Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
2.1.2. Siklus seksual
Siklus seksual terjadi dalam tubuh nyamuk. Gametosit yang ada di darah tidak dicerna oleh sel-sel tubuh lain. Pada gamet jantan, kromatin membagi menjadi 6-8 inti
yang bergerak ke pinggir parasit. Di pinggir ini beberapa filamen dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan terjadi karena masuknya
mikrogamet ke dalam makrogamet untuk membentuk zigot. Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembus lapisan epitel dan
membran basal dinding lambung nyamuk. Ditempat ini ookinet membesar dan disebut ookista. Di dalam ookista dibentuk ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus
kelenjar ludah nyamuk dan bila nyamuk menggigit menusuk manusia memungkinkan sporozoit masuk ke dalam darah dan mulailah siklus pre eritrositik Nugroho, 2000 ;
Scheme Life Cycle Malaria.
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
Gambar 3. Skema Siklus Hidup Plasmodium
Farmedia CD-ROM
The malaria parasite life cycle involves two hosts. During a blood meal, a malaria-infected female Anopheles mosquito inoculates sporozoites into the
human host . Sporozoites infect liver cells and mature into schizonts , which rupture and release merozoites . Of note, in P. vivax and P. ovale a
dormant stage [hypnozoites] can persist in the liver and cause relapses by invading the bloodstream weeks, or even years later. After this initial replication
in the liver exo-erythrocytic schizogony , the parasites undergo asexual multiplication in the erythrocytes erythrocytic schizogony . Merozoites infect
red blood cells . The ring stage trophozoites mature into schizonts, which rupture releasing merozoites . Some parasites differentiate into sexual
erythrocytic stages gametocytes . Blood stage parasites are responsible for the clinical manifestations of the disease.
The gametocytes, male microgametocytes and female macrogametocytes, are ingested by an Anopheles mosquito during a blood meal . The parasites’
multiplication in the mosquito is known as the sporogonic cycle . While in the
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
mosquitos stomach, the microgametes penetrate the macrogametes generating zygotes . The zygotes in turn become motile and elongated ookinetes
which invade the midgut wall of the mosquito where they develop into oocysts . The oocysts grow, rupture, and release sporozoites , which make their way
to the mosquitos
salivary glands. Inoculation of the sporozoites into a new human host in the malaria life cycle .
2.2.Prinsip transmisi malaria
Malaria menyebar dari seorang ke orang lain melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Nyamuk ini mengalami infeksi dengan bentuk seksual parasit yaitu gametosit,
ketika menghisap darah manusia yang terinfeksi malaria. Gametosit berkembang dalam tubuh nyamuk selama 6 – 12 hari, setelah itu nyamuk ini akan dapat menginfeksi
manusia sehat bila ia menghisap darahnya. Intensitas transmisi malaria di suatu daerah adalah kecepatan inokulasi parasit malaria oleh gigitan nyamuk di daerah tersebut.
Keadaan ini menunjukkan angka annual entomological inoculation rate EIR, yaitu jumlah rata-rata infeksi akibat gigitan nyamuk yang terinfeksi pada penduduk di area
tersebut selama periode satu tahun. Angka EIR ini menentukan seberapa besar perluasan dan epidemiologi malaria serta pola klinis penyakit secara lokal. Pada daerah dengan
transmisi tinggi angka EIR bisa mencapai 500 – 1000, seperti beberapa daerah di Afrika, dan daerah transmisi rendah dengan angka EIR
≤ 0,01, yang terdapat di daerah temperate zone seperti Caucasus dan Central Asia dimana transmisi malaria sedikit dan
terbatas. Diantara kedua daerah ekstrim ini, ada daerah dengan musim yang tidak stabil seperti daerah Asia dan Amerika Latin dengan EIR
≤ 10, dan selalu berkisar antara 1–2, dan situasi dengan musim yang stabil di daerah Afrika Barat dengan EIR antara 10–100.
Proporsi nyamuk yang terinfeksi secara lokal berhubungan dengan jumlah manusia yang terinfeksi di daerah tersebut. Oleh karena itu, dengan mengurangi jumlah orang
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
yang terinfeksi di suatu daerah, akan menurunkan tingkat transmisi malaria di daerah tersebut, dan juga menurunkan angka prevalensi dan insidensi secara lokal. Hubungan
antara EIR dan prevalensi malaria dipengaruhi oleh imunitas alami dan ada tidaknya pengobatan yang efektif. Obat antimalaria dapat menurunkan transmisi karena efeknya
kepada infektivitas parasit. Efek ini dapat secara langsung pada gametosit, sebagai bentuk infektiv yang ditemukan pada manusia gametocytocidal effect atau ketika obat
memasuki tubuh nyamuk sewaktu menghisap darah penderita, akan mempunyai efek terhadap perkembangan parasit di dalam tubuh nyamuk sporonticidal effect.
Klorokuin dapat membunuh gametosit muda, tetapi tidak mempunyai efek menekan bentuk infektiv yang immature. Malah klorokuin menunjukkan kemampuan
memperbesar infektivitas gametosit terhadap nyamuk. Sebaliknya, sulfadoksin- pirimetamin meningkatkan jumlah gametosit, tetapi infektivitasnya berkurang terhadap
nyamuk. Artemisinin mempunyai efek gametositosidal yang paling poten di antara antimalaria saat ini. Obat ini dapat merusak gametosit immatur sehingga mencegah
masuknya gametosit yang infektif kedalam sirkulasi. Tetapi efeknya terhadap gametosit yang matang kurang dan tidak mempengaruhi infektivitasnya yang tetap ada dalam
sirkulasi selama pengobatan WHO, 2006.
2.3. Patobiologi
Plasmodium falciparum
Semua gejala klinis yang khas ditemukan pada pasien malaria, baik tanpa komplikasi maupun dengan komplikasi, dasar patologinya adalah perubahan-perubahan
akibat eritrosit yang terinfeksi oleh plasmodium aseksual atau blood stage parasite. Ketika plasmodium berkembang di dalam eritrosit, maka sejumlah substansi yang telah
diketahui maupun yang belum diketahui yang merupakan bahan-bahan produk parasit,
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
seperti pigment hemozoin dan bahan-bahan toksik lainnya terakumulasi di dalam sel eritrosit yang terinfeksi. Ketika eritrosit ini mengalami lisis untuk melepaskan merozoit,
maka bahan-bahan toksik ini akan hanyut ke dalam aliran darah. Hemozoin dan bahan toksik lainnya seperti GPI Glucose Phosphate Isomerase akan merangsang makrofag
dan sel lain untuk memproduksi sitokin dan mediator lainnya yang memicu terjadinya demam, menggigil serta mekanisme lainnya yang menimbulkan patofisiologi yang
berkaitan dengan malaria berat CDC, 2004. Plasmodium falciparum, seperti organisme lainnya, memperoleh nutrisi dari
lingkungan dan mengubah nutrisi tersebut menjadi bentuk molekul lain atau berupa energi. Molekul-molekul dan bentuk energi ini kemudian digunakan untuk mengatur
homeostasis parasit, proses pertumbuhan serta proses reproduksi. Asam amino yang digunakan untuk sintesis protein diperoleh melalui sintesis de novo yaitu dengan cara :
1. Fiksasi CO
2
, dengan sedikit penggabungan ke dalam protein. 2. Plasma hospes dengan pengambilan uptake semua asam amino yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan seperti metionin, sistein dan glutamat. 3. Penghancuran dan pencernaan Hb penjamu Wiser, 2002.
Proses degradasi Hb hospes pada plasmodium terjadi dalam vakuol makanan yang bersifat asam, disamping proses katabolisme Hb yang melibatkan beberapa
protease, antara lain plasmapepsin I, plasmapepsin II. Hb dipecah menjadi bentuk globin dan heme oleh protease yang berada dalam vakuol makanan. Plasmapepsin akan
memecah Hb menjadi globin. Sistein, falsipain protease karakteristik Plasmodium falciparum yang kemudian memecah globin menjadi peptida yang lebih kecil. Oleh
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
serin, peptida kecil ini dipecah lagi menjadi asam amino yang akan di transportasi dari vakuol makanan ke sitoplasma plasmodium Schineder, 2003.
2.4.Mekanisme Pembunuhan Parasit 2.4.1.Sistim imun
Mekanisme kerja tubuh terhadap parasit malaria sangat kompleks, karena melibatkan hampir semua komponen imun, baik imunitas yang timbul secara alami
maupun didapat, karena adanya infeksi yang spesifik maupun non spesifik, humoral maupun seluler. Adanya toksin malaria yang dominan berupa GPI Glucose Phosphate
Isomerase, yang merupakan komponen dari protein membran plasmodium dan dapat mengaktifkan makrofag dan endotelium vaskuler, merangsang TNF, IL-1, NO dan
ekspresi ICAM yang mengakibatkan timbulnya berbagai mekanisme patogenesis malaria Enger, 2001. Kadar TNF- mempunyai implikasi terhadap patogenesis
malaria dengan komplikasi. Korelasi yang positip ditemukan antara kadar TNF- dengan beratnya malaria. Interleukin 10 IL-10 bersifat imunosupresor yang kuat pada
malaria dan bekerja mengurangi respon imunoproliferatif dan inflamasi Nyangoto, 2005
. Efek peningkatan TNF- pada malaria mencakup juga pelepasan radikal bebas
dan NO serta meningkatkan fagositosis oleh makrofag dan netrofil. Tumor Necrozing Factor
g TNF- dapat merangsang netrofil untuk menghasilkan radikal bebas dalam jumlah besar sebagai respon terhadap parasit. Radikal oksigen bebas berupa super
oksida O
2 -
, peroksida O
2 2-
dan radikal hidroksi HO
-
yang dapat meningkatkan penghancuran makromolekul seluler dan lipid. Radikal O
2
bersama-sama dengan INOS
Umar Zein : Perbandingan Efikasi Antimalaria Ekstrak Herba Sambiloto Andrographis Paniculata Nees Tunggal Dan Kombinasi Masing-Masing Dengan Artesunat Dan Klorokuin Pada Pasien Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, 2009
USU Repository © 2008
dapat melakukan oksidasi fagosit yang dalam fagosom asidik menghasilkan radikal peroksinitrit yang sangat reaktif dan dapat membunuh parasit Abbas et al, 2000.
2.5. Tumor Necrozing Factor TNF dan Interferon IFN