Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
masih dalam batas toleransi penderita. Teori Clyde menyebutkan kemungkinan adanya mekanisme defensif parasit. Pirimetamin bekerja sebagai inhibitor enzim dihidrofolat
reduktase yang menyebabkan parasit tidak mampu membentuk asam tetrahidrofolat, yang menyebabkan parasit tidak mampu melanjutkan siklus hidupnya, tetapi
Plasmodium falciparum yang telah menjadi resisten terhadap pirimetamin ternyata mampu membentuk enzim dihidrofolat reduktase yang abnormal dalam jumlah banyak.
Sulfadoksin bekerja sebagai kompetitor inhibisi PABA dengan menggunakan enzim dihidropteroat sintetase sehingga pembentukan asam dihidropteroat terganggu dan
asam folat yang diperlukan parasit tidak terbentuk. Penyebab resistensi terhadap sulfadoksin karena parasit mampu menggunakan jalan pintas sehingga terhindar dari
pengaruh sulfadoksin. Klorokuin bekerja dengan mengikat feriprotoporfirin IX yang merupakan suatu hematin hasil metabolisme hemoglobin di dalam parasit. Laktan
feriprotoporfirin IX-klorokuin ini mampu melisiskan membran parasit. Resistensi terhadap klorokuin terjadi karena tempat ikatan klorokuin dalam eritrosit berkurang
sehingga parasit dalam eritrosit tidak dapat dibunuh. Menurut Cowman pada umumnya resistensi terjadi oleh mutasi gen karena pemakaian obat secara terus-menerus dalam
waktu lama dan bersifat massal. Mutasi ini menyebabkan parasit mengambil jalur metabolisme lain sehingga terhindar dari pengaruh obat. Pada anti folat terjadi mutasi
pada gen tunggal dan pada klorokuin terjadi mutasi yang multigenik sehingga timbul secara perlahan-lahan Sungkar dkk, 1992.
2.9. Peranan Tumbuhan Obat di Indonesia
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan obat tradisional yang telah digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia secara turun temurun. Keuntungan
obat tradisional yang dirasakan langsung oleh masyarakat adalah kemudahan untuk memperolehnya dan bahan bakunya dapat ditanam di pekarangan sendiri, murah dan
dapat diramu sendiri setempat Depkes, 1983. Hampir setiap orang Indonesia pernah menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit atau kelainan yang timbul pada
tubuh selama hidupnya, baik ketika masih bayi, kanak-kanak, maupun setelah dewasa. Dan diakui serta dirasakan manfaat tumbuhan obat ini dalam menyembuhkan penyakit
yang diderita atau meredakan kelainan yang timbul pada tubuh. Pada masa lalu tumbuhan obat ini berperan karena fasilitas kesehatan tidak
terjangkau, terutama di daerah-daerah pedesaan yang terpencil. Masih banyak anggota masyarakat yang mencari pertolongan pengobatan kepada tenaga-tenaga penyembuh
tradisonal seperti tabib dan dukun, bahkan sebagian dari mereka juga mencoba tumbuhan obat untuk menyembuhkan penyakit hanya berdasarkan informasi dari
keluarga atau tetangga saja. Jadi pada ketika itu peranan tumbuhan obat sangat terbatas pada sekelompok penduduk daerah tertentu dan pada keadaan tertentu, serta
dipengaruhi pula oleh kepercayaan tertentu berkat mantera-mantera yang diyakini mempunyai kekuatan penyembuh bila di kerjakan oleh orang-orang tertentu seperti
dukun.
2.10. Obat Tradisional dan Profesi Dokter
Memang diakui bahwa pandangan profesi dokter terhadap tumbuhan obat atau obat-obat tradisonal masih negatif, apalagi mau menggunakannya sebagai obat terhadap
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
pasien di praktek, baik itu di Puskesmas, rumah sakit, apalagi di tempat praktek pribadi. Hal ini menurut penulis adalah wajar, karena dari kurikulum pendidikan dokter sendiri
belum ada topik tentang penggunaan tumbuhan obat ini. Pengetahuan dan pengalaman dokter Indonesia tentang obat-obatan umumnya
terhadap obat-obat generik maupun obat paten. Terutama obat-obatan dari luar negeri yang sangat gencar membungkus strategi bisnis pemasaran obatnya dikalangan profesi
dokter dengan melakukan penelitian-penelitian multicenter, serta memublikasikannya di Majalah Kedokteran internasional. Sementara kegiatan penelitian di bidang farmasi
sepertinya tidak begitu gairah untuk bekerja sama dengan profesi dokter, walaupun mendapat dukungan dari berbagai sponsor. Hal ini sangat berbeda dengan negara-
negara seperti Cina, India, Thailand dan lainnya. Di negara Cina misalnya, sudah sejak bertahun-tahun akademi-akademi medis
Cina mempelajari suatu seni yang sudah berusia berabad-abad mengenai pengobatan- pengobatan herba, dan mengembangkan seni ini sejalan dengan kaidah-kaidah ilmiah.
Hal ini melibatkan penelitian yang komprehensif atas catatan-catatan kuno, dan pengujian pengobatan tradisional. Formula tumbuhan yang bersifat rahasia,
digambarkan dalam terminologi tradisional, diterjemahkan ke dalam istilah-istilah modern dan dikirim ke institut medis untuk dikaji ulang, dengan menggunakan teknik-
teknik pemeriksaan laboratorium modern. Sebagai hasilnya, majalah medis Cina terus menerus melaporkan penemuan-
penemuan baru dalam seni pengobatan herba kuno, dan laporan-laporan ini telah menarik perhatian dunia medis internasional. Kira-kira separuh dari populasi Cina
menggunakan lebih dari 1.500 herba yang berbeda, ditambah lebih dari 1.000
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
pengobatan herba yang paten, dan banyak dari herba serta formula ini di ekspor ke negara-negara lain. Di Jepang, para konsumen membelanjakan lebih dari 2 milyar US
Dollar setahun untuk obat-obatan herba Cina yang sudah di patenkan Lucas, 1998. Sejarah telah menunjukkan bahwa banyak obat jadi berasal dari obat tradisional.
Obat yang berasal dari kulit kayu Chincona ledgeriana yang dipakai untuk mengobati malaria, kemudian dimurnikan menjadi obat jadi yaitu kinin atau kina. Demikian pula
Papaverine somniferum. Juga serpentin dan reserpin yang berasal dari tanaman Rauwolfia serpentina. Belum begitu lama telah dimurnikan artemisinin dari tanaman
Artemisia annua yang telah lama dipakai sebagai obat tradisional Cina dengan nama Quing Hao Shu untuk mengobati malaria. Banyak kemungkinan obat tradisional
Indonesia di kemudian hari juga dapat dimurnikan menjadi obat baru. Namun demikian, penemuan obat baru ini memerlukan dana, sarana, dan ahli yang memadai dan
memerlukan tenggang waktu lama. Indonesia merupakan mega-senter keragaman hayati dunia, dan menduduki
urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazil. Bila biota laut ikut diperhitungkan, maka Indonesia menduduki urutan terkaya pertama di dunia. Di bumi kita ini diperkirakan
hidup sekitar 40.000 spesies tumbuhan, dimana 30.000 spesies hidup di kepulauan Indonesia. Di antara 30.000 spesies tumbuhan yang hidup di kepulauan Indonesia,
diketahui sekurang-kurangnya 9.600 spesies tumbuhan berkhasiat sebagai obat dan kurang lebih 300 spesies telah digunakan sebagai bahan obat tradisional oleh industri
obat tradisional. Indonesia juga merupakan negara agraris, mempunyai banyak area pertanian dan perkebunan yang luas serta pekarangan yang dapat ditanami tumbuhan
obat. Indonesia masih banyak memiliki area terlantar yang belum dimanfaatkan. Hutan
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009