Permasalahan dalam Proses Pemilihan

71 Diperlukan sebuah mekanisme pendataan pemilih yang dapat memastikan bahwa semua rakyat yang memiliki hak pilih dapat mengikuti pesta demokrasi ini. Namun dalam pelaksanaannya, proses awal yang menjadi titik tolak mekanisme penyaluran aspirasi rakyat ini di beberapa daerah tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Selain persoalan pendataan pemilih yang kurang lengkap sehingga mengancam banyak rakyat daerah akan kehilangan hak pilihnya, juga muncul kasus pendataan ganda yang menyebabkan seorang pemilih di data lebih dari satu kali. Contoh kasus seperti ini terjadi di beberapa daerah misalnya kasus yang terjadi di Kota BSD, Dalam sketsa demokrasi formal-prosedural semacam ini, rakyat tidak lebih dari hanya pengumpul suara, yang berbondong-bondong ke TPS untuk memberikan suara dan pilihannya. Jarang kita menyaksikan bahwa setelah terpilihnya Bupatiwalikota, proses pembuatan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan nasib rakyat, senantiasa melibatkan kelompok-kelompok yang terkena dampak kebijakan. Pemilukada langsung juga belum cukup signifikan membawa perubahan- perubahan penting dalam kinerja dari birokrasi pemerintah. LSI Lembaga Survey Indonesia juga mencatat bahwa dalam Pilkada Kota Tangsel tingkat partisipasi pemilih dalam Pilkada Tangsel untuk golput mencapai 44 persen dan ini adalah angka yang sangat miris karena Kota Tangsel adalah kota baru yang sarat dengan pemilih rasional dan modern serta relijius. Masyarakat kita sudah bosan dan jenuh malah cenderung terbiasa dengan pemilihan semacam ini, baik dalam ajang pemilihan serupa lima tahun yang lalu 72 maupun dalam dua kali pentas pemilihan presiden secara langsung. Karena perubahan ke arah yang lebih baik tidak kunjung datang, warga yang memiliki pendidikan tinggi dan professional menjadi frustasi sehingga banyaknya golput hingga 44 tersebut di akibatkan masyarakat tidak akan ambil pusing untuk memberikan suaranya pada pemilukada Kota Tangsel 2010 ini. Partisipasi warga Kota Tangsel dalam pemilukada yang baru pertama kali diselenggarakan sejak memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang tahun 2008 lalu, pada pemilukada Bupati yang lalu hanya mencapai sekitar 50 persen. Sangat naïf jika ada pihak yang optimis partisipasi warga dalam pemilukada mencapai angka 70 persen. 2 Permasalahan cukup mencolok yang lain juga dalam proses kandidasi, terutama terkait dengan banyaknya kemunculan pencalonan ganda. Persoalan kandidasi yang tidak sehat seperti ini memunculkan resiko rendahnya kualitas kepala daerah terpilih juga yang tidak kalah penting persoalan legitimasi kandidat terpilih. Selain kuatnya politik uang dalam proses kandidasi seperti yang telah menjadi rahasia umum, proses kandidasi juga menyimpan polemik terkait dengan perpecahan internal partai politik. Fenomena Money Politics, Money in Politics, dan Buying Democracy Money is an essential part of this process and should be treated as an essentialresource for good politicalpractice. 3 Masalah pertama yang langsung terasa merebak pasca pergantian system pemilihan kepala daerah adalah justru 2 Budi Usman, aktivis Tangerang dan mantan wakil ketua Panwaslu Kabupaten Tangerang di unduh dari http:www.politik.kompasiana.com pada tanggal 12 November 2010 3 International IDEA, Policy Options on Democratic Reform, 2005. Sweden: International IDEA.Halaman 16. 73 maraknya fenomena politik uang. Hal ini sangat memprihatinkan sebab tujuan awal implementasi Pemilu-Kada langsung adalah memutuskan mata rantai politik uang antara calon kepala daerah dengan partai politik maupun dengan anggota DPRD yang dalam Undang-Undang No 22 tahun 1999 menjadi otoritas yang berwenang melakukan pemilihan kepala daerah. Faktor yang menjadi penyebab munculnya fenomena ini bisa dilacak dari pengaruh perubahan sistem pemilihan yang digunakan terhadap posisi aktor- aktor strategis yang terlibat langsung dalam Pemilu-Kada langsung. Perubahan pertama yang langsung berpengaruh terhadap posisi aktor-aktor strategis adalah perubahan pada mekanisme sistem pemilihan kepala daerah yang menggunakan sistem daftar terbuka dan dipilih langsung oleh rakyat di daerah. 4 Perubahan sistem ini memiliki beberapa efek. Berkaitan dengan salah satu jenis money politics, yaitu yang berbentuk votebuying disebabkan oleh posisi calon kepala daerah menjadi sangat berkepentingan untuk „menjadi terkenal‟ di daerahnya. Jika dalam sistem sebelumnya para calon cukup„mendekati‟ elit-elit partai politik, maka dalam sistem yang baru mau tidak mau paracalon ini harus mendekati seluruh rakyat di daerah yang bersangkutan. Akibatnya, metode yang harus ditempuh oleh para calon untuk memenangkan bursa persaingan juga berbeda. Tahapan yang idealnya dilakukan oleh calon kepala daerah untuk memenangkan pemilihan yang dilakukan secara langsung dan menggunakan 4 Keputusan Komisi Pemilihan Umum kota Tangerang Selatan nomor : 4kptskpu- tangselii2011 tentang Penetapan Jumlah Pemilih Terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap dpt dan Jumlah Tempat Pemungutan Suara tps Pemungutan Suara Ulang dalam Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan tahun 2010 74 daftar terbuka di antaranya yang terpenting adalah membangun dan mengelola citra dalam kampanye sehingga kejelasan visi, misi, dan program menjadi hal yang utama. Selain itu untuk dapat melakukan kampnye yang efektif, usaha untuk membangun jaringan untukmemperkuat dukungan juga menjadi hal mendasar lain yang harus diperhatikan. Dengan cara ini rakyat akan mengenal siapa dan program seperti apa yang diusung oleh para calon kepala daerah sehingga mereka dapat memberikan suaranya untuk calon yang memiliki visi, misi, dan program yang paling sesuai dengan aspirasinya. Namun, kondisi ini sepertinya termentahkan untuk konteks Indonesia atau lebihtepatnya tidak untuk konteks Pilkada langsung. Maraknya kasus-kasus pembelian suara vote buying yang dilakukan oleh para calon kepala daerah ternyata mengalahkan efektifitas dan tentu saja efisiensi kampanye melalui pemaparan program kerja dansejenisnya. 5 Biasanya metode ini diterapkan dengan menggunakan modus operandi kegiatan sosial, seperti pembagian sembako, bantuan-bantuan material untuk pembangunan ditingkat desa, kecamatan, RT, dan lain-lain hingga dengan membagi-bagikan uang tunai kemasyarakat dengan berbagai pembenarannya, yang berwujud pembelian suara atau votebuying. Masalah kedua yang adalah candidacy buying atau pembelian kandidasi yang menyebabkan biaya politik yang dikeluarkan oleh calon Kepala Daerah menjadi sangat tinggi. 5 Firmanzah, Marketing Politik antara Pemahaman dan RealitasJakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008 hal. 194 75 Hal ini erat kaitannya dengan ketentuan dalam undang-undang yang menyatakan calon kepala daerah harus menggunakan kendaraan partai politik untuk dapat mendaftar dalam bursa pencalonan. Partai rupanya menyadari posisinya sebagai satu-satunya kendaraan politik yang bisa digunakan oleh para kandidat untuk maju ke bursa pencalonan kepala daerah. Akibatnya, tidak sedikit partai politik yang jual mahal terhadap kandidat-kandidat kepala daerah yang bermaksud mencari kendaraan politik. Di sinilah rantai KKN yang menyebabkan berbagai patologi dalam pemerintahan mulai terangkai sebagai sebuah proses yanglebih panjang melalui kemunculan investor politik. Calon kepala daerah yang terpilih kelak akhirnya harus mengakomodir kebijakan-kebijakan yang menguntungkan pihak-pihak yang telah menanamkan modalnya dalam proses pencalonannya. Dapat ditebak, jika ini benar-benar terjadi, kebijakan yang dibuat akan meminggirkan hak-hak rakyatsebab kebijakan tidak lagi dirancang secara objektif namun lebih disesuaikan dengan deal-deal yang tidak sehat. Dari berbagai temuan kasus ternyata ditemukan fakta yang mengecewakan. Pemilu-Kada langsung yang diharapkan dapat memotong rantai politik uang ternyatajustru sebaliknya. Praktek-praktek ini justru tumbuh lebih subur dalam sistem yang baru. Misalnya terlihat dari indikasi yang menunjukkan hampir 60 persen dari Calon Kepala Daerah ternyata terlibat korupsi. 6 6 Sumber: http:www.suarapembaruan.comNews20050330index.html 76 Begitu juga dengan temuan KPK yang memperkirakan bahwa selama pelaksanaan Pemilukada langsung politik uang meningkat hingga mencapai angka yang cukup fantastis, 200 persen. 7 Kuatnya mekanisme-mekanisme yang tidak sehat seperti ini berakibat kesempatan calon-calon yang tidak memiliki modal finansial mencukupi dapat memenangkan perebutan kekuasaan melalui mekanisme yang sehat sangat kecil jika tidak bias dikatakan tidak ada sama sekali. Banyaknya uang yang beredar dalam proses Pemilu-Kada langsung ini ternyata memunculkan fenomena lain yang tidak kalah memprihatinkan. Rakyat di daerah, yangsecara umum memiliki kondisi perekonomian yang lemah, menjadi termanjakan olehbanyaknya kucuran uang yang disebarkan oleh kandidat-kandidat yang melakukan votebuying. Intensitas praktek vote buying yang cukup tinggi ini menjadi sebuah pendidikanpolitik negatif untuk rakyat pemilih. 8 Rakyat memiliki kecenderungan untuk menggunakan logika-logika pragmatis jangka pendek dalam menentukan pilihan politiknya. Kandidat yang mampu memberikan mereka sejumlah uang atau sejumlah bantuan dalam bentuk materi yang lain cenderung menjadi calon yang dipilih. Akibat kemunculan pemilih-pemilih pragmatis ini, kualitas Pemilu-Kada langsung dan kualitas calon terpilih sendiri menjadi hal yang cukup diragukan. Hak memilih tidak lagi dipahami sebagai kesempatan untuk menyalurkan aspirasi demi terwujudnya 7 Sumber: http:www.mediaindo.co.id Rabu, 30 Maret 2005 8 Ibid hal. 79. 77 sebuah pemerintahan yang mampu mewujudkan aspirasi rakyat, namum hak memilih telah dipandang sebagai sebuah komoditas yang dijual sangat murah. Kelompok pemilih pragmatis yang hanya mempertimbangkan keuntungan materi jangka pendek ini juga menciptakan kerawanan lain dalam Pemilu-Kada langsung. Karena suara telah dianggap sebagai sebuah komoditas ekonomi, tidak mengherankan jika massa pemilih akhirnya sangat mudah dimobilisasi oleh kelompok-kelompok tertentu untuk berbagai macam tujuan. Dengan kondisi yang seperti ini fungsi visi, misi, dan program yang ditawarkan oleh kandidat-kandidat yang berkualitas namun tidak memiliki uang menjadi factor pertimbangan yang dikesampingkan oleh masyarakat pemilih. Pemilih pragmatis memunculkan kerawanan terpilihnya calon-calon yang sebenarnya memiliki latar belakang „hitam‟ namun mampu memberikan keuntungan- keuntungan material jangka pendek pada rakyat pemilih. Penyelenggara Pemilu-Kada langsung sehingga mekanisme-mekanisme tidak sehat yang pernah muncul pada era Orde Baru akan kembali. Seharusnya KPUD mampu bersikap resisten terhadap intervensi apapun yang bersifat politis agar independensinyatetap terjaga sehingga sebuah proses electoral pemilihan yang akuntabel dan legitimate sebagai dasar terciptanya pemerintahan yang efektif benar-benar terwujud. Contoh kasus Mahkamah Kontitusi memerintahkan Pilkada ulang bagi Tangerang Selatan, pada kemenangan Pasangan Airin dan Benyamin 10 Desember 2010 lalu. 9 9 http:www.monitorindonesia.com=Pilkada-Ulang-Tangsel di unduh pada 29 May 2011 pada pukul 14.30 78 Kampanye sebagaimana dipahami dalam ranah komunikasi massa, jauh lebih luas dari itu.Suatu aktifitas yang melalui rentetan pemikiran konsep, strategi, program sampai implementasinya dalam rangka pengenalan identitas dan pencitraan building image kandidat guna membangun kesadaran public mengenai perlunya memilih sang calon 10 . Kegiatannya meliputi: 1 disseminasi informasi melalui media cetak dan elektronik, internet, media luar ruang, media bergerak serta publikasi buku atau brosur; 2 pengemasan special event seperti temu kader, diskusi publik, seminar, konferensi pers, acara sosial, acara adat, kegiatan ibu-ibu PKK, acara perayaan, festival dan sebagainya; 3 menggalang opinion leader seperti tokoh masyarakat, ulama, artis atau selebritis dan lainnya. Satu dari yang terpenting dalam pemasaran politik yang dapat dipakai politisi untuk mengendalikan opini publik adalah citra mengenai dirinya. Di era televisi, di mana kesempatan menyampaikan pendapat hanya dalam hitungan detik, masyarakat menilai politisi dalam waktu yang singkat, sehingga kesan yang tertinggal dalam benak pemirsa lebih penting daripada pesan yang disampaikan. Dari lingkup kampanye yang diuraikan secara singkat di atas, hal utama adalah pesan kunci key message. 11 Dalam ilmu komunikasi key message atau sering dijabarkan sebagai „what to say’ haruslah jelas, singkat dan mudah 10 Burhanudin, Transisi menuju Demokrasi atau Otoritarianisme Baru, jakarta: Serambi 2006, hal 73. 11 Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik, Jakarta: Logos 1999, hal 97 79 dipahami target audiens publik. Key message selanjutnya diuraikan lebih rinci dan jelas berupa “program kandidat”.Penjelasan dari key message haruslah jelas dan masuk akal serta mencerminkan jawaban atas situasi atau tuntutan masyarakat sesuai kekiniannya. Munculnya key message atau gampangnya disebut slogan, tidak boleh asal membolak-balik kalimat yang seolah-olah enak diucap, didengar dan diterima luas. 12 Satu kalimat pendek pesan inti, idealnya lahir dari riset tentang kebutuhan dan tuntutan masyarakat itu sendiri.Apapun metode risetnya, haruslah mampu mengetahui dan mengidentifikasi kebutuhan dan tuntutan audiens. Jika tidak, maka key message sang calon hanya akan menjadi “slogan kosong”. Sebagamana telah dimaklumi, hasil pemilihan suara Pilkada Tangsel 13 November 2010 batal. 13 Mahkamah Konstitusi MK membatalkan Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kota Tangerang Selatan Nomor 43KptsKPU- Tangerang SelatanXI2010 tentang Penetapan dan Pengesahan Hasil Perolehan Suara Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan dalam Pemilukada Tangsel tahun 2010 dalam sidang yang diketuai Mahfud MD, Jumat 10 Desember 2010. MK menerima gugatan pasangan calon Yayat-Norodom dan Arsid-Andre. Dengan batalnya rekapitulasi suara yang dilakukan KPUD Tangsel, penetapan walikota dan wakil walikota terpilih pun, Airin-Benyamin, dianulir. 12 Ibid. 13 Radar Banten, di unduh pada 16 November 2010 pada pukul 17.15 80 Sesuai aturan, tidak boleh ada lagi kegiatan kampanye. Hal menarik terjadi menjelang hari pemungutan suara ulang pada 27 Februari 2011 dengan munculnya kampanye negatif negative campaign yang tidak jelas berasal dari mana. Antara lain kertas suara „jadi-jadian‟ yang ditempel di sejumlah pom bensin. Paling keras adalah buku tipis setebal 16 halaman berjudul “Sebuah Catatan Tangan-T angan Kekuasaan Keluarga Atut”. 14 Pemilihan Kepala Daerah ulang yang dilakukan untuk wilayah Tangerang sudah selesai dilakukan.Banyak lembaga survey baik yang independent maupun tidak yang melakukan penghitungan suara secara online dan quick count. Walaupun KPU secara resmi baru akan mengumumkan hasil akhir pemilukada Tangerang selatan ini tanggal 2 maret mendatang, sudah banyak hasil quick Count yang memperjelas siapa yang akan menjadi pemenang dalam perebutan kursi ini. Berikut adalah Hasil Quick Count Pemilukada Tangsel 2011. Hasil survey yang dilakukan Puskaptis, pasangan Airin-Benyamin meraih suara sebanyak 51,67 persen. Sedangkan pesaing terdekatnya, pasangan Arsid- Andre mendapat 46,22 persen.Sementara itu, Lingkaran Survei Indonesia, menetapkan pasangan Airin-Benyamin memperoleh 54,34 persen suara. Sementara pasangan Arsid-Andre, mendapat 43,20 persen suara.Tak berbeda jauh dengan hasil yang diperoleh Lingkaran Survei Indonesia, lembaga suvey independent lain, Lembaga Survey Indonesia, mempublikasikan pasangan Airin- 14 Ahmad Djarot, Resensi Buku Sebuah catatan Tangan-tangan Kekuasaan Keluarga Atut Banten http:www.facebook.com=idfacebookbantennews 04 oktober 2010 pada pukul 02.33 81 Benyamin mendapat 54,31 persen suara. Sementara pasangan Arsid-Andre memperoleh 43,4 persen suara. 15 Kubu pasangan nomor urut 3 pada Pemilukada Kota Tangsel, Arsid- Andre Taulany, dan pasangan nomor urut 4, Airin Rachmi Diany-Benjamin Davnie, saling tuding kecurangan pada penghitungan suara pemilukada Tangsel Tangerang Selatan. Kubu Arsid-Andre menuding kubu Airin-Benjamin menggelembungkan suara, sedangkan kubu Airin-Benjamin menuding kubu Arsid-Andre melakukan politik uang sebelum pencoblosan. Menurut Ketua Tim Pemenangan Arsid-Andre, Suryadi Niam, pihaknya menemukan berbagai indikasi kecurangan yang dilakukan oleh kubu Airin- Benjamin.Indikasi itu diperkuat dengan bukti-bukti penggelembungan suara di bebeberapa kecamatan.“Kita temukan indikasi penggelembungan suara pasangan nomor urut 4 di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur. 16 Suryadi mencontohkan, ada sekelompok orang yang tidak dikenal dan nama-nama mereka tidak tercantum dalam DPS Daftar Pemilih Sementara tapi tiba-tiba nama mereka itu tercantum di dalam DPT Daftar Pemilih Tetap di Rt 10, Kelurahan Sawah Lama, Kecamatan Ciputat Timur.Suryadi melanjutkan, contoh lainnya yaitu pihaknya menemukan 174 pemilih di Kelurahan Serua Indah, Kecamatan Ciputat yang janggal dan diduga dimanipulasi. “Masih 15 http:hasilpemilukada tangsel2011.html. di unduh pada bulan Februari 2011 16 Republika, Tanggapan Suryadi kepada media, senin tanggal 15 November 2011. 82 banyak indikasi kecurangan lainnya yang dilakukan oleh pasangan Airin- Benjamin lainnya ”. 17 Akibat banyak indikasi kecurangan itu, lanjut Suryadi, pihaknya hingga saat ini menolak menandatangani berkas acara penghitungan suara di KPUD Kota Tangsel. Menurutnya, pihaknya baru bersedia untuk menandatangani berkas acara itu jika kasus itu ditangani terlebih dulu oleh Panwaslu dan KPUD Kota Tangsel. Kubu Airin-Benjamin membantah tudingan-tudingan yang dilontarkan oleh kubu Arsid-Andre.Mereka justru menuding balik kubu pasangan nomor urut 3 itu yang melakukan beberapa pelanggaran. Very Muchlis, Ketua Tim Sukses Airin-Benjamin mengatakan, sejak tahapan dan proses pemilukada Kota Tangsel, pihaknya sama sekali tidak pernah melakukan tindak pelanggaran. Pasangan nomor urut 4 ini mengaku hanya melakukan kampanye dan meraih dukungan massa dengan cara yang sesuai dengan peraturan. 18 Penulis melihat kampanye negatif itu, justru menaikkan simpati pada pasangan Airin-Benyamin. Serangan-serangan semacam itu menempatkan pasangan ini sebagai yang terdzalimi. Dalam etika komunikasi cara seperti itu tidaklah dibenarkan. Fenomena ini betapapun telah mewarnai Pilkada Tangsel yang pertama kali, sekaligus menjadi pelajaran berharga di kemudian hari. 17 Ibid 18 http:www.tangerangnews.com4306=airin-benyamin 14 Februari 2011 83 Perhatian publik yang terkuras habis pada pemilu, apalagi pada pemilihan presiden, gubernur dan bupatiwalikota, merupakan pola pikir yang sentralistik dan personalistik. Seakan-akan persoalan bangsa yang rumit ini bisa diselesaikan dalam tempo lima tahun oleh sosok pemimpin presiden, gubernur, bupati walikota, yang memperoleh mandat dan legitimasi dari rakyat melalui pemilu. Publik selalu mencari sosok pemimpin yang hebat, yang diharapkan mampu segala-galanya, termasuk mampu mengatasi segala persoalan republik ini. 19 Tetapi harapan yang melambung tinggi itu berubah dengan cepat menjadi kekecewaan dan kegelisahan yang luar biasa karena hadirnya pemimpin baru ternyata tidak membuahkan perubahan secara signifikan jika tidak bisa disebut instan. Apakah ini karena harapan publik yang berlebihan, atau apakah karena memang pemimpin yang tidak becus berbuat memenuhi harapan rakyat? Yang jelas pola pikir sentralistik dan personalistik dalam jangka panjang tidak menguntungkan bagi proses konsolidasi demokrasi. Kelak, ketika Indonesia mampu tumbuh menjadi nation state yang dewasa dan melampui demokrasi beyond democracy, mungkin sebagian besar publik tidak lagi tertarik pada pemilihan umum. Orang lebih berpikir mengembangkan kapasitas dirinya sendiri, menjalankan aktivitas sosial-ekonomi maupun mengurusi urusan publik di level komunitas, tanpa berpikir lagi secara serius tentang pemilihan umum. Bahkan di Amerika Serikat, fenomena beyond democracy telah membuat 19 http:www.tangerangnews.com 84 individu semakin kesepian, bermain bowling sendirian bowling alone. 20 Sebuah pralambang yang dikemukakan oleh Robert Putnam 1995, 2000 untuk menggambarkan erosi modal sosial di negeri itu.

B. Kampanye dan Kemenangan Pemilu

Kepopuleran pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dilator belakangi oleh berbagai keinginan mewujudkan sebuah sistem Pemilihan Kepala Daerah yang lebih demokratis dan sensitif terhadap aspirasi rakyat di tingkat daerah. Alasan mendasar pertama diimplementasikannya sistem Pilkada adalah keinginan melakukan penguatan demokratisasi deepening democracy hingga ke tingkat lokal salah satunya melalui pelaksanaan pemilihan kepala daerah adalah Wacana untuk melakukan penguatan demokratisasi tersebut menjadi wacana main stream di era desentralisasi pemerintahan. Demokrasi lokal menjadi terminologi yang populer sebab bentuk ini dianggap menjadi jalan keluar yang paling tepat untuk mengatasi persoalan-persoalan padatingkat daerah yang bersifat spesifik dan unik yang dipandang kurang tepatjika diselesaikan dengan kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat. 40 Daerah dipandang menjadi entitas yang memiliki kapasitas serta pengetahuan yang paling lengkap dalam memahami dan mengatasi persoalanatau kebutuhan yang muncul ditingkat lokal. Sehingga usaha-usaha untuk „mendekatkan‟ pemerintah sedekat mungkin dengan rakyatnya menjadi sebuah keharusan di era desentralisasi. Seperti salah 20 Robert Putnam, Erosi Modal Sosial London, 2000 hal. 128 85 satu argument yang mengilustrasikan pentingnya demokrasi lokal dalam mewujudkan pemerintahan yang efektif. Dengan kata lain, inti dari pelaksanaan demokrasi lokal adalah konsep pemerintahan yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan dan karakter khusus di tingkat lokal, serta menyelenggarakan administrasi dan pelayanan pemerintahan sedekat mungkin dengan masyarakat di tingkat daerah. Harapannya, fungsi-fungsi pemerintahan dapat diselenggarakan dengan lebih efektif dan efisien sebab jalur pemerintahan maupun birokrasi yang semula sangat panjang karena harus dilakukan berdasarkan kebijakan pemerintah pusat dapat disederhanakan dan dilaksanakan langsung oleh daerah. Prinsip lain yang penting dalam penguatan demokrasi di tingkat lokal adalah penduduk di daerah memiliki kesempatan, hak, dan tanggung jawab yang lebih besar untuk terlibat dalam pembuatan kebijakan public yang berkaitan dengan isu-isu yang mempengaruhi kehidupan mereka secara langsung. Pemilihan kepala daerah adalah Pemilu lokal yang diselenggarakanpada tingkat propinsi dan kabupatenkota untuk memilih pejabat-pejabat eksekutif di wilayah yang bersangkutan berdasarkan ketentuan yang diamanatkan dalam pasal 18 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah oleh sebab itu penegasan dan pemantapan kembali mengenai fungsi Pemilu dalam sebuah pemerintahan yang demokratis. Tak perlu diragukan lagi, Pemilu 86 merupakan salah satu pilar utama demokrasi. Ada banyak tulisan yang mengelaborasi mengenai hal ini. 21 Namun yang patut dicermati adalah tidak semua Pemilu bisa menjadi pilar demokrasi.Untuk dapatmenjadi sebuah pilar demokrasi Pemilu-dalam kerangka tulisan ini adalah Pemilu kepaladaerah-harus memenuhi beberapa persyaratan. Agar pemilihan dapat disebut sebagai Pemilu yang demoktratis, sesuai dengan prinsip-prinsip Pemilu demokratis, Pemilu-Kada harus mampu menjadi sebuah saluran sirkulasi kekuasaan secara damai yang kompetitif. Beberapa kata kunci dalam kalimat ini adalah sirkulasi kekuasaan, damai, dan kompetitif. Sirkulasi kekuasaan mengindikasikan terbukanya kesempatan untuk melakukan pergantian pejabat secara periodik, memberhentikan pejabat-pejabat yang dianggap tidak kapabel dan menggantikannya dengan kandidat-kandidat yang dipandang lebih mampu menggunakan priodesasi tertentu yang berjalan secara regular. Pemilu-Kada damai menunjukan terciptanya sebuah mekanisme yang memiliki aturan main tertentu yang ditaati oleh pihak-pihak yang terlibat sehingga menjadi saluran perebutan kekuasaan maupun penyelesaian konflik yang kekerasan dan dijalankan dengan cara-cara damai yang sistemik. Kompetitif mensyaratkan pelaksanaan Pemilu baik kandidat maupun rakyat pemilih mendapatkan kesempatan dan hak yang sama untuk terlibat dan berparisipasi dalam perebutan kekuasaan. 21 Lihat Dahl, Robert On Democracy,Sidgwick and Jacson London: 1963