karena pesantrennya tetapi lingkungannya, tutur dia menanggapi latar belakang pendidikan pelaku teror bom.
65
11. Ustazd Abubakar Ba’asyir
Beliau adalah Amir Majelis Mujahidin Indonesia MMI. Menurutnya,
pengeboman tanggal 12 Oktober 2002 di Bali khususnya dan beberapa pengeboman yang lain di Indonesia umumnya merupakan rentetan dari salah
satu usaha Amerika memerangi Islam. Dalam usaha yang pertama: dengan adanya pengeboman itu, Amerika ingin membuktikan bahwa betul-betul di
Indonesia itu ada teror. Yang kedua Amerika ingin membentuk satu opini bahwa teroris-teroris yang menggerakkan teror di Indonesia ini adalah orang
Islam.
66
“Mengenai hal itu, saya kembali hanya berpedoman kepada sistem apa yang diterangkan syariat, selama orang kafir itu tidak memerangi Islam kita
dilarang untuk menyerang dan membunuhnya. Tentang masalah Bali, apakah orang-orang kafir, baik itu orang Amerika atau Australia yang sedang berada di
tempat itu orang-orang yang memerangi Islam atau tidak? Menurut pengamatan saya mereka hanyalah turis biasa. Jadi saya berpendapat tidak
seyogianya mereka harus dibunuh, tapi sebaiknya didatangi untuk kemudian dinasehati, didakwahi untuk tidak berbuat maksiat semacam itu.” jelasnya.
65
Ibid.
66
Dedi Junaedi, Konspirasi Di Balik Bom Bali Skenorio Membungkam Gerakan Islam,
Jakarta:Bina Wawasan Press, 2003, h.116
“Pada dasarnya saya mengajarkan Islam menurut keterangan syariat yang ada dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Perlu diketahui bahwa Islam itu
memerintahkan kita hidup berdamai kepada semua umat manusia baik yang muslim maupun yang kafir. Kita diperintahkan hidup berdamai berbuat baik
dan berbuat adil. Pada dasarnya Islam itu menyerukan perdamaian, tetapi apabila Islam diperangi dan diganggu syariatnya, maka Allah swt
memerintahkan kita tidak boleh berbuat damai kepada mereka, tetapi harus membela diri memerangi mereka.” tegasnya.
67
12. Irfan S. Awwas
Ketua Tanfidziyah Majelis Mujahidin Indonesia ini mencoba memahami
jalan pikiran Imam Samudra. Semua itu merupakan hasil ijtihad Imam Samudra atau pengalaman pribadinya. Jadi, kita tidak berhak mencampuri isi
buku itu, ujar Irfan. Orang boleh setuju boleh tidak. Kalau menolak, harus memberikan
hujah, argumentasi
yang lebih
sahih, katanya.
Pemboman di Bali yang dilakukan Imam Samudra dan kawan-kawan karena keyakinannya bahwa di situ terdapat musuh yang dia kejar. Nah, kita kan
tidak tahu, yang tahu cuma mereka. Jika ada yang terkena pemboman, itu memang risiko, ujar Irfan. Tapi bukan berarti Irfan sejalan dengan Imam.
Jihad yang dilakukan Imam Samudra, menurut Irfan, tidak melihat kondisi lokal. Inilah yang menyebabkan dia berseberangan dengan para pelaku bom
67
Ibid.
Bali, JW Marriott, maupun Kuningan. Indonesia tidak dalam keadaan perang, sehingga tidak bisa disamakan dengan di Afghanistan atau di Irak, katanya.
68
B. Cendekiawan Muslim di Luar Indonesia
1. Salim Ulwan al-Hasaniy Cendekiawan muslim dari Libanon, Salim Ulwan al-Hasaniy, menegaskan