Latar Belakang Pengaruh kampanye negatif dalam pemilihan umum kepala daerah (PEMILUKADA) Tangerang Selatan (TANGSEL) 2011
3
kampanye hitam. Kedua istilah ini mirip tetapi pada dasarnya berbeda, tentu saja memiliki makna dan implikasi yang berbeda dalam perilaku dan budaya politik.
Kedua, terkait dengan studi terhadap fenomena kampanye negatif juga nampak belum banyak dilakukan di Indonesia. Beberapa kajian yang berkembang dalam
ilmu komunikasi politik selama ini nampak hanya sebatas melakukan analisis terhadap strategi dan taktik kampanye baik dalam Pilkada maupun Pemilu
Presiden. Kampanye politik cenderung hanya dilihat sebagai salah satu instrument dalam kontestasi politik. Sedangkan studi yang fokus pada
pembahasan kampanye negatif masih cenderung absen dalam bidang kajian ilmu politik maupun ilmu komunikasi politik.
The American Heritage Dictionary of the English Language mendefinisikan kampanye negatif negative campaign sebagai sebuah kampanye
yang berisi : “a statement or act indicating or expressing a contradiction, denial, or refusal”; a statement or act that is highly critical of another or of others.
Kampanye negatif dalam hal ini dimaknai sebagai sebuah kampanye politik yang mengekspresikan, memuat atau di dalamnya terdapat negasi, atau penyangkalan
terhadap kebenaran fakta.
1
Cleveland Ferguson mendifinisikan kampanye negatif sebagai kampanye politik yang dilakukan oleh masing-masing kandidat dan
partai politik untuk mendapatkan keuntuntungan dengan cara memberikan referensi atau mengalamatkan aspek-aspek negatif dari competitor baik kandidat
1
Cleveland Ferguson, The Politics of Ethics and Elections diakses dari http:www.law.fsu
. edujournalslawreviewframes 242fergfram.html
4
maupun partai. Aspek-aspek negative tersebut dapat berupa atribut, isu, atau kebijakan-kebijakan yang terkait dengan kepentingan public. Aspek-aspek
negatif tersebut disampaikan dengan cara yang beragam, mulai dengan membuat logika, hingga menyerang dan merusak karakter, personalitas dan kebijakan-
kebijakan publik lawan dengan harapan mendapatkan keuntungan politik lebih. Fenomena dilapangan yang seringkali berkembang, kampanye negatif diwarnai
dengan cara-cara dan trik yang kotor. Isu-isu negatif seringkali terus digunakan untuk mengundang daya tarik publikasi media. Bahkan kampanye negatif
seringkali dilakukan dengan mengkobinasikan jaringan dan teknik dari kelompok-kelompok lobbying untuk melakukan serangan-serangan politik
kepada lawan.
2
Beberapa Pilkada di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan dan Maluku Utara marak dengan menunjukkan informasi negatif mengenai calon
misalnya dugaan korupsi, penghinaan agama, sejarah masa lalu dan sebagainya sangat menentukan preferensi pemilih pada calon. Mereka yang percaya dengan
informasi negatif mengenai calon, cenderung untuk tidak memilih calon tersebut dalam Pilkada. Sebaliknya mereka yang tidak mempercayai informasi negatif itu,
cenderung untuk tetap memilih calon. Hal ini menunjukkan gambaran pemilih yang pasif, statis dan tidak rasional, tidak selamanya benar. Pemilih ternyata
memeriksa isu-su yang ada di seputar kandidat. Kepercayaan mereka terhadap
2
Kajian Bulanan Lingkaran Survei Indonesia, Kampanye Negatif Dalam Pilkada, Edisi 11 - Maret 2008, h. 1.
5
isu-isu itu sedikit banyak menentukan kandidat yang akan dipilih. Akan tetapi, besar kecilnya dampak dari informasi negatif calon itu sangat ditentukan oleh
seberapa banyak orang yang tahu pernah mendengar mengenai informasi negatif. Jika informasi negatif mengenai calon itu hanya dikenal oleh sedikit
pemilih, informasi itu hanya informasi elitis yang juga hanya berdampak pada sedikit pemilih saja.
3
Cleveland Ferguson berpendapat bahwa iklan kampanye negatif negative campaign advertising telah lama berkembang dalam tradisi demokrasi di
Amerika sejak masa kemenangan John Adams terhadap Thomas Jefferson dalam Pemilu presiden Amerika tahun 1796. Ada beberapa definisi yang berkembang
terkait dengan iklan kampanye negatif. Namun dari beragam definisi yang ada, nampak belum ada kesepakatan yang tetap tentang makna dari iklan kampanye
negatif. Yang menjadi kesamaan dari kecenderungan definisi dari iklan kampanye negatif yang muncul adalah kesamaan tujuan yang ingin dicapai, yaitu
meningkatkan pengaruh dan tingkat dukungan dalam arena pemilihan. Beberapa definisi tentang iklan kampanye negatif negative campaign advertising
misalnya dikemukakan oleh Terry Cooper. Ia mendefinisikan iklan kampanye negatif sebagai serangkaian iklan yang berisi segala sesuatu yang bersifat
persuasif untuk menyerang kekuatan lawan dengan menunjukkan berbagai kelemahannya berdasarkan data dan fakta yang ada.
4
3
Terry Cooper, “Negative Image”, Campaigns Elections, September 1991, hal. 21
4
Cleveland Ferguson, The Politics of Etics and Election: Can negative Campaign Advertising Be Regulated in Florida?
6
Fenomena menarik dalam proses Pemilukada Tangerang Selatan, dari aspek strategi komunikasi para kandidat. Pemilihan Langsung Walikota
Tangerang Selatan Tangsel yang berjalan dua putaran, pada 13 November 2010 dan 27 Februari 2011, telah meninggalkan fenomena menarik. Tidak hanya
dari sudut kalkulasi kekuatan politik serta konstelasinya, tetapi juga aspek komunikasi yang merupakan bagian penting dari proses Pilkada tersebut. Pilkada
yang diikuti oleh empat pasangan calon Yayat – Norodom, Rodhiyah –
Sulaeman, Arsyid – Andre, dan Airin – Benyamin tersebut, masing-masing
memiliki gaya kampanye campaign yang berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh latar belakang si calon, pengalaman, sumber daya, serta strategi kampanye.
Sengketa hasil pemilihan umum kepala dan wakil kepala daerah menjadi wewenang Mahkamah Konstitusi yang semula merupakan kewenangan
Mahkamah Agung. Pemindahan wewenang ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum yang
memasukkan pilkada dalam pengertian “pemilu”. Didalan pasal 24C UUD 1945 memberikan kewenangan kepada Mahkamah Konstitusi untuk memutus
perselisihan hasil pemilu. Sehingga sejak pilkada dimasukkan dalam pengertian “pemilu”, maka berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, penanganan Hasil pemilihan umum Daerah dialihkan dari
Mahkamah Agung MA ke Mahkamah Konstitusi MK. Dalam Pemilukada Tangerang Selatan, KPU Provinsi Tangerang Selatan
7
2011, melalui Keputusan KPU Kota Tangerang Selatan Nomor 44KptsKPU Tangerang SelatanXI2011 tentang Penetapan Pasangan Calon Walikota dan
Wakil Walikota Terpilih dalam Pemilihan Umum Walikota dan Wakil Walikota Tangerang Selatan Tahun 2011, memutuskan :
1. Pasangan calon walikota dan wakil walikota Pemilihan Kota Tangerang
Selatan dengan Nomor urut 1 atas nama Drs. Yayat Sudrajat, MM,M.Si. dan H. Moch Norodom Sukarno, S.ip memperoleh sejumlah 22.640 suara
2. Pasangan calon walikota dan wakil walikota Pemilihan Kota Tangerang
Selatan dengan Nomor urut 2 atas nama Hj.Rodhiyah Nasibah,S.Pd dan H.E Sulaiman Yasin memperoleh sejumlah 7518 suara
3. Pasangan calon walikota dan wakil walikota Pemilihan Kota Tangerang
Selatan dengan Nomor urut 3 atas nama Drs. Arsid, M.Si. dan Andreas Taulany memperoleh sejumlah 187.778 suara
4. Pasangan calon walikota dan wakil walikota Pemilihan Kota Tangerang
Selatan dengan Nomor urut 4 atas nama Hj. Airin Rachmy Diani,SH.MH dan Drs.H. Benyamin Davnie memperoleh sejumlah 188.893 suara
Terhadap putusan KPUD tersebut di atas, pasangan calon nomor urut 1 dan nomor urut 3 mengajukan permohonan keberatan. Dalam putusannya, MK
mengabulkan sebagian permohonan dengan membatalkan dan menyatakan tidak mengikat secara hukum keputusan KPU Tangerang Selatan tersebut. Pemohonan
yang dikabulkan adalah permohonan yang terbukti beralasan. Selain itu MK juga mengabulkan pemohonan pemohon berupa pemungutan suara ulang. Hal yang
8
menarik dari putusan ini ialah terkait objek yang diperkarakan berupa pelanggaran yang bukan merupakan hasil dari pemilihan umum dan putusan
untuk melaksanakan pemungutan suara ulang. Dalam hal ini MK mendasarkan pada yurisprudensinya yang telah dibangun dalam memberikan pandangan
hukumnya. Putusan MK ini menarik untuk dianalisis karena telah kesekian kalinya MK dapat mengesampingkan aturan formalnya. Proses beracara dalam
perkara ini dapat dianalisis dalam perspektif hukum acara MK. Maka penulis mencoba melihat prespektif politik dalam lingkup
kecamatan Serpong. Kecamatan Serpong merupakan suatu kawasan sub urban pingiran Jakarta yang masyarakatnya heterogen dan multi etnis di mana infra
struktur politiknya sudah terbentuk secara matang dan tingkat kesadarannya cukup tinggi.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji mengenai kampanye negatif, sehinga penulis tertarik untuk menulis tugas akhir dengan judul
“Pengaruh Kampanye Negatif dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Pilkada Tangerang Selatan Tangsel
2011”.