KH. Ma’ruf Amin KH. Abdullah Syukri Zarkasyi KH. Wahidin

agama untuk mencederai umat itu sendiri. Korban dari aksi teror telah menimpa berbagai negara dan masyarakat,” ujarnya. Tarmizi mengakui, umat Islam saat ini diuji dengan tuduhan terorisme. Namun demikian, umat Islam patut bersyukur dengan munculnya gerakan Islam Moderat dalam masyarakat yang menunjukkan adanya revivalisasi nilai- nilai agama yang santun dan ramah. Nilai-nilai agama tersebut berhadapan dengan arogansi dan kekerasan. “Umat beragama di Indonesia harus bangkit bersama melawan kekerasan yang mengatas-namakan agama, jika tidak mau tenggelam dalam stereotip yang tidak menguntungkan semacam teroris,” tegasnya. 63

9. KH. Ma’ruf Amin

Menurut Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia K.H. Maruf Amin bahwa anggapan mereka pelaku pengeboman di Indonesia tentang jihad itu adalah sebuah pemahamam agama yang keliru. Sebab, selain berdosa karena menghilangkan nyawa orang lain, pelaku peledakan juga telah membunuh dirinya sendiri dan hal itu hukumnya haram dalam agama Islam. Hal inilah 63 http:teguhtimur.wordpress.com20061201memberantas-terorisme-dengan-agama yang harus kita tanggulangi sekarang. Sebab, MUI sendiri telah mengeluarkan fatwa tahun 2004 bahwa perbuatan seperti itu bukan jihad dan mati syahid, tegas Mar`uf. Untuk menanggulangi pemahamam agama yang keliru itu, MUI kemudian membentuk tim penanggulangan terorisme. Menurut Mar`uf, tim ini dibentuk setelah Wapres Jusuf Kalla mengimbau agar kalangan ulama mensosialisasikan pemahaman konsep jihad yang benar dan terdiri dari berbagai kalangan seperti Muhammadiyah, Nahdatul Ulama, Ikatan Cendekiawan Islam, dan organisasi Islam lainnya. Mar`uf mengatakan bahwa tim ini yang akan turun ke masyarakat untuk meluruskan pemahaman jihad yang benar atau sesuai dengan ajaran Islam. Kita akan ‘memagari’ masyarakat dari pemikiran jihad dan mati syahid yang keliru, ujar dia. Memang bukan sebuah kebetulan bahwa identitas dari para pelaku teror itu adalah mereka yang pernah mengikuti pendidikan di pesantren. Meskipun demikian, sejumlah pengasuh pesantren membantah anggapan bahwa lembaga pesantren telah mengajarkan ideologi jihad dan mati syahid seperti yang diyakini para pelaku bom bunuh diri itu. 64

10. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi KH. Wahidin

64 http:mobile.liputan6.com?c_id=8id=113002 Pimpinan Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, KH. Abdullah Syukri Zarkarsyi, menjelaskan bahwa seluruh konsep jihad memang diajarkan kepada para santrinya. Tapi, ajaran jihad yang diajarkan itu adalah jihad yang benar atau sesuai dengan agama Islam. Terkait dengan latar belakang pendidikan pelaku terorisme, Adullah mengungkapkan bahwa tindakan terorisme yang mereka lakukan itu tidak dibenarkan dan tidak ada hubungannya dengan latar belakang pendidikan. Artinya tindakan mereka itu karena pengaruh dari luar, tegas Abdullah. Sementara itu, menurut KH. Wahidin, Direktur Pondok Pesantren Al Mukmin, Ngruki, Jawa Tengah, pemerintah jangan memojokkan lembaga pesantren untuk melakukan pelurusan konsep jihad atau mati syahid. Karena kalau kita melakukan pelurusan itu, berarti selama ini pemahaman yang kita ajarkan itu keliru dan dari dahulu kita tidak pernah merasa keliru tentang pemahaman tentang jihad, tegas Wahidin. Baginya, Jihad itu adalah mengerahkan seluruh potensi yang dimiliki setiap umat Islam dalam rangka mempelajari, mengamalkan, dan mendakwahkan atau memperjuangkan dakwah ajaran Islam apabila mendapat tantangan. Lantas dengan adanya seruan itu, Wahidin mengaku pihaknya menganggap keputusan pemerintah itu adalah sesuatu yang wajar atau positif dan pihaknya akan bersikap netral. Wahidin juga mengatakan jangan mengaitkan latar pendidikan seorang pelaku bom itu dengan latar belakang pendidikannya. Sebab, saya yakin perbuatan itu bukan karena pesantrennya tetapi lingkungannya, tutur dia menanggapi latar belakang pendidikan pelaku teror bom. 65

11. Ustazd Abubakar Ba’asyir