Bali, JW Marriott, maupun Kuningan. Indonesia tidak dalam keadaan perang, sehingga tidak bisa disamakan dengan di Afghanistan atau di Irak, katanya.
68
B. Cendekiawan Muslim di Luar Indonesia
1. Salim Ulwan al-Hasaniy Cendekiawan muslim dari Libanon, Salim Ulwan al-Hasaniy, menegaskan
bahwa Islam bukanlah agama teroris dan radikal. Umat islam adalah ummah wasathiyah
, agamanya berada di garis tengah antara orang yang berlebihan dan orang-orang yang meninggalkannya. Moderasi Islam dan keluwesannya tidak
diambil dari selera, kecenderungan dan pendapat pribadi orang, tetapi diambil dari teks-teks syara’. Agama Islam dan orang-orang yang berpegang teguh
dengan Islam, dengan dibekali ilmu, terbebas dari penyimpangan dari jalur moderat.
69
2. Prof. DR. Wahbah al-Zuhaili Beliau adalah seorang ulama besar dari Damaskus; Ketua Jurusan Fiqh dan
Ush al-Fiqh di Fakultas Syariah, Damaskus. Ketika menjawab pertanyaan
tentang dasar syariat aksi bom syahid, Beliau berkata : “Apabila telah jelas jika tindakan pengorbanan diri atau bom syahid ini dilakukan dalam pertempuran
melawan musuh seperti orang-orang Yahudi, kuat dugaan bahwa musuh akan
68
http:www.gatra.com2005-04-08artikel.php?id=83327
69
http:teguhtimur.wordpress.com20061201memberantas-terorisme-dengan-agama
membunuh atau menyiksa, dan dengan seizin pemerintahan yang sah, serta diyakini aksi ini akan menggentarkan musuh, membuat musuh takut, atau
merupakan perlawanan atas intimidasi yang dilakukan musuh; maka aksi bom syahid
ini adalah boleh insya Allah. Sebab, aksi bom syahid telah menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting pada saat ini. Selain itu, aksi perlawanan
frontal yang langsung berhadapan dengan musuh, tidak selalu bisa merealisasikan tujuan. Bahkan, sesungguhnya aksi-aksi kepahlawanan yang
heroik dalam melawan agresi musuh semacam ini dapat mewujudkan perubahan yang sangat krusial.”
70
3. Prof. DR. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi
Beliau adalah ketua Jurusan Theologi dan Perbandingan Agama di Fakultas Syari’ah Universitas Damaskus. Ketika menjawab pertanyaan
mengenai bon syahid, Beliau berkata “Aksi-aksi disyari’atkan seratus persen, apabila tujuan pelakunya adalah untuk mengalahkan musuh dan tidak sekedar
untuk membuang nyawa. Apabila hanya untuk melepaskan nyawanya termasuk bunuh diri. Karena itu ia pelaku bom syahid wajib berniat untuk mengalahkan
musuh bukan untuk mati. Karena Allah bisa jadi menyelamatkannya, meskipun dengan luka bakar.” Kemudian Beliau memberikan contoh : “Di sana ada
seorang yang berkata, aku sudah bosan hidup, aku akan melaksanakan aksi ini, maka ia bunuh diri. Yang lain mengatakan, aku akan maju berjihad di jalan
70
Nawaf Hail Takruri, al-amaliyat al-istishadiyah fil Mizan al-Fiqh, h.102
Allah dan menyerang musuh, jika aku mati, maka hal ini baik bagiku dan jika aku tidak mati maka ini lebih baik. Maka ia syahid insya Allah.”
71
4. Syekh Muhammad Tanthawi