Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
kelompok AP dibanding dengan placebo dalam menghilangkan gejala dan tanda infeksi saluran nafas.
2.17. Farmakokinetik Ekstrak Sambiloto
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat efek farmakokinetik ekstrak sambiloto di berbagai sentra. Setelah pemberian Andrografolid secara oral, dicapai
kadar plasma tertinggi setelah 1,5 – 2 jam dan bertahan dalam plasma selama 10 jam. Setelah 72 jam, 90 andrografolid diekskresikan terutama melalui urin, meskipun
masih ada perdebatan tentang hal ini Zhangnm, 1995. Dari studi literatur diketahui bahwa, ekstrak etanol herba sambiloto terakumulasi
dalam jaringan lunak dalam tubuh. Distribusi ekstrak etanol sambiloto dalam organ tubuh hewan percobaan yang ditetapkan melalui pemberian andrografolid berlabel
secara IV setelah 48 jam, dan didapati kadar obat diberbagai organ sebagai berikut: otak 20,9, limfa 14,9, jantung11,1, paru-paru 10,9, rektum 8,6, ginjal 7,9, hati
5,6, uterus 5,1, ovarium 5,1, usus halus 3,2. Absorpsi dan ekskresinya cepat, 80 diekskresikan dalam 8 jam melalui ginjal dan saluran cerna, 90 dikeluarkan dari
tubuh dalam waktu 48 jam Andrographis in Depth Review Dari data yang telah di kemukakan perlu diteliti pengaruh ekstrak herba
sambiloto terhadap penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi dengan dosis 250 mg dan 500 mg dan kombinasi, karena bahannya banyak terdapat di Indonesia, termasuk di
Sumatera Utara dan sesuai anjuran Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
BAB 3 BAHAN DAN CARA PENELITIAN
3.1.Desain penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode uji klinik acak terkontrol yang tersamar ganda, dengan empat kelompok perlakuan pengobatan pasien malaria falsiparum
dewasa tanpa komplikasi. Obat uji kapsul sambiloto dengan kapsul plasebonya dibuat dengan bentuk, besar, warna, dan bau yang sama, demikian juga dengan tablet
klorokuin 250 mg dan artesunat 50 mg sebagai obat pembanding dimasukkan kedalam kapsul sebanyak dua tablet 250 mg klorokuin dalam satu kapsul dan dua tablet 50 mg
artesunat dalam satu kapsul serta dibuat kapsul plasebonya dengan bentuk, besar, warna dan bau yang sama. Selanjutnya setiap pasien yang memenuhi kriteria penelitian akan
mendapat pengobatan dengan jenis dan jumlah obat yang sama, dan setiap obat yang diuji atau plasebonya diberikan sesuai nomor urut berdasarkan tabel acak. Dokter
peneliti dan pasien tidak mengetahui jenis kelompok obat mana yang diberikan. Uji klinik dilaksanakan sesuai GCP Good Clinical Practice yang berlaku
3.2.Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus sd Oktober 2005. Tempat penelitian: Rumah Sakit Umum Penyabungan, Klinik Malaria Panyabungan Kecamatan
Panyabungan dan beberapa desa di wilayah kerja Puskesmas se Kabupaten Mandailing Natal Madina Sumatera Utara