Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD Kinerja SKPD Pemerintah

2.1.4 Pengaruh Kejelasan Tujuan Anggaran Terhadap Kinerja SKPD

Kejelasan tujuan dapat meningkatkan kinerja, sedangkan kurangnya kejelasan mengarah pada kebingungan dan ketidakpuasan para pelaksana, yang berakibat pada penurunan kinerja. Beberapa penelitian mendukung pengaruh positif kejelasan tujuan terhadap kinerja. Manajer yang bekerja tanpa tujuan yang jelas akan dihadapkan pada tingginya ketidakpastian atas pencapaian tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan landasan teori dan temuan empiris di atas, karena kejelasan tujuan anggaran diharapkan akan meningkatkan kinerja individu yang terlibat di dalamnya. Kejelasan sasaran anggaran dimaksud adalah berkenaan dengan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh orang yang bertanggung jawab terhadap pencapaian sasaran anggaran. Kejelasan sasaran akan meningkatkan prestasi, karena jelas apa yang harus dilaksanakan untuk mencapai sasaran anggaran. Begitu juga sasaran yang spesifik akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dari pada sasaran yang samar-samar Dalimunthe dan Siregar, 1994:79. Menurut Locke 1968:79 dalam Dalimunthe dan Siregar 1994:79, sasaran yang disadari adalah determinan utama perilaku. Dengan kata lain sasaran yang disadari akan mengatur perilaku. Perilaku ini akan berlangsung terus untuk mencapai penyelesaian. Hasil penelitian Latham dan Yuk 1975:79, Steers 1976:79, Ivancevich 1976:79 dalam Dalimunthe dan Siregar 1994:79, menunjukkan adanya pengaruh positif antara kejelasan sasaran anggaran dengan kepuasan kerja dan keterikatan sasaran serta pencapaian sasaran.

2.1.5 Kinerja SKPD Pemerintah

Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD merupakan pusat pertanggungjawaban yang dipimpin oleh kepala satuan kerja dan bertanggung jawab atas entitasnya, misalnya: dinas kesehatan, dinas pendidikan, dinas pemuda dan olahraga dan lainnya. Kumorotomo 2005:103, mengungkapkan kinerja organisasi publik adalah “hasil akhir output organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, transparan dalam pertanggungjawaban, efisien, sesuai dengan kehendak pengguna jasa organisasi, visi dan misi organisasi, berkualitas, adil, serta diselenggarakan dengan sarana dan prasarana yang memadai”. Mahsun 2006:198, mengungkapkan bahwa: pengukuran kinerja pemerintah daerah diarahkan pada masing-masing satuan kerja yang telah diberi wewenang mengelola sumber daya sebagaimana bidangnya, setiap satuan kerja adalah pusat pertanggungjawaban yang memiliki keunikan sendiri-sendiri, dengan demikian perumuan indikator kinerja tidak bisa seragam untuk diterapkan pada semua Satun Kerja yang ada, namun demikian, dengan pengukuran kinerja setiap satuan kerja ini harus tetap dimulai dari pengidentifiksian visi, misi, falsafah, kebijakan, tujuan, sasaran, program, anggaran serta tugas dan fungsi yang telah ditetapkan. Bastian 2006:267, “indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan, dengan memperhitungkan indikator masukan inputs, keluaran outputs, hasil outcome, manfaat benefits, dan dampak impact”. Lebih lanjut Bastian 2006:267 menjelaskan bahwa syarat-syarat indikator kinerja adalah sebagai berikut: a. spesifikasi jelas, dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi, b. dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif dan relevan, c. dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses keluaran, hasil, manfaat serta dampak, d. harus cukup fleksibel dan sensitif terhadap perubahanpenyesuaian pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan efektif. Whittaker 1993 dalam Bastian 2006: 274 mengungkapkan “pengukuranpenilaian kinerja adalah suatu alat manajemen untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas”. Lain halnya menurut Bastian 2006: 276, “aspek yang diukur dalam pengukuran kinerja adalah aspek finansial, kepuasan pelanggan, operasi dan bisnis interal, kepuasan pegawai, kepuasan komunitas dan shareholders, serta waktu”. Berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003, maka penyusunan anggaran dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Dengan demikian, akan tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas Nordiawan, 2006:12.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu