Ketua : Asmawi, M.Ag Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag Pembimbing II : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag Kategori Aksi Terorisme Ada beberapa kategori aksi di

PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKSI TERORISME DI INDONESIA ANALISIS FATWA MUI NO. 3 TAHUN 2004 TENTANG TERORISME telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 22 Mei 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam SHI pada Program Studi Jinayah Siyasah Kepidanaan Islam. Jakarta, 22 Mei 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422 PANITIA UJIAN

1. Ketua : Asmawi, M.Ag

…………………… NIP. 150 282 394

2. Sekretaris : Sri Hidayati, M.Ag

………………….... NIP. 150 282 403 3. Pembimbing I : Asmawi, M.Ag …………………… NIP. 150 282 394

4. Pembimbing II : Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag

…………………… NIP. 150 269 678

5. Penguji I : Prof.DR.H.M. Abduh Malik

…………………… NIP. 6. Penguji II : Nahrowi, SH, MH …………………… NIP. 150 293 227 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta, 22 Mei 2008 Iwan Suherman KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, Tuhannya alam semesta, tempatku mengadu dan bersyukur atas anugerahNya yang sangat berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu ku curahkan kepada semulia-mulia makhluk yang Allah ciptakan, Nabi Muhammad saw, assalamu’alaika ya Rasulallah wa rahmatullahi wa barakatuhu… juaga kepada keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya. Alhamdulillah, dalam penulisan skripsi ini, meskipun penulis mengalami banyak kendala, tetapi banyak pula hal-hal yang dapat penulis petik hikmahnya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Walaupun demikian, penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini, karena penulis sendiri hanyalah makhluk yang dhaif yang masih harus banyak belajar. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa syukur yang mendalam kepada Allah swt yang telah mengizinkan penulis untuk mampu menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, dalam kesempatan ini penulis juga ingin berterima kasih kepada banyak pihak yang telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain : 1. Bapak Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MH, MM sebagai Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; 2. Bapak Asmawi, M.Ag dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag selaku Ketua dan SekretarisProgram Studi Jinayah Siyasah yang telah memberikan dukungan dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jazakumullah Khairal Jaza; 3. Bapak Asmawi, M.Ag dan Bapak Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag atas kesediaannya memberikan waktu luang kepada penulis untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan berbagai petunjuk kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 4. Kepala Perpustakaan Fakultas beserta jajarannya, yang telah membantu penulis dalam memfasilitasi berbagai literatur yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini; 5. Segenap Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan berbagai bekal ilmu pengetahuan kepada penulis sejak penulis duduk di bangku perkuliahan sampai lulus dari kampus tercinta ini; 6. Ayahanda dan Ibunda tercinta Sapan dan Arum Rosalia. Doaku senantiasa mengalir untuk kalian laksana sumur zam-zam yang tak pernah kering. Atas kasih sayang yang tiada banding, mendoakan, membantu, mendukung, berkorban, baik secara moril dan materil, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Rabbighfirli wa liwalidaiya warhamhuma kama rabbayani shaghira…Amin; 7. Ustadz H. Asmuni Marzuki, Ustadz H. Ahmad Fulaih,S.Ag, Ustadz Mulyani,S.Ag, yang telah mendoakan dan banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini; 8. Teman-teman satu atap di Jinayah: Beben, Oneil, Ajhon, Wildan, Ubuy, Jabar, Auf, Asep, Adin, Pandi, Karya, Rahmat, Suwardi, Sudirman, Katon, Ana thank untuk bantuannya selama ini, Didi, Nita, Iroh, Lina, Ela, iik, Mamah, Dewi, Elga, Iyam, Manse, Rika. Hadiah terindah yang pernah aku dapat adalah mengenal kalian…Selamat berjuang Kawan 9. Seluruh rekan mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namanya. Namun, keberadaan kalian akan selalu terukir di dalam hati ini; Hanya kepada Allah jualah akhirnya penulis memanjatkan doa dan memohon ampunan. Semoga Allah swt memberikan balasan yang lebih baik dan berlipat ganda kepada mereka, sebab tanpa doa dan bantuan mereka, penulis hanyalah hamba yang dhaif. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mampu memberikan suatu kontribusi bagi perjuangan penegakan syariat Allah di bumi Indonesia tercinta. Hadanallah wa iyyakum ajma’in. Jakarta, 22 Mei 2008 Penulis DAFTAR ISI KATA PENGANTAR…………………………………………………………i DAFTAR ISI…………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah…………………………………….1 B. Perumusan dan Pembatasan Masalah……………………….5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………………...6 D. Metode Penelitian…………………………………………...6 E. Sistematika Penulisan……………………………………….7 BAB II DESKRIPSI UMUM TENTANG TERORISME DAN JIHAD A. TERORISME 1. Definisi Terorisme……………………………………….9 2. Kategori Aksi Terorisme………………………………...11 3. Sanksi Terorisme………………………………………...13 4. Bentuk Aksi……………………………………………..21 B. JIHAD 1. Definisi Jihad.……………………………………………23 2. Dasar Hukum Tentang Jihad.……………………………26 3. Syarat dan Tujuan Jihad.………………………………...30 BAB III PANDANGAN CENDEKIAWAN MUSLIM TENTANG TERORISME DAN JIHAD A. Cendekiawan Muslim di Indonesia.………………………..41 B. Cendekiawan Muslim di Luar Indonesia..………………….57 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MUI NO. 3 TAHUN 2004 TENTANG TERORISME A. Latar Belakang Lahirnya Fatwa MUI tentang Terorisme….62 B. Terorisme dan Jihad………………………………………..65 C. Hukum Terorisme………………………………………….82 D. Sanksi Terorisme…………………………………………...86

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………...91 B. Saran……………………………………………………….93 DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… ...94 LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama Rahmat Li al-‘Alamin, yaitu agama yang membawa perdamaian bagi seluruh alam. Sejarah Islam telah mencatat, bahwa perkembangan Islam dari masa Rasulullah saw, Khulafaurrasyidin, sampai pada masa sekarang ini selalu disampaikan dengan cara damai dan senantiasa menyerukan kedamaian. Oleh karena itu, tidak mungkin umat Islam melakukan tindak kekerasan yang dapat merugikan umat Islam sendiri dan umat lainnya. 1 Islam juga merupakan agama yang mengajak umat manusia untuk merealisasikan kebenaran dan perdamaian, mulai dari lingkup pribadi, sosial, dan negara. Pada waktu yang bersamaan, Islam mengajak untuk berjihad di jalan Allah Ta’ala dalam rangka meninggikan kalimat Allah, mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Misi ini yang diungkapkan seorang sahabat bernama Rabi’ bin Amir kepada panglima perang Persia mengenai Islam dan tujuan kaum muslimin berjihad, “Kami datang untuk mengeluarkan manusia dari kediktatoran penguasa menuju keadilan Islam, dari dunia yang sempit menuju kepada akhirat yang luas, yang belum pernah telinga mendengar dan mata melihatnya. Islam mengagungkan manusia, mengangkat derajat dan keutamaannya di atas seluruh makhluk. Karena itu, Islam mengharamkan pembunuhan, mencegah penganiayaan terhadap anggota badan dan memperbolehkan membayar diyat untuk merealisasikan perdamaian” . 2 1 Majalah Jihad, Edisi PerdanaTh. I, 27 April 2003 h.8 2 Nawaf Hail Takruri, al-amaliyat al-istishadiyah fil Mizan al-Fiqh, Maktabah al-Asad, 1997 Cet. Ke-2 h.5 Islam mensyariatkan agar jihad dilakukan dengan harta, jiwa, dan raga. Jihad adalah sarana paling efektif untuk mewujudkan perdamaian, kebenaran, dan keadilan. Nabi Muhammad saw sendiri menerangkan bahwa tujuan jihad tertinggi adalah syahid 3 di jalan Allah swt, syahid adalah cita-cita tertinggi seorang muslim yang benar keimanannya, karena ia adalah jalan yang mulia, dan suci untuk mencapai keridhoan Allah swt. Hal inilah yang ditegaskan dalam Q.S. Ali Imron 3 : 169 bahwa para syuhada itu hidup disisi Tuhannya. ﺱ ﺏ ﺡ ﺏ +, - . , 1 23 456 7 Artinya : “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki”. Bagi sebagian orang, terutama bagi kalangan non muslim yang kurang memahami pengertian jihad, seakan-akan jihad itu mesti dalam bentuk perang atau dengan menggunakan pedang atau senjata. Hal ini terbukti dari uraian yang ditulis oleh H.A.R Gibb dan Jhon Krameres Shorter Encyclopedia of Islam, sebagaimana dikutip dalam majalah Jihad, mereka menyimpulkan : “Jihad holy war, The spread of Islam by arms, is a religious duty upon Muslims in general. Jihad adalah perang suci, meyebarkan Islam dengan senjata pada umumnya adalah salah satu tugas keagamaan bagi orang-orang muslim”. 4 3 Syahid adalah istilah yang digunakan bagi orang yang gugur didalam berjuang di jalan Allah awt 4 Majalah Jihad, Edisi No.2 Th. I 27 Mei 2003, h.10-11 Padahal, di dalam agama Islam sendiri jihad itu mempunyai makna yang sangat luas, tidak hanya dalam bentuk peperangan. Jihad fi sabilillah dalam pemahaman yang sebenarnya tidaklah identik dengan kekerasan, anarkisme, perang brutal, pengeboman, dan teror yang dilakukan perorangan maupun kelompok. 5 Namun, seringkali ada sebagian orang atau kelompok yang mengatasnamakan Islam untuk melakukan tindakan terorisme. Misalnya Imam Samudera Abdul Aziz, DR. Azhari Husen alm, Noordin M.Top, dan Cs yang ditetapkan sebagai aktor peledakan bom kalau tidak ingin menyebut teroris di beberapa tempat di wilayah Indonesia. Harus disadari bahwa betapa pun teror dan bom yang banyak memakan korban jiwa itu telah membuat rakyat takut. Tindakan yang mereka para pelaku teror lakukan, menjadi malapetaka yang menimpa umat Islam di berbagai daerah di Indonesia. Beragam bentuk dan peristiwa yang menuduh dan mencurigai umat Islam sebagai pelaku peledakan terus menerus kita dengar dan saksikan. 6 Bahkan berbagai tudingan datang dari negara-negara lain AS, Inggris, Australia yang menyebutkan Indonesia adalah negara sarangnya teroris. Tudingan tersebut dilandasi mengingat banyaknya aksi teror yang terjadi di Indonesia, mulai dari tanggal 1 Agustus 2000 hingga 1 Oktober 2005 tercatat sedikitnya 18 peristiwa teror yang menelan korban jiwa dan harta benda. Mulai dari peledakan bom di Kedubes Filipina, Kedubes Malaysia, Kedubes Australia, 5 Majalah Jihad, Edisi Perdana Th. I 27 April 2003, h.12 6 Majalah Sabili, No.6 Th. XII 8 Oktober 2004, h.28 lalu peledakan bom Bali pertama 12 Oktober 2002 dan bom Bali kedua 1 Oktober 2005. 7 Menjadi sebuah pertanyaan besar kepada kita semua, apakah Islam sebagai agama Rahmat Li al-‘Alamin mengajarkan kepada para penganutnya untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan orang lain sampai merenggut banyak korban jiwa dan harta benda seperti aksi terorisme misalnya? Jawaban kita umat Islam tentunya tidak Di sinilah kemudian menjadi sebuah perbincangan di kalangan masyarakat Indonesia. Di tengah keadaan yang meresahkan masyarakat atas tindakan terorisme tersebut, maka MUI Majelis Ulama Indonesia sebagai wadah perkumpulan para ulama di Indonesia turut andil dalam mengatasi masalah terorisme ini dengan mengeluarkan fatwa seputar masalah terorisme di Indonesia. Dalam fatwa tersebut dijelaskan bahwa tindakan terorisme adalah haram dengan alasan apapun, apalagi jika dilakukan di negeri damai Darul al-Suhlt dan negeri muslim seperti Indonesia. Hal ini dijelaskan dalam QS al-Maidah 5 : 33 ﻥ9 :; ﺏ ﺱ = ? A BC ; DE F G = H I J:F ﻥK L,FM N O - LP Q 23 11 7 Artinya: “Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau 7 Httpid.wikipedia.orgwikipengeboman_Bali_2005 dibuang dari negeri tempat kediamannya. Yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”. Kemudian, masih dalam fatwa tersebut, Islam membedakan hukum terorisme dengan jihad, baik dari aspek pengertian, tindakan yang dilakukan dan tujuan yang ingin dicapai. 8 Tertarik dengan substansi fatwa MUI itulah penulis ingin meneliti masalah terorisme di Indonesia dengan mengangkat judul yaitu “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKSI TERORISME DI INDONESIA Analisis Terhadap Fatwa MUI Tahun 2004 tentang Terorisme”.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Perumusan masalah penelitian ini adalah berkaitan dengan dikeluarkannya fatwa MUI tentang terorisme, sebagai bentuk sikap dari para ulama Indonesia terhadap aksi terorisme. Untuk itu, penulis akan melakukan tinjauan hukum Islam terhadap aksi terorisme di Indonesia dengan menganalisis fatwa MUI tersebut. Berdasarkan pokok masalah ini, akan diuraikan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran hakikat jihad dan terorisme ? 2. Bagaimanakah pandangan cendekiawan Islam tentang jihad dan terorisme? 3. Bagaimanakah pandangan MUI tentang jihad dan terorisme ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Memberikan penjelasan hakikat jihad dan terorisme 2. Mengetahui pandangan cendekiawan Islam tentang jihad dan terorisme 3. Mengetahui pandangan MUI tentang jihad dan terorisme Adapun manfaat penelitian ini adalah : 8 MUI, Fatwa MUI Tentang Terorisme, Tahun 2004 1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan umat Islam tentang definisi dan perbedaan seputar masalah terorisme dengan jihad, 2. Mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang tinjauan hukum islam terhadap aksi terorisme, 3. Untuk menambah khasanah pemikiran Islam mengenai analisis fatwa MUI terhadap aksi terorisme di Indonesia.

D. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang dikumpulkan berdasarkan data-data ilmiah yang telah ada. Juga bersifat deskriptif, karena penelitian ini menjabarkan atau menggambarkan obyek penelitian. Kemudian penelitian ini bersifat penelitian hukum normatif-dokriner, karena di dalamnya akan dipakai aturan-aturan yang telah baku dan juga pendapat pendapat dari para ahli. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam tahap ini penulis menggunakan 2 dua teknik pengumpulan data, yaitu melalui Studi Dokumenter, di mana dalam hal ini penulis mengkaji literatur- literatur ataupun tulisan-tulisan dari beberapa ahli dalam wacana terorisme ini, dan yang kedua melalui teknik wawancara. 9 3. Teknik Analisis Data Dalam tahap ini penulis menggunakan Teknik Analisis Kualitatif, di mana dalam tahap ini penulis berusaha menganalisa berbagai pemikiran dan kesimpulan yang didapat dalam literatur-literatur tersebut dan juga berusaha melakukan seleksi data dan menginterpretasikan serta menguji kebenarannya. Adapun Teknik dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada “Pedoman Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah Hukum Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007 10

F. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memudahkan memahami penelitian ini, penulis membaginya menjadi lima bab, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

9 Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta UI Press, 1986, h.12 10 Djawahir Hejazziey, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta Fakultas Syariah Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2007 Pada bab ini menjelaskan tentang : latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II DESKRIPSI UMUM TENTANG TERORISME DAN JIHAD :

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang : definisi terorisme, kategori aksi terorisme, sanksi terorisme, bentuk aksi terorisme, definisi jihad, dasar hukum tentang jihad, syarat dan tujuan jihad.

BAB III PANDANGAN CENDEKIAWAN MUSLIM TENTANG TERORISME DAN JIHAD

Pda bab ini penulis menjelaskan tentang : pandangan cendekiawan Muslim di Indonesia, dan pandangan cendekiawan Muslim di Luar Indonesia.

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA MUI NO. 3 TAHUN 2004 TENTANG TERORISME

Pada bab ini penulis memaparkan dan menjelaskan : berbagai aksi terorisme di Indonesia, terorisme dan jihad, hukum terorisme, dan sanksi terorisme.

BAB V PENUTUP Pada bab ini berisi tentang : kesimpulan, dan saran.

\ BAB II DESKRIPSI UMUM TENTANG TERORISME DAN JIHAD

A. TERORISME 1. Definisi Terorisme

Dapatkah terorisme didefinisikan?Pertanyaan ini diajukan oleh Wolter Lacquer. Menurutnya lebih dari seratus definisi telah dikemukakan untuk menjelaskan fenomena tersebut. Kata terorisme diderivasi dari bahasa Latin yaitu terrere, berarti membuat ketakutan, dan terorisme didefinisikan sebagai suatu “Penggunaan teror yang sistematik secara khusus sebagai satu sarana memperoleh tujuan politik” systematic use of terror as a means of gaining some political end . Sedangkan definisi terorisme menurut Hoffman Inside Terrorism sebagaimana dikutip dalam buku ‘Terorisme Berjubah Agama’ adalah “Penciptaan dan eksploitasi ketakutan yang dilakukan dengan sengaja melalui kekerasan atau ancaman kekerasan dalam rangka mencapai perubahan politik” the deliberate creation and exploitation of fear through violence or the threat of violence in the pursuit of political change . 11 Satu definisi terbaik mengenai terorisme telah dikeluarkan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat tahun 1990 bahwa terorisme adalah “Penggunaan kekuatan atau kekerasan yang tidak berdasarkan hukum atau mengancam yang menghancurkan individu dan harta benda untuk memaksa dan mengintimidasi pemerintah dan masyarakat, seringkali untuk mencapai tujuan-tujuan politik, agama atau 11 Ridwan al-Makassary, Terorisme Berjubah Agama, Jakarta, PBB UIN, 2003, h.9 ideologi” as the unlawful use of, or threatened use, of force or violence against individuals or property to coerce and intimidate governments or societies, often to achieve political, religious, or ideological objectives . 12 Sejauh ini tidak ada definisi tunggal mengenai terorisme yang bisa disepakati. Bahkan definisi yang telah dipaparkan di atas bukanlah konsensus yang dapat diterima dalam mengkaji isu terorisme. Menurut Azyumardi Azra, ada beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya kesulitan dalam mendefinisikan terorisme. Pertama, ‘terorisme’ merupakan masalah moral yang sulit, karena istilah ini sering didasarkan pada asumsi bahwa sejumlah tindakan kekerasan – khususnya menyangkut politik- adalah 12 Ibid., h.10 justifiable dan sebagian lagi unjustifiable. Kekerasan yang dikelompokkan ke dalam bagian terakhir inilah yang sering disebut sebagai terorisme. Kedua, ‘terorisme’ terletak pada sifat subjektif teror itu sendiri. Umat manusia mempunyai akar-akar ketakutan yang berbeda. Pengalaman-pengalaman pribadi dan latar belakang budaya yang berbeda membuat citra ketakutan yang berbeda pula satu sama lain. Kompleksitas saling mempengaruhi di antara faktor- faktor subjektif dan respon-respon individual yang sering tidak rasional mengakibatkan semakin sulitnya pengkajian dan pendefinisian secara akurat dan ilmiah atas terorisme. 13 Namun, terdapat kesamaan pendapat 13 M.Hilaly Basya dan David K. Alka, Amerika Perangi Teroris Bukan Islam, Jakarta, Center For Moderat Muslim CMM, 2004, h.33-36 para ahli mengenai ciri-ciri dasar terorisme, yaitu : 14 a. Pengeksploitasian kelemahan manusia secara sistematis ketakutan yang melumpuhkan terhadap kekerasan, kekejaman, dan penganiayaan fisik, b. Adanya unsur pendadakan atau kejutan, c. Mempunyai tujuan politik yang lebih luas dari sasaran atau korban, d. Direncanakan, dan dipersiapkan secara rasional.

2. Kategori Aksi Terorisme Ada beberapa kategori aksi di

dalam konteks terorisme ini, di antaranya yaitu yang diungkapkan oleh T.P Thornton Teror as a Weapon of 14 Abu Ridho, Terorisme : Kelompok Kajian Dakwah dan Pemikiran Islam,T.tp., Tarbiatuna, h.13 Political Agitation yang dikutip dalam buku ‘Amerika Perangi Teroris Bukan Islam’ bahwa ada dua kategori aksi terorisme, pertama: enforcement terror, yang dijalankan penguasa untuk menindas tantangan terhadap kekuasaan mereka. Kedua: agitational terror, yakni kegiatan teroristik yang dilakukan mereka yang ingin menganggu tatanan yang mapan untuk kemudian menguasai tatanan politik itu. 15 Berkaitan dengan itu juga, menurut W.F May Terrorism as Strategy and Ecstasy yang juga dikutip dalam buku ‘Amerika Perangi Teroris Bukan Islam’ yang membagi terorisme ke dalam dua bagian yaitu : penguasa teror regime terror dan cengkraman suasana teror siege of terror. Yang 15 M.Hilaly Basya dan David K. Alka, Amerika Perangi Teroris Bukan Islam, h.38 pertama mengacu kepada terorisme untuk melayani kekuasaan yang mapan. Yang kedua mengacu pada terorisme untuk kepentingan gerakan-gerakan revolusioner. May mengakui walau penguasa teror lebih penting, justru cengkraman teror lebih menyita perhatian karena ia menyibakkan persepsi tentang dunia pembunuhan manusia secara kekerasan dalam cara mencolok sehingga tampak lebih jelas pada terorisme negara. 16 Sedikit berbeda dengan Thornton dan May, Wilkinson Political Terrorism dikutip dalam buku ‘Jihad dan Terorisme’ membedakan empat jenis terorisme : kriminal, psikis, perang, dan politik. Terorisme kriminal didefinisikan sebagai penggunaan teror secara sistematis untuk mencapai 16 Ibid., h.38 tujuan-tujuan materiil; terorisme psikis mempunyai tujuan-tujuan mistik, keagamaan atau magis; terorisme perang mempunyai tujuan melumpuhkan lawan, menghancurkan pertahanannya; sedangkan terorisme politik secara umum didefinisikan sebagai penggunaan ancaman untuk mencapai tujuan-tujuan politik. 17 Terorisme gaya baru mengandung beberapa karakteristik. Pertama, adanya maksimalisasi korban secara sangat mengerikan. Kedua, keinginan untuk mendapatkan liputan di media massa secara internasional secepat mungkin. Ketiga, tidak pernah ada yang membuat klaim terhadap terorisme yang sudah dilakukan. Keempat, serangan terorisme itu tidak pernah bisa diduga karena sasarannya 17 Azyumardi Azra, Jihad dan Terorisme, Jakarta:Islamika,1997, h.85 sama dengan luasnya seluruh permukaan bumi. 18 Terorisme gaya baru dapat menyerang apa saja, menyerang gereja atau masjid, menghantam pasar atau supermarket, melumat kantor pemerintah atau lembaga pendidikan, nightclub , hotel-hotel, bisa menyerang perkampungan desa maupun kota, bisa melakukan serangan di jalan raya, kereta api, bus, pesawat terbang, kapal, dan lain sebagainya.

3. Sanksi Terorisme