34
25.
Mengidentifikasi saksi yang meihat atau mengetahui terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung
tuduhan atau dakwaan terhadap sipelaku,
26.
Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko terjadinya kecurangan ini dengan tepat,
Menurut pendapat Karni 2000:4 tentang audit investigasi adalah audit ketaatan bertujuan untuk mengetahui apakah seorang klien telah
melaksanakan prosedur atau aturan yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki otorisasi lebih tinggi. Dalam audit investigasi, ketentuan yang harus
ditaati sangat luas, tidak hanya kebijakan manajemen, auditor investigasi sampai dengan hukum formal, hukum material dan lain-lain. Untuk itu, audit
investigasi tidak hanya cukup untuk menguasai bidang ekonomi, tetapi juga mengerti tentang hukum yang berlaku
2.4.6 Metodologi Audit Investigatif
Metodologi ini digunakan oleh Association of Certified Fraud Examiners 2004, yang terjadi rujukan internasional dalam melakukan Fraud
Examination. Metodologi tersebut menekankan kepada kapan dan bagaimana melaksankan suatu Pemeriksaan Investigatif atas kasus yang memiliki indikasi
tindak kecurangan dan berimplikasi kepada aspek hukum, serta bagaimana
menindaklanjutinya.
Pemeriksaan Investigatif yang dilakukan untuk mengungkapkan adanya tindak kecurangan terdiri atas banyak langkah. Karena pelaksanaan
pemeriksaan investigatif atas kecurangan berhubungan denga hak-hak individual pihak-pihak lainnya, maka pemeriksaan investigatif harus
35
dilakukan setelah diperoleh alasan yang sangat memadai dan kuat, yang
diistilahkan sebagai prediksi.
Prediksi adalah suatu keseluruhan kondisi yang mengarahkan atau menunjukan adanya keyakinan kuat yang disadari oleh profesionalisme dan
sikap kehati-hatian dari auditor yang telah dibekali dengan pelatihan dan pemahaman tentang kecurangan, bahwa Fraudkecurangan telah terjadi,
sedang terjadi, atau akan terjadi. Tanpa prediksi, pemeriksaan investigatif tidak boleh dilakukan. Hal ini menyebabkan adanya ketidakpuasan dari
berbagai kalangan yang menyangka bahwa pelaksanaan financial audit-nya,
maka institusi tersebut dapat melakukan Pemeriksaan Investigatif.
Pemeriksaan Investigatif belum tentu langsung dilaksanakan karena indikasi yang ditemukan umumnya masih sangat prematur sehingga
memerlukan sedikit pendalaman agar diperoleh bukti yang cukup kuat untuk dilakukan Pemeriksaan Investigatif. Garis besar proses audit investigasi secara
keseluruhan, dari awal sampai dengan akhir yaitu sebagai berikut Pusdiklatwas,2008:
1. Penelaahan Informasi Awal
a. Sumber informasi. Informasi awal sebagai dasar penugasan audit
investigatif berasal dari berbagai sumber, misalnya media massa, LSM Lembaga Swadaya Masyarakat, penegak hukum dan lain-
lain. b.
Mengembangkan hipotesis awal. Hipotesis awal disusun untuk menggambarkan perkiraan suatu tindak kecurangan itu terjadi.
36
Hipotesis awal dikembangkan untuk menjawab mengenai apa, siapa, di mana, bilamana, dan bagaimana fraud terjadi.
c. Menyusun hasil telaahan informasi awal. Hasil penelaahan
informasi awal dituangkan dalam bentuk “Resume Penelaahan Informasi Awal” sehingga tergambar secara ringkas mengenai
gambaran umum organisasi, indikasi bentuk-bentuk penyimpangan, besarnya estimasi potensi nilai kerugian negara
yang terindikasi, hipotesis, pihak-pihak yang diduga terkait, rekomendasi penanganan.
d. Keputusan pelaksanaan audit investigatif. Didasarkan dari apa
yang diinformasikan dan tidak mempermasalahkan siapa yang menginformasikan. Namun fraud audit dapat dilakukan apabila
telah ada suatu prediksi yang valid, yaitu keadaan-keadaan yang menunjukkan bahwa fraud telah, sedang, dan atau akan terjadi.
2. Perencanaan Pemeriksaan Investigasi
a. Penetapan sasaran, ruang lingkup dan susunan tim. Sasaran dan
ruang lingkup audit investigatif ditentukan berdasarkan informasi awal.
b. Penyusunan program kerja. Untuk menyusun langkah-langkah
kerja audit perlu memahami kegiatan yang akan diaudit. c.
Jangka waktu dan anggaran biaya. Jangka waktu audit disesuaikan dengan kebutuhan yang tercantum dalam Surat Tugas Audit.
37
Adapun anggaran biaya audit direncanakan seefisien mungkin tanpa mengurangi pencapaian tujuan audit.
d. Perencanaan Audit Investigatif dengan metode SMEAC. Model
perencanaan SMEAC menggunakan pendekatan terstruktur yang mencangkup semua elemen dasar dalam pelaksanaan satu operasi
dan dapat pula digunakan sebagai kerangka untuk mengembangkan perencanaan yang lebih detail untuk memenuhi
kondisi tertentu. SMEAC merupakan singkatan dari lima kata yang dirancang dalam proses perencanaan penugasan investigasi
yaitu Situation, Mission, Execution, Administration Logistics, Communication.
3. Pelaksanaan Audit Investigatif
a. Pembicaraan Pendahuluan. Pelaksanaan audit investigatif
didahului dengan melakukan pembicaraan pendahuluan dengan pimpinan auditan dengan maksud untuk: menjelaskan tugas
audit, mendapatkan informasi tambahan dari auditan dalam rangka melengkapi informasi yang telah diperoleh serta
menciptakan suasana yang dapat menunjang kelancaran pelaksanaan audit.
b. Pelaksanaan program kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melaksanakan program kerja audit investigatif yaitu: perolehan bukti dokumen, jenis bukti atau dokumen, cara
38
memperoleh bukti berbasis dokumen serta mendokumentasikan hasil analisis dokumen.
c. Penerapan teknik audit investigatif. Untuk mengumpulkan bukti-
bukti pendukung maka auditor dapat menggunakan teknik-teknik dalam pelaksanaan audit keuangan yaitu prosedur analitis,
menginspeksi, mengonfirmasi, mengajukan pertanyaan, menghitung, menelusuri, mencocokan dokumen, mengamati,
pengujian fisik serta teknik audit berbantu komputer. d.
Melakukan observasi dan pengujian fisik. Teknik-teknik yang biasa dilakukan pada audit investigatif yaitu: wawancara,
mereview laporan-laporan yang dapat dijadikan rujukan, berbagai jenis analisis terhadap dokumen atau data, pengujian
teknis atas suatu objek, perhitungan-perhitungan, review analitikal, observasi dan konfirmasi.
e. hasil observasi dan pengujian fisik. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pendokumentasian yang baik dalam kegiatan investigasi yaitu penyimpanan dokumen pada arsip tersendiri
serta pemisahan dokumen atau bukti untuk tiap kejadian hasil observasi dan pengujian fisik.
f. Melakukan wawancara. Wawancara yang baik mencangkup
pemahaman atas: tujuan dan sasaran melakukan wawacara, unsur-unsur pelanggaran yang harus dibuktikan, mengkaji bukti
yang dibutuhan, mengajukan pertanyaan yang tepat sebelum
39
wawancara, sadar akan pendapat dan prasangka, serta menyusun kerangka wawancara.
g. Menandatangani berita acara. Penandatanganan dilakukan untuk
menegaskan ketepatan informasi yang diberikan pihak oleh pihak yang diwawancarai.
h. Pendokumentasian
dan evaluasi kecukupan bukti. Pendokumentasian bukti harus dapat menjawab hal-hal berikut:
gambaran posisi kasus, siapa yang dirugikan, siapa yang menjadi pelaku, kapan, di mana dan apa tuntutannya, serta kegiatan apa
yang diinvestigasi. 4.
Pelaporan Audit Investigatif Isi laporan hasil pemeriksaan audit investigasi memuat : unsur-unsur
melawan hukum, fakta dan proses kejadian, dampak kerugian keuangan akibat penyimpangantindak melawan hukum, sebab-sebab terjadinya
tindakan melawan hukum, pihak-pihak yang terkait dalam penyimpangantindakan melawan hukum yang terjadi, dan bentuk kerja
sama pihak-pihak yang terkait dalam penyimpangantindakan melawan hukum. Dimana laporan audit investigatif disampaikan pada pihak-pihak
yang berkepentingan untuk: a.
Dalam rangka melakukan kerjasama antara unit pengawasan internal dengan pihak penegak hukum untuk menindaklanjuti
adanya indikasi terjadinya fraud.
40
b. Memudahkan pejabat yang berwenang dan atau pejabat obyek
yang diperiksa dalam mengambil tindakan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5. Tindak Lanjut
Pada tahap tindak lanjut ini : proses sudah diserahkan dari tim audit kepada pimpinan organisasi dan secara formal selanjutnya diserahkan
kepada penegak hukum. Penyampaian laporan hasil audit investigasi kepada pengguna laporan diharapkan sudah memasuki pula tahap
penyidikan. Berkaitan dengan kesaksian dalam proses lanjutan dalam peradilan, tim audit investigasi dapat ditunjuk oleh organisasi untuk
memberikan keterangan ahli jika diperlukan.
2.5 Prosedur Audit