dipergunakan untuk
melakukan kejahatan dapat dirampas”.
4. Bentuk Aksi Terorisme
Menurut Lacqueur, tidak semua kekerasan
dapat disebut
sebagai tindakan terorisme. Senada dengan
Lacqueur, ada dua karakteristik dari terorisme. Pertama, ada kekerasan, dan
Kedua,
dimotivasi oleh
agama.
24
Berdasarkan beberapa
karakter tersebut,
dapatlah diklasifikasikan
bahwa bentuk aksi terorisme terbagi ke dalam dua jenis, yaitu :
1. Terorisme Agama
Persepsi yang umum mengenai kemunculan kekerasan atas nama
agama di penjuru dunia terjadi pada abad ke dua puluh. Tahun 1998
24
Ridwan al-Makassary, Terorisme Berjubah Agama, h.12
misalnya, Sekretaris Negara Amerika Serikat Madelaine Albright telah
membuat
daftar 30
kelompok terorisme yang paling mengancam
perdamaian dunia,
lebih dari
separuhnya adalah karena motivasi agama. Mereka para pelaku teror
memaknai kekerasan sebagai suatu titah ketuhanan dan aksi sakramen
upacara suci. Dengan demikian, menurut Hoffman terorisme agama
mengasumsikan satu dimensi yang transendental dan akibatnya para
pelaku terorisme tidak dihalangi oleh hambatan-hambatan
politik dan
moral.
25
Agama selanjutnya bertugas sebagai satu kekuatan legitimasi. Ini
menjelaskan mengapa sanksi klerik menjadi begitu penting bagi para
pelaku terorisme agama dan mengapa
25
Ibid., h.15
tokoh-tokoh agama seringkali dituntut untuk
‘merestui’ tindakan
teror sebelum tindakan itu dilaksanakan.
Pada terorisme
agama tidak
bermaksud menerima konstituen lain. Karenanya, pembatasan-pembatasan
yang dipaksakan sangat tidak relevan bagi terorisme agama. Tidak adanya
satu konstituen yang lebih luas mendorong pelaku terorisme agama
ini menampilkan kekerasan yang kadangkala terbatas melawan satu
kategori target yang nyata siapapun yang tidak menjadi anggota dari
terorisme agama atau sekte agama tersebut. Selain itu, terorisme agama
melihat diri mereka bukan sebagai satu bagian dari satu sistem sosial,
tetapi sebagai orang luar outsiders yang
mengupayakan perubahan-
perubahan fundamental dalam satu sistem sosial yang berlaku.
26
2. Terorisme Sekuler Dalam
hal konstituennya,
terorisme sekuler berupaya mencari dan merangkul para simpatisan yang
aktual dan potensial. Berbanding terbalik dengan terorisme agama, pada
terorisme
sekuler pembatasan-
pembatasan yang dipaksakan –karena harapan untuk merangkul pendukung
yang diam-diam atau konstituen yang pasif- sangatlah relevan. Terorisme
sekuler
menganggap kekerasan
sebagai satu jalan untuk menuntut dan mendesak adanya perbaikan dan
perubahan satu sistem sosial yang pada dasarnya bagus. Terorisme jenis
26
Ibid., h.16
ini juga memiliki satu set tujuan- tujuan politik, sosial, atau ekonomi.
27
B. JIHAD 1. Definisi Jihad
Perkataan jihad
seringkali diterjemahkan kedalam bahasa Inggris
dengan Holy War. Di dalam al-Qur’an Allah swt menyebut kata-kata jihad
sebanyak 41 kali dengan pengertian yang berbeda-beda. Menurut Prof. DR.
Quraisy Shihab, sebagaimana dikutip dalam majalah Jihad, jihad merupakan
manifestasi identitas seorang mukmin, artinya setiap mukmin adalah seorang
mujahid
pelaku jihad.
28
Jihad tidak selalu
identik dengan
perang menggunakan senjata, karena dalam
27
Ibid., h.18
28
Majalah Jihad, Edisi No.2 Th. I 27 Mei 2003, h.5
al-Qur’an istilah
perang sendiri
menggunakan 4 jenis kata yaitu : a. Qitaal .
b. Harb N,ﺡ c. Ghazwah L :R
d. Jihaad ? ;
Menurut pengertian secara bahasa jihad
berasal dari kata al-juhd S yang
berarti kemampuan,
atau mengeluarkan sepenuh tenaga dan
kemampuan dalam
mengerjakan sesuatu. Kata jihad juga berasal dari
kata al-jahd S artinya kesukaran yang
untuk mengatasinya
harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.
Demikianlah keterangan dari Wahbah al-Zuhaili dalam kitab al-Fiqh al-Islam
Wa Adillatuhu.
29
Menurut Imam Raghib al-Isfahani Mu’jam Mufradat Li al-
Fadz al-Qur’an seperti yang dikutip
29
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu, Juz VI Damaskus Suriah:Dar al-
Fikr,1984, h.413
dalam buku ‘Meluruskan Makna Jihad Mencegah Terorisme’
dijelaskan bahwa yang di maksud dengan jihad adalah
mengerahkan segala kemampuan untuk menangkis serangan dan menghadapi
musuh yang tidak tampak yaitu hawa nafsu, setan, dan musuh yang tampak
yaitu orang kafir yang memusuhi islam. Jihad
dalam pengertian ini tidak hanya mencakup pengertian perang melawan
musuh yang memerangi Islam, tetapi lebih luas lagi jihad berarti berusaha
sekuat tenaga dan kemampuan untuk mengalahkan nafsu setan dalam diri
manusia. al-Nabhani al-syakhsiyah al- Islamiyah
mendefinisikan jihad
sebagai perang terhadap terhadap orang- orang kafir untuk meninggikan kalimat
Allah.
30
Menurut Sayyid
Quthub
30
Meluruskan Makna Jihad Mencegah Terorisme, Diterbitkan Oleh Tim Penanggulangan Terorisme, Cet. I, 2006, h.4
Ma’aalim Fi al-Thariq, seperti yang dikutip dalam majalah Jihad, jihad
adalah kelanjutan dari politik Tuhan. Jihad
adalah perjuangan revolusioner yang dirancang untuk melucuti musuh-
musuh Islam, sehingga memungkinkan muslimin
menerapkan ketentuan-
ketentuan syari’ah yang selama ini diabaikan atau bahkan ditindas oleh
Barat dan rezim-rezim opresif di dunia muslim sendiri. Sedangkan menurut
Abul A’la al-Maududi, jihad adalah perjuangan yang harus dilakukan kaum
muslimin untuk mewujudkan cita-cita islam
sebagai sebuah
gerakan revolusioner internasional.
31
Selain definisi diatas, para fuqaha mengartikan
jihad sebagai
upaya mengerahkan segenap kekuatan dalam
perang fi sabilillah baik secara langsung
31
Majalah Jihad, h.11
maupun dalam
bentuk pemberian
bantuan keuangan, pendapat, atau penyediaan logistik dan lain-lain untuk
memenangkan peperangan.
32
Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa jihad adalah
usaha yang sungguh-sungguh dengan segenap kemampuan untuk mencapai
tujuan yang luhur di jalan Allah. Jihad dapat dilakukan dengan bekerja keras,
melawan
hawa nafsu
yang menghancurkan dan menjerumuskan
manusia kepada kebinasaan. Jihad juga dapat dilakukan dalam bentuk perang
yang diijinkan oleh Allah swt demi menjaga
kehormatan, harkat,
dan martabat manusia dan kaum muslimin.
2. Dasar Hukum Tentang Jihad