5. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, mahasiswi berpakaian atau berbusana muslimah hanya karena untutan lingkungan (aturan kampus). Sebagaimana yang telah penulis kemukakan diatas mengenai busana muslimah refleksi dari prilaku sosial keagamaan mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, karena secara tidak langsung penampilan cara berbusana seseorang dapat mencerminkan pribadi dan keberagamaan seseorang.
(59)
Saran-saran ini ditunjukan kepada mahasiswi UIN syarif Hidayatullah Jakarta, dan juga bagi para pembaca semua dengan maksud agar selalu menjaga dan menutupi auratnya dengan menggunakan busana muslim yang sesuai dengan yang dianjurkan atau sesuai dengan syariat-syariat Islam, diantaranya:
1. Demi kehormatan perempuan muslimah khususnya mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan demi harmonisasi bersama diharapkan menjaga dan melestarikan cara berpakaian yang sesuai dengan yang diajarkan Islam.
2. Mengingat cara berbusana muslim bagi wanita yang sudah dewasa atau sudah akhil baliq di wajibkan untuk menutup auratnya, maka penulis menganjurkan kepada semua mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk menutup auratnya walau tidak berada dilingkungan kampus, tetapi dilakukan dimanapun berada.
3. Bagi mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam berprilaku harus disesuaikan dengan pakaian yang dipakaianya, agar pakaian busana muslimnya dapat mencerminkan dampak positif bagi pemakainya.
4. Untuk mahasiswi UIN Syarif Hidayatulla Jakarta jangan pernah terpengaruh dengan lingkungan yang dapat merusak citra berbusana muslim, apalagi sekarang pergaulan bebas sudah merajalela pada remaja.
(60)
DAFTAR PUSTAKA
Abu Malik, Syaikh, Panduan Beribadah Khusus Wanita, Jakarta, Almahira, 2007 Acong, Djamaludin, Psikologi Islam, Solusi Islam Atas Problem-problem Psikologi
Amin, Syahrul, Menuju Persaingan Pokok Islam, Yogyakarta, Salahuddin Press, 1983
Arifin, Psikologi Da’wah Suatu Pengantar Studi, Jakarta, Bulan Bintang, 1977 Connolly, Peter, Aneka Pendekata Studi Agama, Yogyakarta, LkiS, 2000
Dea, Thomas F.O, Sosiologi Agama: suatu Pengantar Awal,Jakarta, CV. Rajawali, 1985
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1979 Dirgagunarsa, Singgih, Pengantar Psikologi Umum, Jakarta, PT Mutiara, 1983 Gazalba, Sidi, Pengantar Sosiologi dan Sosiografi, Jakarta, 1976
Hamka, Membahas Tentang Soal-soal Islam, Jakarta, Dharma Caraka, 1985 Kahmad, Dadang, Sosiologi Agama, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2000 Maududi, Abdul a’la, Pokok-pokok Pandangan Hidup Muslim, Jakarta, 1976 Mulyadi, Yad, Panduan Sosiologi, Jakarta, Yudistira, 1995
Notingham, Elizabeth K, Agama dan Masyarakat : Suatu Pengantar Sosiologi Agama, Jakarta, 1997
Poloma, Margareth M., Sosiologi Kontemporer Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada,2000
Proses Perubahan IAIN Menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Rekaman Media Massa, Humas UIN
Puspito, Hendro, Sosiologi Agama, Yogyakarta, Kanisius, 2000 Qonita, Arina, Jibab dan Hijab, Jakarta, Bina Mitra Press, 2001 Rakhmat, Jalaludin, Islam Alternatif, Bandung, Mizan, 1997
(61)
Ramayulis, Psikologi agama, Jakarata, Kalam Mulia, 2003
Shihab, M. Quraish, Jilbab: Pakaian Wanita Muslimah, Jakarta: Lentera Hati, 2004
Surtiretna, Nina, Anggun Berjilbab, Bandung, Mizan, 1995
Sunanto Kamanto, Pengantar Sosiologi, Jakarta; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2000
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Yogyakarta, Tiara Wacana Yogya,1992
(62)
Lampiran:
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Rhadiqah
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi
Jurusan : BPI
Semester : II
Hari/ tanggal : 11 mei 2008
Tempat wawancara : Kantin Dakwah
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah? Jawab: busana muslim itu busana yang menutup aurat 2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah? Jawab: sejak SMP
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan?
Jawab: awalnya karena paksaan, tapi lama-lama keterusan
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana menurut pengetahuan anda?
Jawab: wajib
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah? Jawab: untuk mendekatkan diri pada allah
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
(63)
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah? Jawab: risih dan gerah
8. Adakah perubahan yang anda rasakan? Jawab: lebih bagus
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan kampus?
Jawab: tidak 10.Mengapa?
Jawab: karena lebih baik untuk memakainya
11.Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: seharusnyanya seperti itu 12.Mengapa?
Jawab: malulah sama pakaian yang digunakannya
13.Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan busana muslimah?
Jawab: tidak 14.Mengapa?
Jawab: busana bukan suatu penghalang untuk kita bergaul 15.Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul? Jawab: iya
16.Mengapa?
Jawab: karena setiap pergaulan ada batasannya
(64)
Jawab: dalam tahap proses 18.Mengapa?
Jawab: karena saya masih harus banyak belajar
19.Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang? Jawab: tidak
20.Mengapa?
Jawab: karena terlalu bebas, menjadikan diri kita kurang terkontrol
Informan
(Rhadiqah)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Nurlaily fitria
Fakultas : Ushuluddin dan Filsafat
(65)
Semester : VI
Hari/ tanggal : 20 mei 2008
Tempat wawancara : Di fakultas
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
Jawab: busana yang dikenakan wanita muslim yang menutupi aurat 2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah?
Jawab: sejak kecil
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan? Jawab: sediri
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana menurut pengetahuan anda?
Jawab: sah-sah saja, tetapi tergantung si wanita yang akan mengenakannya 5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: lebih kelihatan dewasa
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah? Jawab: jauh dari kesan yang buruk
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah? Jawab: nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan? Jawab: ada
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan kampus?
(66)
10.Mengapa?
Jawab: karena kalau hanya dilingkungan kampus saja, berarti memakainya bukan karena keinginan sendiri
11.Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: tergantung 12.Mengapa?
Jawab: karena zaman sekarang banyak yang memakai jilbab tetapi prilakunya tidak mencerminkan
13.Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan busana muslimah?
Jawab: tidak 14.Mengapa?
Jawab: karena itu sudah menjadi pakaian sehari-hari 15.Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul? Jawab: tidak
16.Mengapa?
Jawab: karena bergau tergantung kitanya, bukan pakaiannya 17.Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam? Jawab: kadang-kadang
18.Mengapa?
Jawab: tergantung sikon
19.Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang? Jawab: tidak
(67)
20.Mengapa?
Jawab: karena terlalu bebas
Informan
(Nurlaily Fitria)
BERITA WAWANCARA
Nama mahasiswi/ informan : Dian Rahmadani
Fakultas : Saintek
Jurusan : SI
Semester : IV
Hari/ tanggal : 27 mei 2008
Tempat wawancara : Di Saintek
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah?
(68)
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah? Jawab: sejak kuliah di UIN Jakarta
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan? Jawab: peraturan kampus
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana menurut pengetahuan anda?
Jawab: ga harus, soalnya memakai busana muslimah ga mesti yang sudah ahkil baliq, anak- anak juga boleh asalkan sudah berniat
5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah? Jawab: ingin belajar menjadi wanita muslimah yang baik 6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: terhindar dari orang yang inggin berbuat jahat, tidak kepanasan, dan kulit tidak menjadi hitam
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah? Jawab: gerah, panas
8. Adakah perubahan yang anda rasakan? Jawab: ada, jadi terbiasa
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan kampus?
Jawab: ya 10.Mengapa?
Jawab: karena memakai busana muslimah adalah peraturan kampus
11.Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
(1)
Jawab: nyaman
8. Adakah perubahan yang anda rasakan? Jawab: ada, jadi dewasa
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan kampus?
Jawab: tidak 10.Mengapa?
Jawab: karena saya sudah terbiasa
11.Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: iya 12.Mengapa?
Jawab: karena busana dapat menilai pribadi seseorang
13.Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan busana muslimah?
Jawab: tidak 14.Mengapa?
Jawab: dalam pergaulan tidak perlu ada perbedaan
15.Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul? Jawab: tidak
16.Mengapa?
Jawab: karena teman-teman saya asik-asik
17.Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam? Jawab: biasa saja
(2)
18.Mengapa?
Jawab: karena kadang-kadang masih suka meles
19.Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang? Jawab: tidak
20.Mengapa?
Jawab: karena dapat merusak generasi muda
Informan
(3)
BERITA WAWANCARA Nama mahasiswi/ informan : Sherra
Fakultas : Ekonomi
Jurusan : Akuntansi
Semester : -
Hari/ tanggal : 28 maret 2008 Tempat wawancara : Di ekonomi
1. Apa yang anda ketahui tentang busana muslimah? Jawab: tertutup dan sopan
2. Sejak kapan anda menggunakan busan muslimah? Jawab: sejak kuliah di UIN Jakarta
3. Atas kesadaran sendiri atau paksaan? Jawab: paksaan
4. Memakai busana muslimah bagi wanita yang sudah akhil baliq, bagaimana menurut pengetahuan anda?
Jawab: menurut saya wajib, tapi tidak perlu dipaksakan juga 5. Apa motivasi anda menggunakan busana muslimah?
Jawab: menutup aurat
6. Apa manfaat bagi anda menggunakan busana muslimah? Jawab: lebih kelihatan sopan
7. Apa yang anda rasakan pertama kali menggunakan busana muslimah? Jawab: marasa nyaman
(4)
Jawab: sedikit
9. Apakah anda menggunakan busana muslimah hanya dilingkungan kampus?
Jawab: iya 10.Mengapa?
Jawab: karena kampus menuntut saya makaijilbab
11.Apakah karena menggunakan busana muslimah harus mencerminkan prilaku sesuai dengan busana yang digunakan?
Jawab: iya 12.Mengapa?
Jawab: karena prilaku harus sesuai dengan penampilan
13.Apakah dalam pergaulan anda merasa terganggu karena menggunakan busana muslimah?
Jawab: tidak juga 14.Mengapa?
Jawab: karena sudah terbiasa
15.Apakah busana muslimah membatasi anda dalam bergaul? Jawab: tidak
16.Mengapa?
Jawab: karena setiaporang ingin bergaul dengan saya 17.Apakah anda tekun dalam menjalani ajaran agama Islam? Jawab: biasa saja
18.Mengapa?
(5)
19.Apa anda setuju dengan pergaulan bebas anak sekarang? Jawab: setuju
20.Mengapa?
Jawab: kalau selama pergaulannya itu masih dapat ditoleransi
Informan
(6)