BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Deskripsi Area
Secara geografis lokasi penelitian terletak pada 3 30’-3
45’ Lintang Utara dan 90 -
98 15’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif, lokasi penelitian termasuk
dalam kawasan Desa Bukit Lawang, Kecamatan Bohorok, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara. Kawasan tersebut berjarak 90 km dari Kota Medan, yang
merupakan bekas Stasiun Rehabilitasi Orangutan Sumatera Abdulhadi, 1986.
Kawasan penelitian ini memiliki luas sekitar 200 ha. Kawasan hutan di sekitar lokasi penelitian berada pada ketinggian 100-700 m dpl, mempunyai topografi
berbukit-bukit hingga curam, sedangkan topografi datar dapat dikatakan tidak ada. Jenis tanah yang ditemukan pada kawasan hutan terdiri dari jenis tanah kompleks
podsolik merah kuning, latosol, litosol dan kompleks potsolik coklat. Keadaan iklim berdasarkan sistem klasifikasi Schmid dan Ferguson tergolong dalam tipe A dengan
rata-rata curah hujan pertahun 4.673mm, dengan rata-rata hari hujan 207 hari. Suhu udara rata-rata tercatat 24
C, dengan kisaran 21 -33
C dengan kelembaban udara nisbi berkisar antara 72-94 Visitor Centre, 1989.
Lokasi penelitian merupakan kawasan wisata di Bukit Lawang terletak pada kaki bukit zone ketiga. Morfologi sungai Bahorok pada lokasi wisata tersebut adalah
river braided, yaitu sungai yang bercabang-cabang dengan pasir gosong yang berada antara cabang-cabang sungai tersebut. Jenis material sungai berupa pasir, kerikil dan
bebatuan kerasrapuh. Sifat morfologi sungai braided dinamis, pada kondisi alamiah
dapat berubah lokasi arus utamanya. Banjir pada tipe morfologi ini umumnya menyebabkan perubahan drastis pada dasar dan profil sungai di zone tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Potensi Kawasan 3.2.1 Flora
Hutan di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bukit Lawang termasuk kawasan hutan tropis basah. Berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan dengan
metode kuadran diketahui bahwa tingkatan seedling didominasi oleh jenis Asam
kandis Garcinia sp, Semantuk Shorea sp, Baja berinau Rhodamnia sp, Kayu
merah Eugenia sp. Tingkatan pole didominasi oleh jenis: Kayu merah Eugenia sp, Kayu minyak Dipterocarpus sp, Kayu kuning Eugenia sp, Kandis Garcinia sp.
Untuk tingkatan pohon jenis yang mendominasi adalah Damar laut Shorea materalis, Meranti bakau Shorea macroptera dan Durian hutan Durio sp
Abdulhadi, 1986.
Selain pohon, flora lain yang memiliki potensi adalah Bunga Seroja, beberapa famili Begoniaceae, Anggrek hutan, beragam jenis rotan, jamur dan pada
musim tertentu di kawasan penelitian dapat ditemukan Bunga Bangkai Amorphophallus sp. Sebagian besar potensi flora dikawasan tersebut sudah banyak
dipublikasi oleh pengunjung namun penelitian secara ilmiah dan sumber datanya masih kurang.
3.2.2 Fauna
Kawasan hutan di sekitar Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera, Bukit Lawang, Sumatera Utara merupakan habitat beberapa jenis hewan seperti: Orangutan
Sumatera Pongo abelii, Harimau Sumatera Panthera tigris sumatrae, Siamang Symphalangus sindactylus, Kedih Presbytis thomasii, Owa Hylobates lar,
Monyet ekor panjang Macaca fascicularis, Beruk M. nemestrina, Jelarang Ratufa bicolor, Beruang madu Helarctos malayanus, Burung rangkong Buceros bicolor
dan beberapa jenis ular YOSL-OIC, 2009.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Wisata
Desa Bukit Lawang merupakan kawasan wisata alam terbesar ketiga di Provinsi Sumatera Utara. Tujuan utama pengunjung datang adalah melihat orangutan
semiliar di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera YOSL-OIC, 2009. Pengunjung dapat melihat orangutan secara langsung saat pemberian makan dan berjalan ke
habitatnya dengan cara tracking. Selain mengamati orangutan pengunjung dapat menikmati pemandangan alam hutan, sungai, melakukan arung jeram dan wisata
tradisional seperti Cubing. Banyak sarana dan prasarana yang telah dibangun di sekitar kawasan wisata seperti hotel, restoran, toko dan lainnya.
Seiring dengan berkembangnya kawasan wisata ini semakin padat juga permukiman yang berada di sekitarnya. Ironisnya sebagian besar dibangun pada
dataran banjir floodplain bahkan pada kiri-kanan dari sungai Bahorok dengan kepadatan bangunan yang cukup tinggi, maka ketika terjadi bencana banjir bandang
sebagian besar bangunan dan permukiman yang terdapat di sekitar bantaran sungai dapat tersapu oleh banjir. http:www.penataanruang. pu.go.id, 2008 .
3.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan lebih kurang 6 bulan yang dimulai dari bulan September 2009-Februari 2010 di Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera Bukit Lawang, Taman
Nasional Gunung Leuser, Sumatera Utara. Lokasi tersebut merupakan tempat yang pernah digunakan sebagai Stasiun Rehabilitasi Orangutan yang sudah ditutup sejak
tahun 1997 SK Menteri Kehutanan 280 KPTS II 1995.
3.4 Peralatan Penelitian