Prosedur Audit yang Perlu Dilakukan

70 Jika risiko bawaan kecil untuk transaksi tertentu, prosedur analitis substantif mungkin dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat. Namun, jika penilaian risiko rendah karena pengendalian internal yang menekan risiko itu, oleh karena itu auditor harus melakukan uji atas pengendalian tersebut. Namun memang risiko audit itu tidak bisa ditekan hingga titik nol sama hal nya dengaan kasus Kimia Farma diatas. Oleh karena itu sesuai dengan ISA 240 dalam mencegah dan mendeteksi kecurangan tidak terlepas dari peran manajemen Manajemen mempunyai tanggung jawab terbesar dalam mencegah dan mendeteksi fraud. Tanggung jawab tersebut termasuk menerapkan kontrol dalam perusahaan untuk menghasilkan laporan keuangan secara benar dan fair.

4.5 Prosedur Audit yang Perlu Dilakukan

Standar pekerjaan lapangan berperan penting dalam suksesnya proses audit yang dijalankan hingga didapat hasil temuan audit. Salah satu standar pekerjaan lapangan ketiga adalah auditor melakukan beberapa prosedur audit dalam rangka mengumpulkan bukti audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan keuangan yang diaudit. Selain beberapa beberapa yang sudah dijelaskan di bab sebelumnya ada beberapa prosedur dan teknik yang auditor lakukan dalam mengumpulkan bukti-bukti antara lain: 71 1. penugasan audit tahun pertama-saldo awal Standar Auditing seksi 323 PSA No.56 paragraf no. 04 mengenai saldo awal mengemukakan, auditor memperoleh bukti audit kompeten yang cukup meyakinkan bahwa : a. saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan tahun berjalan. b. saldo penutup tahun sebelumnya telah dipindahkan dengan benar ke tahun berjalan atau telah dinyatakan kembali, jika semestinya dilakukan. c. kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten. Jika auditor tidak juga memperoleh keyakinan dengan me-review kertas kerja auditor pendahulu maka sesuai dengan PSA No.56 paragraf No. 09 auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk mendukung asersi yang terkandung dalam saldo awal, sepanjang saldo-saldo tersebut berdampak terhadap laporan keuangan tahun berjalan.Untuk itu auditor harus melaksanakan prosedur lain seperti yang dijelaskan dalam paragraf 10 dan paragraf 11. Aktiva dan kewajiban lancar dalam membuktikannya biasanya diperoleh sebagai bagian prosedur audit tahun berjalan. Sebagai contoh, penerimaan kas dari saldo piutang awal tahun atau pembayaran saldo utang awal tahun dalam tahun berjalan akan memberikan bukti audit mengenai eksistensi, hak dan kewajiban, kelengkapan dan penilaian yang terkandung dalam saldo 72 awal akun-akun tersebut. Namun, dalam masalah sediaan, akan lebih sulit bagi auditor untuk memperoleh keyakinan mengenai sediaan yang ada di tangan pada awal tahun. Oleh karena itu, prosedur tambahan biasanya diperlukan dengan pengamatan atas penghitungan fisik sediaan yang dilakukan kini dan rekonsiliasi atas hasilnya kembali ke kuantitas sediaan pada awal tahun, pengujian penilaian pos sediaan awal, dan penerapan pengujian laba bruto serta pengujian pisah batas. Kombinasi berbagai prosedur tersebut dapat memberikan bukti audit kompeten yang cukup. Lain lagi dalam membuktikan aktiva dan kewajiban tidak lancar, seperti aktiva tetap, investasi, dan utang jangka panjang, auditor biasanya melakukan pemeriksaan terhadap catatan yang mendukung saldo awal. Dalam hal tertentu, auditor dapat memperoleh konfimasi saldo awal dari pihak ketiga. Sesuai dengan SA seksi 323 PSA No.56 paragraf No.11. Setelah melakukan prosedur pemeriksaan seperti yang dijelaskan diatas, auditor masih juga tidak memperoleh bukti audit yang kompeten berkenaan dengan saldo awal, menurut paragraf No.12 ia harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan pendapat karena adanya batasan lingkup auditnya. 2. Peristiwa kemudian Hal ini terjadi pada kasus kedua, kasus laporan keuangan ganda Bank Lippo yang berujung jatuhnya sanksi kepada pihak-pihak yang terkait. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam kasus Bank Lippo dibahas lebih lanjut disini yang disebut dengan subsequent event. 73 Standar Auditing Seksi 560 PSA no.46 menjelaskan tentang peristiwa atau transaksi yang kadang terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai akibat material terhadap laporan keuangan sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut. Peristiwa tersebut membutuhkan perhatian manajemen dan memerlukan evaluasi auditor, peristiwa itu dapat dikelompokan menjadi 2, antara lain: a. peristiwa yang memberikan tambahan bukti yang berhubungan dengan kondisi laporan keuangan yang diaudit. Pengidentifikasian peristiwa-peristiwa yang seperti kriteria seperti ini membutuhkan penerapan kebijakan dan pengetahuan tentang fakta-fakta dan kondisi yang ada. b. peristiwa yang yang menyediakan tambahan bukti tetapi tidak berhubungan dengan laporan keuangan yang diaudit, namun terjadi sesudah tanggal neraca dan tidak memerlukan penyesuaian. Namun, beberapa peristiwa mungkin memerlukan pengungkapan agar laporan keuangan tidak menyesatkan para penggunanya. Sama hal nya dengan hasil keputusan departemen keuangan RI yang mengatakan kesalahan pihak auditor independen yang tidak menjalankan prosedur pengujian yang cukup atas informasi Bank Lippo. Namun demikian kesalahan tersebut tidak berperngaruh terhadap laporan keuangan Bank Lippo per 30 september 2002. 74 Peristiwa yang memerlukan pengungkapan dalam laporan keuangan tetapi tidak memerlukan penyesuaian, antara lain : • Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru. • Pembelian bisnis. • Terjadinya tuntutan hukum yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca. • Kerugian aktiva tetap atau sediaan yang diakibatkan oleh kebakaran, atau • Kerugian piutang yang diakibatkan oleh kondisi seperti penyebab utama kebangkrutan pelanggan yang terjadi sesudah tanggal neraca. Untuk prosedur audit khusus yang digunakan untuk audit transaksi sesudah tanggal neraca adalah, • Penguijian transaksi-transaksi untuk meyakinkan bahwa penentuan pisah batas cut-off telah dilakukan dengan semestinya • Pengujian data atau kontrol penyelesaian terhadap aktiva dan utang. 3. Kemudian fakta yang ada pada tanggal laporan auditor Standar Auditing Seksi 561 PSA No.47, dalam seksi ini memberikan pedoman bagi auditor independen yang menyadari akan fakta yang mungkin telah ada pada tanggal laporan auditnya yang ditemukan kemudian. Dimana fakta ini mungkin akan berdampak terhadap laporan keuangan auditor dan laporan auditnya. Dalam kondisi seperti ini auditor disarankan meminta 75 nasihat dari penasihat hukumnya bila ia menemukan keadaan yang dicakup dalam Seksi ini, karena adanya implikasi hukum yang mungkin timbul dari tindakan-tindakan auditor. Dalam paragraf No.03 menyebutkan setelah auditor menerbitkan laporannya, ia tidak berkewajiban untuk meminta keterangan lebih lanjut atau melaksanakan prosedur audit apa pun berkenaan dengan laporan keuangan auditan yang dicakup oleh laporannya, kecuali jika ia mendapatkan informasi baru yang dapat berdampak terhadap laporannya. Dengan catatan, seksi ini tidak berlaku untuk situasi yang timbul dari perkembangan atau peristiwa yang terjadi setelah tanggal laporan auditor. Seksi ini juga tidak berlaku untuk penyelesaian kontijensi dan masalah lain yang terjadi setelah penerbitan laporan auditor, yang telah diungkapkan dalam laporan keuangan dan untuk hal-hal yang telah mengakibatkan penyimpangan dari laporan auditor bentuk baku. Dalam paragraf No.04 disebutkan jika auditor menyadari adanya informasi yang bersangkutan dengan laporan keuangan yang sebelumnya telah dilaporkannya, namun tidak diketahu pada tanggal laporan auditnya. Bila informasi tersebut memiliki sifat dan sumber tertentu maka auditor harus menyelidiki informasi tersebut, yang jika hal itu diketahuinya selama pelaksanaan audit, segera sepanjang praktis dilakukan, ia harus menentukan apakah informsi tersebut andal dan apakah fakta tersebut ada pada tanggal laporan auditnya. 76 Dalam hubungan ini, auditor harus membicarakan masalah ini dengan kliennya pada tingkatan manajemen yang semestinya, termasuk dewan komisaris, dan meminta kerja sama mereka dalam penyelidikan apapun yang dianggap perlu. 4. Prosedur audit lain yang perlu mendapat perhatian auditor Walaupun telah melaksanakan prosedur audit dengan mengadakan konfirmasi piutang, inventarisasi persediaan, inventarisasi aktiva tetap yang nilainya cukup signifikan, konfirmasi pembayaran uang muka pembelian dan lainnya. Prosedur audit tidak akan efektif jika ada persengkongkolan di antara ornag-orang baik di dalam perusahaan atau dengan pihak di luar perusahaan dengan melakukan pemalsuan bukti. Auditor tidak akan mengetahui apakah piutang, pembayaran uang muka sebagian atau seluruhnya adalah fiktif, persediaan benar-benar milik perusahaan atau dokumen perolehan aktiva di mark up. Untuk berjaga-jaga jika nantinya akan timbul masalah, auditor sebaiknya minta pernyataan klien bahwa piutang maupun uang muka tidak fiktif. Sedangkan untuk dokumen pendukung aktiva tetap adalah sah dan tidak di mark up. Demikian pula dengan piutang, persediaan, dan aktiva tersebut tidak diagunkan pada bank lain.

4.6 Teknik Audit Berbantuan Komputer