\ BAB II
DESKRIPSI UMUM TENTANG TERORISME DAN JIHAD
A. TERORISME 1. Definisi Terorisme
Dapatkah terorisme
didefinisikan?Pertanyaan ini diajukan oleh Wolter Lacquer. Menurutnya lebih
dari seratus definisi telah dikemukakan untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Kata terorisme diderivasi dari bahasa Latin yaitu terrere, berarti membuat
ketakutan, dan terorisme didefinisikan sebagai suatu “Penggunaan teror yang
sistematik secara khusus sebagai satu sarana memperoleh tujuan politik”
systematic use of terror as a means of gaining some political end
. Sedangkan definisi terorisme menurut Hoffman
Inside Terrorism sebagaimana dikutip dalam buku ‘Terorisme Berjubah
Agama’ adalah
“Penciptaan dan
eksploitasi ketakutan yang dilakukan dengan sengaja melalui kekerasan atau
ancaman kekerasan dalam rangka mencapai perubahan politik” the
deliberate creation and exploitation of fear through violence or the threat of
violence in the pursuit of political change
.
11
Satu definisi
terbaik mengenai terorisme telah dikeluarkan
oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat tahun 1990 bahwa terorisme
adalah “Penggunaan kekuatan atau kekerasan yang tidak berdasarkan
hukum
atau mengancam
yang menghancurkan individu dan harta
benda untuk
memaksa dan
mengintimidasi pemerintah
dan masyarakat, seringkali untuk mencapai
tujuan-tujuan politik,
agama atau
11
Ridwan al-Makassary, Terorisme Berjubah Agama, Jakarta, PBB UIN, 2003, h.9
ideologi” as the unlawful use of, or threatened use, of force or violence
against individuals or property to coerce and intimidate governments or
societies, often to achieve political, religious, or ideological objectives
.
12
Sejauh ini tidak ada definisi tunggal mengenai terorisme yang bisa
disepakati. Bahkan definisi yang telah dipaparkan di atas bukanlah konsensus
yang dapat diterima dalam mengkaji isu terorisme. Menurut Azyumardi
Azra, ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya kesulitan dalam
mendefinisikan terorisme. Pertama, ‘terorisme’ merupakan masalah moral
yang sulit, karena istilah ini sering didasarkan
pada asumsi
bahwa sejumlah
tindakan kekerasan
– khususnya menyangkut politik- adalah
12
Ibid., h.10
justifiable dan
sebagian lagi
unjustifiable. Kekerasan
yang dikelompokkan ke dalam bagian
terakhir inilah yang sering disebut sebagai terorisme. Kedua, ‘terorisme’
terletak pada sifat subjektif teror itu sendiri. Umat manusia mempunyai
akar-akar ketakutan yang berbeda. Pengalaman-pengalaman pribadi dan
latar belakang budaya yang berbeda membuat citra ketakutan yang berbeda
pula satu sama lain. Kompleksitas saling mempengaruhi di antara faktor-
faktor subjektif dan respon-respon individual yang sering tidak rasional
mengakibatkan
semakin sulitnya
pengkajian dan pendefinisian secara akurat dan ilmiah atas terorisme.
13
Namun, terdapat kesamaan pendapat
13
M.Hilaly Basya dan David K. Alka, Amerika Perangi Teroris Bukan Islam, Jakarta, Center For Moderat Muslim CMM, 2004, h.33-36
para ahli mengenai ciri-ciri dasar terorisme, yaitu :
14
a. Pengeksploitasian
kelemahan manusia secara sistematis ketakutan
yang melumpuhkan
terhadap kekerasan,
kekejaman, dan
penganiayaan fisik, b. Adanya unsur pendadakan atau
kejutan, c. Mempunyai tujuan politik yang lebih
luas dari sasaran atau korban, d. Direncanakan, dan dipersiapkan
secara rasional.
2. Kategori Aksi Terorisme Ada beberapa kategori aksi di
dalam konteks terorisme ini, di antaranya yaitu yang diungkapkan oleh
T.P Thornton Teror as a Weapon of
14
Abu Ridho, Terorisme : Kelompok Kajian Dakwah dan Pemikiran Islam,T.tp., Tarbiatuna, h.13