Respons Imun terhadap Malaria

Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009 USU Repository © 2008 bahan sambiloto serta pengolahannya. Pada penelitian ini bahan ekstrak yang diambil berasal dari satu daerah pembenihan dan proses tanam dan panen juga sudah terstandarisasi, yaitu dari budidaya tanaman sambiloto PT Kimia Farma Tbk di Kebun Pertanian Banjaran Bogor. Dengan hasil efikasi sambiloto tunggal 90 pada penggunaan terhadap pasien malaria falsiparum dewasa tanpa komplikasi dan hasil pembersihan parasit dari dalam darah rata-rata pada hari ke tujuh pengobatan, maka jelas Indonesia sebenarnya mempunyai aset tanaman obat yang tidak kalah efisien dengan negara-negara Cina, India dan lainnya yang telah lebih dulu memproduksi tanaman obat tradisionilnya untuk menjadi komoditi ekspor yang dapat diandalkan. Apalagi persoalan penanggulangan penyakit malaria di Indonesia sampai saat ini masih menemukan banyak kendala untuk mengendalikannya, dan masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting. Bila tanaman herba sambiloto ini dapat dikembangkan menjadi fitofarmaka, maka sambiloto menjadi salah satu alternatif pengobatan malaria yang berasal dari tanaman Indonesia sendiri.

5.4. Respons Imun terhadap Malaria

Infeksi Plasmodium falciparum pada manusia akan melibatkan respon imun humoral dan seluler, dengan tujuan untuk mengeliminasi parasit dari dalam tubuh manusi. Respon imun humoral akan menghasilkan beberapa jenis antibodi, seperti antibodi terhadap sporozoit yang akan menghambat invasi sporosit ke hepar, anatibodi terhadap merozoit yang menghambat invasi merozoit ke eritrosit, antibodi terhadap antigen malaria dalam eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium falciparum yang dapat Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009 USU Repository © 2008 menghambat proses sitoadheren pada endotel pembuluh darah, dan akan terbentuk pula antibodi yang menetralisir toksin yang dihasilkan oleh Plasmodium falciparum. Sedangkan respon imun seluler dapat mengaktivasi sel limfosit T-helper CD4 untuk menghasilkan berbagai macam limfokin, mengaktivasi limfosit T-sitotoksik CD8 guna melisis parasit intrahepatik hepatosit yang terinfeksi parasit, dan terhadap parasit di dalam eritrosit, memicu terjadinya ADCC antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity. Jadi sebetulnya respon imun tubuh cukup efektif guna mengatasi infeksi plasmodium, tapi pada kenyataannya, orang banyak juga terserang penyakit malaria ini. Hal ini disebabkan karena plasmodium mampu menghindar dari respon imun tubuh melalui kemampuannya membentuk variasi antigenik, seperti kemampuan Plasmodium.falciparum mengsekresikan pfEMP1 Plasmodium falciparum erythrocyte membrane protein-1 dengan berbagai variasi antigeniknya sehingga dapat menghindar dari blokade antibodi terhadap perlekatan pada endotel vaskuler, dan menghindar dari lisis oleh mekanisme ADCC Daniel-Ribeiro, 2000. Selama pertumbuhan dan perkembangan plasmodium didalam sel-sel eritrosit dan di saat ruptur eritrosit yang terinfeksi, akan terjadi pelepasan toksin dan selanjutnya terjadi produksi dari sitokin untuk secara sistematik menimbulkan respon imun dari host. Plasmodium tumbuh didalam sel-sel eritrosit dengan mencernakan hemoglobine didalam sitoplasma dan selanjutnya merubah heme menjadi toxic pigment. Di saat beberapa eritrosit yang terinfeksi plamodium ruptur bersamaan, maka akan terjadi pelepasan toksin yang masif yang akan menyebabkan over produksi sitokin, seperti TNF- g, IFN- , dan IL-1. Pada saat meningkatnya kadar TNF-g sebagai respon Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009 USU Repository © 2008 terhadap rupturnya eritrosit, maka akan terjadi respon demam yang berkaitan dengan infeksi malaria Malaria, Available from: www.bio davidson.edu... Imunitas terhadap infeksi malaria melibatkan respons imun seluler dan humoral. Respons imun seluler yang diperantarai oleh limfosit T khususnya sel T sitotoksik memegang peranan penting terhadap infeksi sporozoit intra seluler skizogoni ekstra- eritrositik. Efek pertahanan dari sel T sitotoksik ini diperantarai dengan cara lisis langsung dengan sekresi INF- dan aktifasi makrofag agar menghasilkan NO atau senyawa lain untuk membunuh parasit. Peningkatan aktifitas dari sel T sitotoksik diharapkan akan meningkatkan reaksi pertahanan tubuh terhadap malaria terutama terhadap sporozoit pada fase skizogoni ekstra-eritrositik Abbas, 2000. Untuk mengatasi infeksi oleh Plasmodium.falciparum, tubuh memberikan respon imun yang kompleks dan beberapa diantaranya berhasil mengeliminasi parasit, walaupun berapa yang lain kurang berhasil karena parasit dapat menghindar dari respon imun tubuh. Dalam beberapa literatur sudah banyak dibuktikan bahwa tanaman obat sambiloto juga bersifat atau berkhasiat sebagai imunomodulator atau tepatnya sebagai imunostimulator. Sebagai imunomodulator, AP dapat menstimulasi produksi antibodi spesifik terhadap antigen sel darah merah domba, meningkatkan reaksi alergi tipe lambat Delayed Type Hypersensitivity. Terhadap makrofag, meningkatkan indeks migrasi macrophage imgration index = MMI dan meningkatkan fagositosis terhadap sel target Escherichia coli yang dilabel 14 C-leucine. Terhadap limfosit yang diisolasi dari limpa, meningkatkan aktifitas proliferasinya, sehingga AP disebut sebagai Imunostimulator Torre et al, 2002. Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009 USU Repository © 2008 Dari penelitian ini telah dibuktikan bahwa ekstrak herba sambiloto tunggal 250 mg tiga kali sehari selama lima hari mempunyai efikasi sebagai antimalaria falsiparum tanpa komplikasi pada pasien dewasa, dan tidak berbeda bermakna dengan yang lebih tinggi sebesar 500 mg. Tetapi dengan penggandaan dosis menjadi 500 mg, ternyata keamanannya dilihat sama sehingga efek samping yang timbul tidak menunjukkan perbedaan dengan dosis 250 mg. Hanya dari peningkatan dosis ini terlihat adanya kenaikan kadar TNF- g yang bermakna pada hari ke tujuh pengobatan dibandingkan dengan hari sebelum mendapat pengobatan H0. Asumsi peneliti sebelumnya, dengan peningkatan kadar TNF- g ini merupakan suatu efek imunomodulator. Imunomodulator tidak menyebabkan terjadinya respons imun humoral maupun seluler dan bukan merupakan suatu antigen, melainkan menyebabkan modulasi dari respons imun berupa stimulasi maupun supresi. Imunomodulator mempunyai efek positip atau negatip terhadap sistim imun, sehingga dapat mempunyai aspek terapi khusus yang berkaitan dengan mekanisme sistim imun, seperti infeksi, termasuk malaria Zhangnm et al, 1995. Bahan kimia yang bersifat sebagai imunomodulator dapat berasal dari bahan sintetik maupun bahan alam hewan, mikroorganisme atau tanaman. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa banyak tanaman obat yang mempunyai aktifitas stimulasi nonspesifik terhadap sistim imun. Tanaman obat tersebut dikatakan bersifat sebagai imunomodulator. Pada fase eritrositik malaria falciparum, merozoit berkembang menjadi bentuk cincin, tropozoit dan skizon yang masing-masing memberikan sifat antigen yang khas. Pada stadium eritrositik parasit memperbanyak diri dan dengan cepat melepaskan Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009 USU Repository © 2008 antigen yang berlimpah yang menyebabkan induksi pada respons hospes spesifik dan non spesifik, proliferasi dan hiperaktifasi sistim retikulo endotelial yang nyata, serta perubahan pada berbagai macam organ limfoid Abbas et al, 2000. Perbedaan dosis 250 mg dengan 500 mg dari ekstrak herba sambiloto pada pasien malaria falciparum pada penelitian ini tidak menunjukkan peningkatan efikasi antimalarianya maupun peningkatan pada efek samping yang ditimbulkan. Tapi, terlihat perbedaan yang bermakna dalam kadar TNF- g yang diperiksa pada hari ke tujuh pengobatan. Peningkatan kadar TNF- g ini secara statistik bermakna, dan tidak terlihat pada kelompok uji pengobatan yang lain. Pengaruh terhadap kadar IFN- yang dievaluasi dengan kit pemeriksaannya didapatkan hanya 1 kasus yang terdeteksi dengan kadar 15,6 pgml. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan dengan ekstrapolasi. Dan dari perhitungan statistik, tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada semua kelompok uji kadar IFN- pada saat sebelum pengobatan H0 dan pada hari ke 7 pengobatan. Kondisi ini masih memerlukan evaluasi ulang dengan pemeriksaan kadar IFN- dengan kit yang lebih sensitif. Level IFN- tidak berbeda bermakna pada semua kelompok uji dibandingkan dengan kontrol, berarti pemberian ekstrak sambiloto tidak meningkatkan sekresi IFN- , atau dengan kata lain tidak mempengaruhi sekresi sitokin oleh subset Th1 T-helper-1, padahal dalam eliminasi parasit, peran sitokin Th-1 sangat penting. Dengan demikian, dari penelitian ini yang hanya dapat memeriksa kadar TNF- g dan IFN- , belum dapat menyimpulkan apakah sambiloto mempunyai efek imunomodulatorimunostimulator. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar, terutama terhadap malaria tanpa komplikasi dan dengan komplikasi. Dan diperlukan Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009 USU Repository © 2008 pengamatan level sitokin yang disekresikan oleh Th-1 IL-12, TNF- g, dan IFN- serta sekresi sitokin olehTh-2 IL-4, IL-5, dan IL-10. Peningkatan dosis sambiloto 500 mg secara tunggal dan kombinasi dengan antimalaria lain masih merupakan wacana penelitian yang dapat dikembangkan lagi guna mendapatkan efek terapi yang lebih optimal terhadap malaria falsiparum.

5.5. Pengamatan Efek Samping

Dokumen yang terkait

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat- Klindamisin dengan Kinin-Klindamisin pada pengobatan Malaria Falsiparum tanpa komplikasi pada anak

0 60 80

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Klindamisin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Fasiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak

0 43 82

Efikasi Gabungan Artemeter-Lumefantrin dan Artesunat-Amodiakuin sebagai Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi pada Anak

0 26 67

Perbandingan efikasi Kombinasi Artesunat-Amodiakuin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi pada Anak

0 37 70

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Sulfadioksin Pirimetamin Dengan Artesunat-Amodiakuin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi

1 41 65

Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Artesunat + Sulfadoksin-Pirimetamin Dengan Artesunat + Doksisiklin Pada Penderita Malaria Falciparum Tanpa Komplikasi

1 34 66

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA - Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat- Klindamisin dengan Kinin-Klindamisin pada pengobatan Malaria Falsiparum tanpa komplikasi pada anak

0 0 16

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat- Klindamisin dengan Kinin-Klindamisin pada pengobatan Malaria Falsiparum tanpa komplikasi pada anak

0 0 16

Perbandingan Efikasi Kombinasi Artesunat-Klindamisin Dengan Kinin-Klindamisin Pada Pengobatan Malaria Fasiparum Tanpa Komplikasi Pada Anak

0 0 16