Pendidikan Formal Pendidikan Formal a. Pengertian Pendidikan

30 didik agar dapat memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang. 33 Ahli pendidikan Langeveld dalam Hasbullah mengatakan bahwa pendidikan adalah “setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri”. 34 Ahmad D. Marimba dalam Hasbullah juga mengatakan bahwa “pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju bentuk keperibadian yang utama”. 35 Jadi, pendidikan berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan seperti sekolah dan madrasah yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya.

b. Pendidikan Formal

Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata formal diartikan ‘resmi’, sesuai dengan kebiasaan atau peraturan yang ada. Sedangkan pendidikan formal diartikan “pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah atau badan pendidikan resmi”. 36 Imam Barnadib dalam bukunya perbandingan pendidikan persekolahan dan perkembangan masyarakat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah “pendidikan yang melewati jalur persekolahan, berjenjang, bertingkat dari yang paling rendah sampai 33 Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-dasar Pendidikan padaUmumnya dan Pendidikn di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002, Cet. Ke-2, h. 11. 34 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006, Cet. Ke-5, h. 2. 35 Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan…, h. 3. 36 W. J. S. Poerdarminta , kamus umum…, h. 401. 31 dengan yang tertinggi. Dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi”. 37 Kemudian, Combs dalam buku A. Muri Yusuf mengemukakan pendidikan formal adalah “pendidikan yang berstruktur, mempunyai jenjangtingkat, dalam periode waktu-waktu tertentu, berlangsung dari Sekolah Dasar sampai ke Universitas, juga berbagai program khusus dan lembaga untuk latihan teknis dan profesional”. 38 Dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003, Bab 1 pasal 1, ayat 11 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan formal adalah “jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi”. 39 Jenjang pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi pasal 14. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar SD dan Madrasah Ibtidaiyah MI atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama SMP dan Madrasah Tsanawiyah MTs atau bentuk lain yang sederajat pasal 17 ayat 2. 40 Dari pengertian di atas, maka latar belakang pendidikan yang dimaksud adalah latar belakang pendidikan formal. Pada penelitian ini, latar belakang pendidikan formal yang dimaksud adalah pendidikan tingkat Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. 37 Imam Barnadib, Pendidikan Perbandingan persekolahan dan perkembangan masyarakat, Yogyakarta: Andi Offset, 1995, Cet. Ke-3, h. 88. 38 A. Muri Yusuf, Pengantar ilmu pendidikan, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986, Cet. Ke-2, h. 62. 39 Tim Redaksi FokusMedia, UUSPN No. 20 Tahun 2003, Bandung: FokusMedia, 2003, Cet. Ke-3, h.4. 40 Tim Redaksi FokusMedia, UUSPN…, h. 11-12. 32

B. Kerangka Berfikir

Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari oleh para siswa yang duduk di bangku madrasah Tsanawiyah. Cukup banyak kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa selama mempelajari pelajaran fiqih ini, diantaranya adalah mampu memahami ketentuan hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah mahdah dan muamalah serta dapat mempraktikan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. Siswa yang belajar pada Madrasah Tsanawiyah tentunya tidak semua berasal dari Madrasah Ibtidaiyah, terdapat pula beberapa siswa yang berasal dari Sekolah Dasar. Sebagaimana kita ketahui, pendidikan di Indonesia berada di bawah naungan dua departemen yang berbeda, yaitu Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Pendidikan Agama. Raudhatul Athfal, Madrasah Ibtidaiyah, dan Madrasah Tsanawiyah berada di bawah naungan Departemen Agama sedangkan Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional. Kedua Departemen tersebut tentu saja mempunyai kebijakan yang berbeda, seperti pada kebijakan kurikulum yang terdapat pada Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar tampak sedikit berbeda. Diantaranya adalah pada pengetahuan agama Islam. Pada Madrasah Ibtidaiyah pengetahuan agama Islam diberikan pada 4 mata pelajaran, salah satunya adalah Fiqih. Sedangkan pada Sekolah Dasar pengetahuan agama Islam digabung dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan hanya diberikan dua jam pelajaran dalam satu minggu. Maka ada perbedaan pengalaman belajar yang mereka dapatkan pada masing-masing sekolah dan tentunya hal ini akan berakibat pada prestasi belajar yang akan mereka raih pada jenjang selanjutnya.