Pengukuran Dan Perbaikan Produktivitas Dengan Menggunakan Model APC (American Productivity Center) Di PT. Pantja Surya

(1)

PENGUKURAN DAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL APC (AMERICAN PRODUCTIVITY

CENTER) DI PT. PANTJA SURYA

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Mengikuti Sidang Sarjana Sains Terapan

Oleh

MUHAMMAD GANI HASIBUAN 995204054

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A IV

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

PENGUKURAN DAN PERBAIKAN PRODUKTIVITAS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL APC (AMERICAN PRODUCTIVITY

CENTER) DI PT. PANTJA SUTYA

DRAFT TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Mengikuti Sidang Sarjana Sains Terapan

OLEH :

MUHAMMAD GANI HASIBUAN 995204054

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Ir. Tanib S. Tjolia, M.Eng) ( Ir. Ukurta Tarigan, MT)

PROGRAM STUDI TEKNIK MANAJEMEN PABRIK

P R O G R A M D I P L O M A IV

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulisan Tugas Karya Akhir ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

Penulisan Tugas Karya Akhir ini berjudul “Pengukuran dan Perbaikan Produktivitas Dengan Menggunakan Model APC (American Productivity Center) Di PT. Pantja Surya dengan tujuan untuk mengukur tingkat produktivitas pada perusahaan sehingga dapat melakukan perbaikan-perbaikan untuk peningkatan produktivitas pada perusahaan tersebut.

Tugas Karya Akhir ini dibuat untuk memenuhi persyaratan ujian Sarjana di Progam Studi Teknik Manajemen Pabrik Program D-IV Fakultas Teknik USU. Tersusunnya penulisan Tugas Karya Akhir ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua Orang tua, Ayahanda (Alm) dan Ibunda tercinta yang telah mendidik dan memberikan dorongan moril dan material serta doa dan restu sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Karya Akhir ini.

2. Bapak Ir. Tanib S. Tjolia, M.Eng, selaku Dosen pembimbing I yang telah banyak membantu dan membimbing penulis baik dari segi waktu dan fikiran dalam penyusunan Tugas Karya Akhir ini.

3. Bapak Ir. Ukurta Tarigan, MT, selaku Dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan Tugas Karya Akhir ini.


(4)

4. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik USU.

5. Bapak Aulia Ishak, ST, MT, selaku kordinator Tugas Karya Akhir di Program Studi Teknik Manajemen Pabrik Fakultas Teknik USU.

6. Pimpinan dan seluruh Karyawan PT. Pantja Surya yang telah banyak membantu memberikan waktu kepada penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan Tugas Karya Akhir ini.

7. Seluruh Dosen dan staff pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pendidikan kepada penulis selama dibangku kuliah pada Program Studi Teknik Manajemen Pabrik FT-USU.

8. Kedua Kakanda Evi Juliani Hsb dan Ade Linda Hanum Hsb yang terkasih yang telah banyak memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

9. Adinda Tety Mahrani Pulungan yang telah membantu dan bersabar mendampingi sampai terselesaikannya Tugas Karya Akhir ini.

10.Seluruh Pegawai Administrasi Jurusan Teknik Industri yang telah banyak membantu penulis dalam hal administrasi dan informasi khususnya Kak Dina, Bang Bowo, Bang Mijo dan Namboru.

11.Keluargaku di Aek Godang, Paman H.M. Syukur Nikmat Hsb dan Nanguda beserta adik-adik sekeluarga yang telah membantu penulis memberikan dorongan dalam mengerjakan Tugas Karya Akhir ini.

12.Keluargaku di Jl. Hokki No 14 Medan, Uak, Bang Dedi dan Ayu yang masih memberikan dorongan dan kepercayaan untuk terselesaikannya Tugas Karya Akhir ini.


(5)

13.Sahabatku Trianta yang telah setia membantu penulis dan memberikan dorongan sehingga terselesaikannya Tugas Karya Akhir ini.

Penulis menyadari adanya kekurangan pada penulisan Tugas Karya Akhir ini baik dalam hal penyajian maupun pemecahan masalah yang dilakukan. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan Tugas Karya Akhir. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Karya Akhir ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2008

Penulis,

Muhammad Gani Hsb 995204054


(6)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1. Block Diagram Proses Produksi………..II-7 2. Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT. Pantja Surya……… ………….. II-20 3. Gambar 3.1. Hubungan Antara Produktivitas, Efisiensi,

Keefektifan dan Mutu …………..………. III-4 4. Gambar 3.2. Hubungan Harga, Jumlah Sumber Daya dan Produktivitas untuk

Keuntungan ………...………....…… III-5

5. Gambar 3.3. Skema Produktivitas …..………. III-7 6. Gambar 3.4. Model Pengukuran Produktivitas APC pada

Tingkat Perusahaan …...……….... III-20 7. Gambar 3.5. Skema Siklus (Daur) Produktivitas ……….…………...…… III-29 8. Gambar 4.1. Block Diagram Pengolahan Data …..…………..…..………. IV-5 9. Gambar 4.2. Block Diagram Analisa dan Evaluasi Produktivitas………… IV-7 10. Gambar 4.3. Block Diagram Metodologi Penelitian...……… IV-8 11. Gambar 6.1. Diagram Sebab Akibat……… VI-6


(7)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1. Spesifikasi Karet SIR 20 PT. Pantja Surya..………...II-6 2. Tabel 2.2. Jumlah Tenaga Kerja Kelompok harian dan Bulanan…………...II-29 3. Tabel 2.3. Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Staf dan Pegawai.……….II-30 4. Tabel 5.1. Elemen Masukan Tenaga Kerja…….. ………...…...…...……... V-2 5. Tabel 5.2. Elemen Jumlah Tenaga Kerja………. …...…...………... V-2 6. Tabel 5.3. Elemen Masukan Material ………..…...………... V-2 7. Tabel 5.4. Jumlah Bahan Baku Getah Karet……….………... V-3 8. Tabel 5.5. Harga dan Jumlah Pemakaian Bahan Tambahan………... V-3 9. Tabel 5.6. Elemen masukan Energi………... …...…..………... V-3 10. Tabel 5.7. Elemen Masukan Modal ….……….………... V-4 11. Tabel 5.8. Elemen Keluaran………...………... V-4 12. Tabel 5.9. Jumlah Output yang diproduksi.…………... V-4 13. Tabel 6.1. Jumlah Output Total, Input Material, Tenaga Kerja, Enerji, Modal

dan Input Total Pada Tahun 2002 dan Tahun 2003………... VI-1 14. Tabel 6.2. Pengaruh Komponen Input Terhadap Profitabilitas

Perusahaan .…………...………..……. VI-2 15. Tabel 6.3. Pengaruh Komponen Input Terhadap Produktivitas

Perusahaan ... VI-2 16. Tabel 6.4. Hubungan Price Recovery dengan Profitabilitas Perusahaan.... VI-3 17. Tabel 6.5. Selisih Biaya Aktual Tahun 2006 dan Tahun 2007.…..………. VI-4


(8)

18. Tabel 6.6. Hasil Produksi……….VI-4 19. Tabel 6.7. Jumlah Output yang Produksi...………..VI-4


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Spesifikasi Mesin dan Peralatan (L-1)………xiv 2. Flow Process Chart (L-2)………xxi 3. Nilai Deflator untuk Komponen Output Dan Komponen Input (L-3)……..xxiv 4. Indeks Produktivitas (L-4)……….xxv 5. Indeks Profitabilitas, Produktivitas dan Price Recovery (L-5)……….xxvi 6. Nilai Kontribusi Produktivitas, Profitabilitas dan Price Recovery (L-6)…xxvii


(10)

RINGKASAN

PT. Pantja Surya adalah Perusahaan manufaktur yang memproduksi Crumb Rubber dengan Standard Indonesian Rubber yang berdiri sejak bulan juli 1965. Jenis produk yang diproduksi adalah S.I.R 20.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif PT. Pantja Surya selalu berusaha meningkatkan produktivitas perusahaan, dimana untuk mengetahui tingkat produktivitas perusahaan perlu dilakukan suatu pengukuran produktivitas yang merupakan ukuran dan akan dijadikan sebagai patokan untuk dianalisa, dan direncanakan perbaikan pada masa yang akan datang.

Produktivitas adalah suatu tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa secara efektif atau merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran (output) pada waktu tertentu dibagi dengan masukan (input) selama periode tersebut.

Pengukuran produktivitas di PT. Pantja Surya adalah menggunakan model APC (American Productivity Center) yang menghubungkan produktivitas dengan profitabilitas serta faktor perbaikan harga (Price Recovery) yang merupakan suatu model faktor. Model ini mengasumsikan bahwa suatu perusahaan memperoleh keuntungan yang berasal dari dua sumber yaitu produktivitas dan pemulihan harga. Pengukuran dilakukan pada periode 2006 dan 2007 dan hanya menyangkut faktor-faktor yang dapat diukur secara kuantitatif.

Pengolahan data dilakukan dengan menghitung nilai deflator untuk mendapatkan nilai kontribusi produktivitas = Rp. 44.832.153,8, profitabilitas = Rp. 1.403.147.26 dan price recovery = Rp. 1.358.315.106,2 setiap periode dan menghitung angka indeks produktivitas = 106,8, profitabilitas = 104,580 dan price recovery = 0,998 masing-masing komponen input.

Melalui pengukuran produktivitas model APC ini dapat diketahui tingkat produktivitas perusahaan dengan melihat nilai kontribusi produktivitas, profitabilitas serta price recovery setiap periode sehingga dapat diketahui faktor pendorong dan penghambat produktivitas perusahaan serta dapat direncanakan perbaikan-perbaikan produktivitas. Peningkatan produktivitas sangat berpengaruh pada peningkatan keuntungan dimana keuntungan ini dapat digunakan untuk pengembangan di dalam perusahaan serta untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.


(11)

RINGKASAN

PT. Pantja Surya adalah Perusahaan manufaktur yang memproduksi Crumb Rubber dengan Standard Indonesian Rubber yang berdiri sejak bulan juli 1965. Jenis produk yang diproduksi adalah S.I.R 20.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif PT. Pantja Surya selalu berusaha meningkatkan produktivitas perusahaan, dimana untuk mengetahui tingkat produktivitas perusahaan perlu dilakukan suatu pengukuran produktivitas yang merupakan ukuran dan akan dijadikan sebagai patokan untuk dianalisa, dan direncanakan perbaikan pada masa yang akan datang.

Produktivitas adalah suatu tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa secara efektif atau merupakan perbandingan antara totalitas pengeluaran (output) pada waktu tertentu dibagi dengan masukan (input) selama periode tersebut.

Pengukuran produktivitas di PT. Pantja Surya adalah menggunakan model APC (American Productivity Center) yang menghubungkan produktivitas dengan profitabilitas serta faktor perbaikan harga (Price Recovery) yang merupakan suatu model faktor. Model ini mengasumsikan bahwa suatu perusahaan memperoleh keuntungan yang berasal dari dua sumber yaitu produktivitas dan pemulihan harga. Pengukuran dilakukan pada periode 2006 dan 2007 dan hanya menyangkut faktor-faktor yang dapat diukur secara kuantitatif.

Pengolahan data dilakukan dengan menghitung nilai deflator untuk mendapatkan nilai kontribusi produktivitas = Rp. 44.832.153,8, profitabilitas = Rp. 1.403.147.26 dan price recovery = Rp. 1.358.315.106,2 setiap periode dan menghitung angka indeks produktivitas = 106,8, profitabilitas = 104,580 dan price recovery = 0,998 masing-masing komponen input.

Melalui pengukuran produktivitas model APC ini dapat diketahui tingkat produktivitas perusahaan dengan melihat nilai kontribusi produktivitas, profitabilitas serta price recovery setiap periode sehingga dapat diketahui faktor pendorong dan penghambat produktivitas perusahaan serta dapat direncanakan perbaikan-perbaikan produktivitas. Peningkatan produktivitas sangat berpengaruh pada peningkatan keuntungan dimana keuntungan ini dapat digunakan untuk pengembangan di dalam perusahaan serta untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu perusahaan dituntut untuk mampu mempertahankan dan selalu mengembangkan daya saingnya. Berbagai usaha dilakukan untuk mencapai suatu produktivitas yang tinggi. Pihak manajemen perlu untuk melakukan pengukuran produktivitas untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektivitas yang telah dicapainya. Pengukuran produktivitas akan digunakan untuk menganalisa dan mengevaluasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas perusahaan yang selanjutnya digunakan untuk menentukan strategi perusahaan dalam meningkatkan produktivitas.

Pengukuran produktivitas sebagai dasar perencanaan adalah sangat penting disemua tingkatan ekonomi. Pada perusahaan, pengukuran produktivitas digunakan untuk menganalisa dan mendorong efisiensi produksi. Perusahaan untuk mencapai tujuan organisasinya haruslah melalui suatu proses yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengendalian terhadap strategi-strategi yang telah ditetapkan.

Produktivitas merupakan salah satu indikator penilaian sehat tidaknya suatu perusahaan yang perlu dilakukan dalam menilai efisiensi konversi sumber dayanya menjadi barang atau jasa, agar penyebab timbulnya masalah produktivitas dapat dihilangkan. Masalah produkvitas dapat didefenisikan sebagai deviasi atau penyimpangan yang terjadi antara produktivitas aktual (hasil aktual) dan sasaran produktivitas yang direncanakan atau diharapkan.


(13)

PT. Pantja Surya adalah perusahaan manufaktur di bidang pengolahan Crumb Rubber dengan jenis “SIR 20”. PT. Pantja Surya berusaha meningkatkan produktivitas perusahaan dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitf. Peningkatan produktivitas perusahaaan akan meningkatkan keuntungan, dan keuntungan perusahaan dapat digunakan untuk melakukan pengembangan di dalam perusahaan serta untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, PT. Pantja Surya berusaha untuk meningkatkan produktivitasnya, namun karena belum adanya suatu pengukuran produktivitas yang jelas yang dilakukan perusahaan maka PT. Pantja Surya belum dapat menentukan tingkat produktivitasnya.

Ukuran produktivitas akan dijadikan sebagai patokan untuk dianalisa dan dievaluasi serta dibandingkan dengan rencana yang telah ditetapkan. Berdasarkan evaluasi ini dapat direncanakan kembali target produktivitas yang akan dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Apabila konsep pengukuran produktivitas dikaitkan secara langsung dengan profitabilitas perusahaan maka dapat menciptakan suatu strategi peningkatan dan profitabilitas secara terus menerus.

1. 2. Rumusan Masalah

Untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu keuntungan maksimum, dengan tersedianya sumber daya yang cukup besar, maka PT. Pantja Surya dituntut untuk tetap meningkatkan efisiensi dan efektivitasnya, namun dibalik usaha untuk mencapai tujuan tersebut PT. Pantja Surya belum dapat mengevaluasi dan menentukan tingkat produktivitasnya. Evaluasi ini tidak dapat dilakukan karena


(14)

belum adanya alat ukur produktivitas sehingga perusahaan sulit untuk menentukan target dan langkah-langkah perbaikan produktivitas.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengukur produktivitas dengan menggunakan model APC (American Productivity Center) pada perusahaan PT. Pantja Surya.

2. Menganalisis tingkat perubahan produktivitas perusahaan pada setiap periode. 3. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat produktivitas perusahaan. 4. Merencanakan perbaikan produktivitas perusahaan dalam jangka pendek.

I.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bahan perbaikan serta sumbangan dalam pengukuran dan rencana perbaikan produktivitas untuk pengembangan perusahaan PT. Pantja Surya.

2. Memberikan masukan dalam penelitian produktivitas pada industri manufaktur.

3. Menambah ilmu dan pemahaman bagi peneliti khususnya yang berhubungan dengan produktivitas.


(15)

1.5. Pembatasan Masalah dan Asumsi yang digunakan

Pembatasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran produktivitas pada tingkat perusahaan adalah dengan menggunakan model American Productivity Center (APC).

2. Pengukuran produktivitas hanya menyangkut faktor-faktor yang dapat diukur secara kuantitatif karena hasil yang diperlukan adalah bersifat kuantitatif.

3. Pengukuran ini hanya untuk mengukur produktivitas pada periode tahun 2006 dan tahun 2007.

4. Penelitian ini dilakukan untuk mengukur dan merencanakan untuk perbaikan produktivitas perusahaan dalam jangka pendek.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Perubahan ekonomi pada periode pengukuran tidak mempengaruhi produktivitas perusahaan.

2. Proses produksi berjalan lancar.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dilakukan dengan cara sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang yang mendasari keinginan untuk melakukan penelitian, perumusan masalah, pembatasan masalah dan asumsi yang digunakan, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan laporan.


(16)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Memuat secara ringkas berbagai atribut dari perusahaan yang menjadi objek studi, sejarah perusahaan, bahan baku dan bahan penolong, proses produksi serta mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi.

BAB III LANDASAN TEORI

Menampilkan teori-teori yang menjadi acuan untuk pelaksanaan penelitian yang meliputi teori tentang produktivitas dan model Pengukuran produktivitas dengan model American Productivity Center (APC).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Mengemukakan langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian meliputi tahapan-tahapan penelitian dan penjelasan tiap tahapan secara ringkas disertai diagram alirnya. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Mengidentifikasi keseluruhan data dan melakukan pengolahan data, dimana data yang dikumpulkan diolah dengan menggunakan metode pengukuran model American Productivity Center(APC). BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI

Mengalisis hasil yang diperoleh dari pengolahan data serta melakukan evaluasi agar dapat dilakukan perencanaan perbaikan produktivitas perusahaan.


(17)

I-6

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan kemudian dilanjutkan dengan menganalisa maka dapat diambil kesimpulan dan saran yang diambil untuk perusahaan.


(18)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah dan Gambaran Umum Perusahaan

Perusahaan karet didirikan karena semakin meningkatnya kebutuhan manusia akan karet sehingga dibutuhkan sumber bahan mentahnya. Untuk ini banyak diusahakan menanam sumber penghasil karet. Pemilihan lokasi didasarkan atas keadaan tumbuhan tanaman karet yang baik dan kemampuan pendirinya.

Pada tanggal 30 Juli 1949, PT. Pantja Surya didirikan dengan nama “Fa. Theam Hap & Co”. Namun hasil pengolahannya belum berbentuk Crumb. Tertanggal 10 Februari 1965, diadakan perubahan nama perusahaan dari “Fa. Theam Hap & Co” menjadi PT. Remilling dan usaha dagang Theam Hap & Co disingkat menjadi “PT. Theam Hap & Co”. Tanggal 17 Juli 1965 diadakan perubahan nama perusahaan menjadi PT. Remilling dan usaha dagang Pantja Surya disingkat “PT. Pantja Surya”.

Pada tahun 1970, keluarnya peraturan pemerintah tentang larangan export karet berbentuk selendang maka perusahaan mengadakan renovasi produksi dan export karet selendang menjadi produk dan export crumb rubber SIR 20 dan pada tahun itu juga bergabung menjadi anggota GAPKINDO sampai sekarang.

Pada tahun 1978, PT. Pantja Surya dibeli oleh PT. Djambi Waras Jambi yang juga industri crumb rubber.

Pada tahun 1983, Group PT. Djambi Waras Jambi dibeli oleh kelompok Group Astra (Devisi perkebunan karet).


(19)

Pada tahun 1993, memisahkan diri dari kelompok Astra dengan Holding Company PT. Kirana Megatara. Dengan pengambilalihan ini maka nama pabrik diubah menjadi PT. Pantja Surya, sebagai anak perusahaan dari PT. Kirana Mega Tara. Sejak saat itu, secara keseluruhan anak perusahaan ini mempunyai tiga pabrik karet yang tersebar di Sumatera Utara, yaitu Perdagangan, Padang Sidempuan dan Medan.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

PT. Pantja Surya merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan karet/latex menjadi crumb rubber. Bahan baku karet pabrik ini diperoleh dari PIR (Perkebunan Inti Rakyat). Pengolahan getah karet menjadi crumb rubber dilaksanakan di pabrik yang berada di Perdagangan, Padang Sidempuan dan Medan.

Karet memakai jenis Havea Brasiliensis dan mengolahnya menjadi crumb rubber. Adapun jenis crumb rubber yang diproduksi PT. Pantja Surya adalah sesuai dengan ketentuan mutu karet Indonesia atau Standard Indonesian Rubber (SIR), yaitu “SIR 20”.

Crumb rubber SIR 20 adalah jenis karet remah dengan kadar sebagai berikut : - Kadar kotoran, maksimum 0,20 %.

- Kadar abu, maksimum 1,00 %. - PO/PRI, minimum 30/50.

Mengingat banyaknya produk sejenis yang menjadi saingan perusahaan, maka PT. Pantja Surya melalui bagian quality control dan pemasaran mengupayakan penjagaan dan peningkatan mutu yang ketat.


(20)

2.3. Lokasi perusahaan

Lokasi pabrik perusahaan PT. Pantja Surya terletak di Jl. Kuala Tanjung-Perdagangan Siantar (Simalungun) dan alamat kantornya terletak di Jl. Pertahanan No. 70-A Medan Amplas. Secara keseluruhan, pabrik ini menempati luas lahan sebesar 91.799 m2.

Dalam areal ini terdapat bangunan seperti Head Office, kantor Human Resources Development (HRD), kantor Processing, kantor Quality Control Department (QCD), kantor Engineering Department, kantor Safety Department, kantor AWS (Auto Work Shop), Pallette Storage, toilet, musholla, parkir, pos satpam dan laboratorium.

Areal pabrik PT. Pantja Surya ini mempunyai batas-batas sebagai berikut : Sebelah timur : pemukimam penduduk

Sebelah barat : sungai

Sebelah utara : pemukiman penduduk Sebelah selatan : perumahan karyawan

2.4. Bahan Baku, Bahan Penolong dan Bahan Tambahan 2.4.1. Bahan Baku

Bahan baku adalah bahan utama yang digunakan dengan persentase komposisi bahan yang tinggi dan merupakan bahan-bahan yang membentuk bagian integral dari suatu produk jadi.

Bahan baku yang digunakan adalah getah karet dengan berbagai jenis kriteria antara lain : Cup lump, Slab, atau Slab lump. Ketiga jenis getah ini merupakan bahan baku yang didapat dari vendor yang berasal dari beberapa


(21)

daerah di sumatera utara antara lain : Rantau Parapat, Binjai, P. Sidempuan, Sibolga, dan Perdagangan. Khusus untuk SIR 20 bahan baku yang digunakan oleh PT. Pantja Surya adalah getah karet dengan kriteria getah Cup lump, Slab lump, Slab, dan Scrab.

2.4.2. Bahan tambahan

Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam komposisi kecil tetapi juga mempengaruhi produk dan dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu produk.

1. Air

Air yang digunakan dalam proses produksi adalah air yang bersih yang tidak banyak mengandung zat-zat kimia dan kotoran. Kegunaannya antara lain : - Mencuci bahan baku dari kotoran yang melekat seperti pasir, batu dan kayu. - Membuat larutan-larutan dari bahan kimia di laboratorium.

- Mendinginkan motor-motor pembangkit tenaga. - Mencuci alat-alat yang dipakai dalam proses produksi. 2. Formic Acid (asam semut/cuka) (CH3COOH)

Gunanya untuk mempercepat terjadinya penggumpalan latex. 3. Amoniak (NH3)

Gunanya untuk penyegaran latex serta pengawetan latex. 4. HNS (H-NS)


(22)

5. Natrium Metabisulfit (Na2S2O3)

Untuk memperoleh warna karet yang terang maka ditambahkan natrium metabisulfit kedalam mixing tank II pada karet.

2.4.3. Bahan penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan secara tidak langsung dalam produk dan bukan merupakan komposisi produk, tetapi digunakan sebagai pelengkap produk.

1. Plastik

Berupa kemasan plastik yang digunakan untuk membungkus karet yang sudah selesai dipres dan yang ditaruh dalam pallet. Plastik yang digunakan adalah plastik kedap udara dengan tebal 0, 2 mm dan titik leleh 108o C serta berat jenis 0,92 kg/m2. Selanjutnya plastik tersebut dicap dengan cat dan diberi label. Setelah itu produk jadi akan dibawa ke gudang penyimpanan untuk disimpan.

2. Pallet/packing

Bandela yang telah dipres dan dibungkus plastik kemudian dimasukkan ke dalam pallet. Pallet ini mempunyai jenis/type dimana tergantung permintaan dari buyer tsb. sebagian dibuat sendiri oleh perusahaan dan ada yang dipesan langsung dari Singapura dengan system sewa oleh pembeli itu sendiri. Type dari packing yang digunakan PT. Pantja Surya antara lain :

Slip Tray adalah jenis packing dimana rangkanya terbuat dari logam dan tapak terbuat dari kayu jadi merupakan kombinasi antara lgam dan kayu.


(23)

Metal box adalah packing yang keseluruhannya terbuat dari logam aluminium dan biasanya jenis packing ini sistem sewa.

Wooden Pallet adalah packing dimana bahannya terbuat dari kayu biasanya

packing ini dibuat oleh pabrik sendiri

2.5. Uraian Kegiatan Produksi

Proses pengolahan getah karet di PT. Pantja Surya untuk SIR 20 dilakukan di Prossesing Factory. Untuk spesifikasi karet SIR 20 yang harus dipenuhi dalam produksi dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Spesifikasi Karet SIR 20

No. Parameter Standard Indonesian Rubber (SIR) 20 1.

2. 3. 4.

Dirt Content (% Max.) Ash Content (% Max.) Po ( Min.)

PRI (Min.)

0,20 1,00 Min 30 Min 50

Sumber : Kantor Adm. Processing PT.Pantja Surya.

Untuk uraian proses produksi meliputi beberapa bagian, seperti terlihat pada Block Diagram pada Gambar 2.1 berikut :


(24)


(25)

Untuk lebih jelas uraian proses diatas akan diterangkan pada bagian berikut ini :

1. Penerimaan a. Pembongkaran

Truk diperiksa pada pos satpam dan meminta surat pengantar barang apabila tidak sesuai tidak diizinkan masuk, dan apabila sesuai diizinkan untuk masuk membawa bahan baku ke Bor untuk melakukan pembongkaran isi., truk menuju ke lapangan pembongkaran, di sini muatan truk dibongkar oleh pekerja dan selanjutnya disortir berdasarkan grade yang telah ditentukan perusahaan. Apabila ada bahan baku di luar ketentuan maka secara langsung dipisahkan. Selanjutnya truk mengambil dan membawa kembali bahan baku yang reject.

b. Pemotongan

Karet dipotong secara manual menggunakan gergaji pemotong dan secara otomatis menggunakan mesin pemotong. Memisahkan sesuai jenis kemudian diperiksa kontaminasi (Vulkanisir) dan setelah dinyatakan bersih kepala kadar akan menetapkan kadar dan apabila tidak bersih akan ditolak.

c. Pengkadaran

Setelah karet dipotong dan dinyatakan bersih pihak perusahaan akan melakukan pengkadaran secara visual, apabila tidak ada kesepakatan antara pihak perusahaan (pembeli) dengan penjual akan dilakukan test kadar di laboratorium.


(26)

d. Penimbangan

Setelah kesepakatan diperoleh, maka dilakukan penimbangan terhadap karet yang akan dibeli.

e. Penamaan/batch

Bahan baku yang telah disortir akan diberikan pamplate nama pemilik/nasabah dari karet yang telah dibongkar.

f. Pembayaran

Setelah dilakukan penimbangan dan pengkadaran maka diperoleh hasil berapa kadar dan timbangan karet yang dibeli maka dilakukan pembayaran kepada nasabah pemilik karet.

2. Penumpukan

Karet yang sudah dibeli akan ditumpukkan pada gudang bahan baku, menunggu untuk diproses. Bahan baku yang telah ditumpuk adalah bahan baku gabungan dari Cup lump, Slab lump dan Slab.

3. Precleaning

Karet yang berada di gudang penumpukan bahan baku diangkat dengan menggunakan scoopel menuju mesin feeder breaker, pada mesin ini dilakukan proses penampungan bahan baku dari scopel dan proses pencucian karet sekaligus mentransfer bahan baku menuju breaker. Setelah bahan baku masuk pada mesin breker akan keluar menjadi potongan-potongan kecil dan


(27)

selanjutnya akan ditransfer menuju belt conveyor contamination dengan menggunakan screw conveyor I, pada screw conveyor I dilakukan juga proses pencucian dan penyaringan. Setelah karet berada pada belt conveyor contamination dilakukan pengambilan kotoran yang melewati penyaringan di screw conveyor I secara manual oleh operator. Kemudian bahan akan masuk kedalam turning tank untuk proses pencucian kembali dan homogenitas bahan baku sekaligus mengalirkannya menuju screw cutter. Pada screw cutter bahan akan dipotong lebih kecil kemudian ditransfer, dicuci dan disaring pada screw conveyor II menuju mixing tank I agar diperoleh homogenitas dari karet, sekaligus mengalirkannya menuju mesin hammer mill. Pada hammer mill akan dilakukan pemukulan pada bahan untuk melepaskan kotoran yang masih melekat pada karet kemudian masuk kedalam bak pencucian I. Dari bak pencucian I karet akan disedot dengan menggunakan vortex pump menuju rotary screen. Pada rotary screen akan dilakukan proses penyaringan kembali dan karet yang sudah disaring akan jatus bebas ke mixing tank II. Pada mixing tank II karet dihomogenkan kembali sekaligus mengalirkannya ke proses blending.

4. Blending

Setelah bahan melalui proses preclening, maka bahan dimasukkan ke dalam mesin Creeper I melalui feeder breaker untuk digiling. Setelah itu dimasukkan ke mesin Creeper II, lalu dilanjutkan ke Creeper III, IV, V dan VI hingga menjadi lembaran dengan ketebalan tertentu di setiap Creeper. Penggilingan di mesin Creeper ditambahkan air yang berfungsi untuk


(28)

menghilangkan kotoran dan zat penggumpal yang masih tersisa. Selain untuk mencegah pemanasan pada mesin akibat gesekan, maka ke dalam mesin tersebut juga dimasukkan minyak jarak (castor oil/C17H32) yang berfungsi sebagai pelumas mesin dengan dosis 1 cc kering. Untuk lebih jelas dapat kita lihat pada keterangan dibawah ini :

1. Creeper I

Mesin ini menggiling hasil dari Mixing Tank II sebanyak 2x penggilingan dengan ketebalan 40 mm.

2. Creeper II

Mesin ini menggiling hasil dari Creeper I sebanyak 3x penggilingan dengan ketebalan 30 mm.

3. Creeper III

Mesin ini menggiling hasil dari Creeper II sebanyak 4x penggilingan dengan ketebalan 25 mm.

4. Creeper IV

Mesin ini menggiling hasil dari Creeper III sebanyak 1x penggilingan dengan ketebalan 15 mm.

5. Creeper V

Mesin ini menggiling hasil dari Creeper IV sebanyak 1x penggilingan dengan ketebalan 13 mm.

6. Creeper VI

Mesin ini menggiling hasil dari Creeper VI sebanyak 1x penggilingan dengan ketebalan 7- 8 mm.


(29)

Setelah dari Creper IV blanket akan digulung pada kereta sorong sampai pada batas besi pada kereta sorong.

5. Hanging Sheet

Setelah dilakukan perendaman, maka lembaran karet yang sudah direndam tersebut dibawa ke kamar gantung blanket dengan menggunakan lift. Penjemuran dilakukan selama 12-14 hari hingga kadar air pada lembaran tersebut berkurang hingga 68 %. Penjemuran ini dilakukan agar bandela yang dihasilkan benar benar menjadi bandela yang berkualitas, karena apabila lembaran tersebut tidak benar-benar kering akan mempengaruhi kwalitas produk tersebut misalnya bandela tersebut akan lembab dan mudah berjamur.

6. Crumbing

Dari penjemuran, selanjutnya gumpalan yang sudah kecil-kecil tersebut dimasukkan ke mesin Schreder untuk diremahkan menjadi butiran-butiran. Lalu butiran-butiran tersebut dicuci sekali lagi sebelum dikeringkan. Kemudian butiran-butiran tersebut disaring dengan mesin static screen untuk memisahkan butiran dan air, ditampung dalam kotak-kotak yang ada pada trolley. Setelah itu trolley dibawa ke kotak pengering.

7. Drier

Proses pengeringan dilakukan di dalam kotak pengering (dryer) dengan menghembuskan udara panas ke dalam drier dengan suhu 100 – 110o C


(30)

selama 1 – 2 jam. Tujuan pengeringan ini untuk mengurangi kadar air yang terkandung dalam butiran hingga 10 – 15 %. Udara panas yang dihembuskan ke dalam dryer ini dihasilkan dari alat pemanas (heater) yang menggunakan blower.

Setelah 1 – 2 jam, trolley dikeluarkan dari dalam dryer dan butiran didinginkan dengan menggunakan kipas pendingin (cooling fan) selama  5 menit hingga mencapai suhu 50o C. Tujuan pendinginan ini untuk menghindari kelembaban setelah pembungkusan dan mencegah pertumbuhan jamur, di samping itu untuk memudahkan proses pengepakan.

8. Pressing

Setelah didinginkan, selanjutnya butiran diletakkan di atas meja sortasi untuk diperiksa apakah ada karet yang mentah. Ciri-ciri karet mentah ini adalah seperti mata ikan. Jika ditemukan karet yang masih mentah tersebut, maka karet tersebut dibuang. Selanjutnya butiran akan ditimbang dengan berat @ 35 kg dan dipres dengan mesin pres tekanan 2000 Psi selama  2 menit dengan dimensi 69 x 34 x 18 cm. Tujuan pengepresan ini adalah untuk menghilangkan rongga-rongga udara di dalam blok-blok karet yang dapat merangsang pertumbuhan jamur.


(31)

9. Weight

Setelah bandela dipress akan diperiksa unsur logam dan white spot, ini dilakukan setiap 6 bandela. Kemudian akan ditimbang seberat 35 Kg dan kemudian dibungkus.

10. Packing

Setelah itu bandela karet dibungkus dengan plastik kedap udara dengan tebal 0, 2 mm dan titik leleh 108o C serta berat jenis 0,92 kg/m2. Selanjutnya plastik tersebut dicap dengan cat dan diberi label. Setelah itu produk jadi akan dibawa ke gudang.

11. Penggudangan

Pada penggudangan produk jadi ada 3 proses antara lain: a. Penimpaan

Pada penggudangan dilakukan proses penimpaan sebelum pengepakan pada pallet, proses ini menggunakan besi baja yang berbentuk segi empat sesuai ukuran pallet dengan berat 1 ton. Penimpaan ini berguna untuk meratakan permukaan bandela yang sudah tersusun dalam box pallet agar dapat dibungkus dengan rapi. Untuk mendapatkan hasil yang rata pada permukaan proses ini membutuhkan wktu 3-4 jam.


(32)

b. Pengepakan

Setelah dilakukan penimpaan pada permukaan bandela dan didapatkan permukaan yang rata maka bandela yang sudah tersusun dalam pallet akan dibawa dengan menggunakan forklip kebagian pengepakan di dalam gudang. Pada pengepakan akan dilakukan proses pembungkusan dengan plastik pada bagian atas bandela dengan metode pembakaran menggunakan pengomporan dengan cara besi dipanaskan dan dilengketkan pada plastik sehingga menyatu dengan rapi dan tidak boleh udara masuk karena bila ada rongga udara akan mengakibatkan bandela berjamur dan tidak tahan lama. Untuk itu proses pengepakan ini harus mempunyai ketelitian yang tinggi karena ini merupakan proses terakhir untuk dipastikan produk ready stock.

c. Ready Stock

Proses ini adalah proses pada penggudangan menunggu untuk pengiriman. Pada proses ini setelah dilakukan semua proses dan dijamin sudah memenuhi standar dan kualitas mutu. Setelah dilakukan pengepakan dan dinyatakan bagus pallet akan dibawa ke bagian ready stock di dalam gudang sebelum jadwal pengiriman sesuai permintaan konsumen.

Untuk lebih jelas tentang urutan proses produksi pengolahan crumb rubber dapat dilihat pada Flow Process Chart pada Lampiran.


(33)

2.6. Kapasitas Produksi

Adapun produk yang dihasilkan oleh PT. Pantja Surya adalah crumb rubber dengan jenis SIR 20. Ukuran produk yang diproduksi adalah seberat 35 Kg/Bandela. Kapasitas produksi yang digunakan merupakan kapasitas optimal yang mampu diproduksi pabrik termasuk penambahan shift kerja dan waktu kerja lembur, maka kapasitas produksi PT. Pantja Surya adalah : 36.000 ton/tahun.

2.7. Organisasi, Manajemen dan Tenaga Kerja 2.7.1. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi merupakan sistem yang mengatur masalah penetapan dan pembagian pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan serta menetapkan hubungan antara unsur-unsur organisasi sehingga diperoleh suatu bentuk kerjasama yang efektif untuk mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan.

Kalau diperhatikan berbagai organisasi yang ada, sering dijumpai bahwa dalam bagan-bagan organisasi tersebut hanyalah merupakan diferensiasi dari tugas-tugas individual masing-masing bagian ataupun sub-bagian.

Tugas individual ini dalam pelaksanaannya selalu dihubungkan dengan sistem dan prosedur yang berlaku dalam organisasi yang bersangkutan. Dengan demikian organisasi bukan hanya sekedar kerangka pembagian tugas melainkan seluruh perangkat beserta fungsi-fungsinya yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya..


(34)

Organisasi juga menunjukkan koordinasi dari pada tugas dan fungsi dalam pencapaian tujuan. Setiap organisasi mempunyai suatu pola dasar struktur organisasi, yang relatif permanen sifatnya, tetapi kadang kal;a mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan yang dialami oleh organisasi tersebut, seperti pengganti pimpinan, perubahan tujuan organisasi dan lain-lain. Dari suidut pandang ini organisasi dapat dianggap sebagai suatu wadah di mana kegiatan manajemen dijalankan. Sebagai suatu proses, organisasi akan menimbulkan dua macam hubungan yaitu hubungan formal dan hubungan informal.

1) Hubungan formal terlihat dari tata hubungan yang berupa suatu susunan tata kerja lengkap dengan tugas dan kewajiban organisasi.

2) Hubungan informal terlihat pada tingkah laku dan tindakan masing-masing individu yang terlibat dalam organisasi tersebut. Hubungan ini menyangkut hubungan pribadi, hubungan atasan dengan bawahan dan hubungan lainnya. Berhasilnya organisasi kedua hubungan ini harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, bahkan harus diberikan perhatian yang sama besarnya.

Dalam teori organisasi masih berlaku pendapat bahwa semakin berhasil kelompok pemimpin membina suatu organisasi, semakin menonjol pula hubungan yang sifatnya informal, meskipun hubungan-hubungan yang bersifat formal tidak boleh dihilangkan sama sekali.

Organisasi adalah kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam satu usaha yang berpedoman pada kesepakatan dan tekat yang bulat untuk melandasi setiap usaha kerjasama.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa unsure-unsur dasar organisasi adalah adanya dua orang atau lebih, adanya maksud kerjasama, adanya


(35)

pengatuaran hubungan dan adanya tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian dapatlah dirumuskan definisi yang umum ini, “Organisasi” adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal dalam rangkaian suatu tekat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari definisi di atas didapat tiga unsur yang dirasa perlu diperhatikan yaitu : 1. Organisasi bukan tujuan, tetapi hanya merupakan alat untuk mencapai suatu

tujuan dalam melakukan tugas pokok. Oleh karena itu susunan organisasi harus selalu disesuaikan dengan perkembangan tujuan dan perkembangan tugas-tugas pokok.

2. Organisasi merupakan wadah serta proses kerjasama sejumlah manusia yang terikat dalam hubungan formal.

3. Dalam organisasi selalu ada hirarki, artinya dalam suatu organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan bawahan dalam mencapai suatu tujuan yang dimaksud. Dengan adanya wewenang dari atasan terhadap suatu perintah yang harus ditaati oleh bawahan dalam menjalankan suatu misi/tugas demi tercapainya suatu tujuan yang semaksimal mungkin.

Pada pembahasan ini penulis membahas organisasi yang dimaksud di sini adalah organisasi intern (internal organisasi) yang berarti pengelompokan kegiatan dalam fungsi tertentu di mana fungsi tersebut dibedakan dalam tugas kepada masing-masing departemen tertentu di perusahaan PT. Pantja Surya. Sistim jalannya lalulintas hubungan kerja di segala kegiatan departemen dapat menjadi jelas. Dengan demikian pekerjaan dapat lancar serta tujuan perusahaan dapat dicapai secara efisien dan efektif.


(36)

Adanya struktur organisasi ini merupakan pencerminan lalu lintas wewenang dan tanggung jawab di dalam segala proses persoalan secara vertical dan dapat mencerminkan hubungan (relationship) antar bagian secara horizontal.

Ada beberapa macam struktur organisasi yang umum dijumpai antara lain : - Struktur Organisasi Garis.

- Struktur Organisasi Fungsional.

- Struktur Organisasi Panitia dan Komite. - Struktur Organisasi Staf.

Dari keempat macam struktur organisasi di atas hanya satu struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan PT. Pantja Surya Perdagangan, yaitu berbentuk struktur organisasi garis dimana pembagian tugas dilakukan dalam bidang atau area pekerjaan yang ada. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Organisasi garis berarti setiap bawahan/karyawan hanya mengenal satu atasan. Bawahan tersebut hanya menerima tugas, tanggung jawab, wewenang serta haknya dari atasannya yang seorang itu.

2.7.2. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab

Pengertian dari manajeman adalah : orang-orang yang mengatur jalannya suatu roda pemerintahan organisasi demi terciptanya tujuan yang dimaksud sermaksimal mungkin.

Untuk menjalankan organisasi di PT. Pantja Surya Perdagangan ini perlu adanya tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan.

Manajemen suatu organisasi dibutuhkan orang-orang yang memegang jabatan tertentu dalam organisasi, dimana masing-masing melaksanakan tugas,


(37)

wewenang dan tanggung jawab untuk masing-masing bagian sesuai dengan struktur organisasi perusahaan.

Direktur Utama Kabag Bahan Baku Manajer Pembelian Kabag Penimbangan Kabag Administrasi Kabag Teknik Kepala Gudang Kabag Produksi Kabag Quality Control

Kontrol Produksi & Laboratorium

Safety & Security PowerHouse

Elektrik

Workshop & Maaintenance Raw material SIR 20 material Shift I Shift II Shift III

Kabag Adm & Keuangan

Kabag HRD

Humas

Administrasi & EDP Kasir Manajer

Kantor Manajer

Pabrik


(38)

Adapun tugas dan wewenang dari seluruh staf yang ada dalam PT. Pantja Surya adalah sebagai berikut:

1. Direktur Utama (Directur) Tugas dan wewenang antara lain :

a. Memimpin rapat manajemen dan rapat kerja b. Meninjau kontrak pelanggan.

c. Menilai dan mengevaluasi lapangan kerja, produksi, administrasi, teknik dan personalia.

d. Menandatangani seluruh surat keluar.

e. Memberi deposisi pada seluruh surat masuk, baik internal maupun eksternal.

f. Menjamin bahwa persyaratan manajemen lingkungan ditetapkan dan diterapkan sesuai dengan persyaratan sistem manajemen lingkungan ISO 14000.

g. Menentukan tujuan dan sasaran berdasarkan kebijaksanaan lingkungan dan mengkomunikasikan ke seluruh fungsi/bagian.

2. Manajer Pembelian (Purchase)

Bertanggung jawab kepada Direktur (Directur). Tugas dan wewenang antara lain:

a. Menandatangani bon pembelian bahan baku, bahan penolong dan bahan tambahan.


(39)

c. Menandatangani dan membuat laporan khusus pembelian bahan baku untuk proses produksi.

3. Kepala bagian Penyediaan Bahan Baku (Dry Rubber Content) Bertanggung jawab kepada manajer pembelian (Purchase). Tugas dan wewenang antara lain :

a. Membantu membuat rencana jangka panjang (anggaran belanja) dan jangka pendek produksi.

b. Menyelenggarakan administrasi laporan pekerjaan dan harga pokok Dry Rubber.

c. Mengendalikan semua aktivitas termasuk penggunaan semua bahan processing.

d. Mengevaluasi aspek penting lingkungan dan produksi.

e. Membantu manajer dalam mengevaluasi dan menganalisa hasil pekerjaan di bidang proses produksi Dry Rubber.

f. Menjamin pelaksanaan komunikasi prosedur dan instruksi kerja sampai kepada bawahannya.

4. Kepala bagian Penimbangan (Weighing)

Bertanggung jawab kepada manajer pembelian (Purchase). Tugas dan wewenang antara lain:

a. menghitung berat bahan Dry Rubber yang akan diproduksi. b. Menandatangani Surat Pengantar Barang (SPB).


(40)

d. Menandatangani lembar asistensi barang.

e. Menandatangani rekapitulasi hasil kerja (PB-10). f. Menandatangani dan membuat laporan khusus.

5. Manajer Pabrik (Factory)

Bertanggung jawab kepada Direktur Utama (Directur) Tugas dan wewenang antara lain:

a. Menentukan tujuan dan kebijaksanaan yang akan menjadi pedoman melakukan pekerjaan.

b. Melimpahkan wewenang dan tanggung jawab kepada masing-masing departemen.

c. Menetapkan jabatan Kabag .

d. Membentuk panitia-panitia dalam mengendalikan setiap masing-masing kegiatan departemen.

e. Mengadakan sistem, prosedur, metode dan pereintah.

f. Mengadakan pertemuan di depan forum dalam meeting dengan staf-staf yang terkait antar departemen dalam membahas dan mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam aktifitas proses produksi.

6. Kepala bagian Pengendalian Mutu (Quality Control) Bertanggung jawab kepada manajer pabrik (Factory). Tugas dan wewenang antara lain :


(41)

b. Bekerjasama dengan Factory Head dan asisten processing dalam membuat rencana produksi.

c. Melakukan penelitian dan pengembangan untuk membuat produk baru. d. Mengendalikan dan mengawasi penggunaan bahan kimia, bahan baku dan

bahan pembantu serta meneliti hasilnya di Chemical Lab, dan Effluent Treatment.

7. Kontrol Produksi dan Laboratorium (Production Control)

Bertanggung jawab kepada Kepala bagian Pengendalian Mutu (Quality Control).

Tugas dan wewenang antara lain:

a. Membuat laporan kondisi dari tiap-tiap personil yang ada di Chemical Lab dan Effluent Treatment.

b. Mengendalikan dan mengawasi kebersihan di Chemical Lab, dan Effluent Treatment.

c. Mengendalikan dan mengawasi perlengkapan dan keamanan kerja di Chemical Lab dan Effluent Treatmendt.

d. Menjamin kebersihan lingkungan di area kerja.

e. Mengendalikan dan mengawasi penggunaan peralatan K3

8. Kepala bagian Produksi (Production)

Bertanggung jawab kepada manajer pabrik (Factory). Tugas dan wewenang antara lain:


(42)

a. Menjamin bahwa kebijakan mutu produksi dapat dimengerti, dipelihara dan diterapkan pada semua personil bagian produksi.

b. Menjamin bahwa kegiatan yang dilakukan pada bagian produksi sesuai prosedur, instruksi kerja dan hasilnya dicatat dan di dokumentasikan. c. Meninjau dan memeriksa rencana hasil-hasil kegiatan produksi yang ada. d. Membuat laporan bulanan pemakaian sumber daya alam (air, minyak,

solar dan listrik) untuk produksi.

9. Kepala bagian Gudang (Ware House)

Bertanggung jawab kepada manejer pabrik (Factory). Tugas dan wewenang antara lain:

a. Meninjau dan memeriksa rencana dan hasil kegiatan Maintenance seperti: - Jadwal Preventive maintance

- Jadwal Mayor Maintenance

- Lembar Preventive Mayor Maaintenace - Laporan Maintenance

b. Bertaanggung jawab terhadap penggunaan spare part dan mencatatnnya dalam kartu penggunaan onderdil untuk mesin produksi.

c. Meninjau dan memeriksa prosedur Preventive Maintenance, Emergency Maintenance dan kalibrasi peralatan.

10.Kepala bagian Teknik (Technical)

Bertanggung jawab kepada manejer pabrik (Factory). Tugas dan wewenang antara lain :


(43)

a. Memelihara semua dokumen yang ada di bagian proses produksi, seperti catatan mutu, spesifikasi teknik, instruksi kerja dan prosedur kerja.

b. Mengawasi bagian pengolahan : - Bagian komponen peralatan - Bagian processing line - Water treatment

c. Melakukan tindakan koreksi dan preventif terhadap ketidaksesuian temuan audit pada Audit Mutu Internal.

d. Membuat permintaan kebutuhan peralatan K3

11.Manajer Kantor (Office)

Bertanggunga jawab kepada Direktur Produksi (Directur). Tugas dan wewenang antara lain :

a. Mengurus penerimaan, penempatan dan pemindahan karyawan termasuk pemindahan dan pemulangan tenaga kerja antar daerah (AKAD).

b. Mengevaluasi laporan harian dan laporan bulanan. c. Mambuat pemarataan kebutuhan peralatan K3.

d. Mengurus perizinan yang diperlukan dari instalasi terkait Depnaker dan Dinas Tenaga Kerja.

12.Kepala bagian Personalia (Human Resources Development) Bertanggung jawab kepada manajer Kantor (Office).

Tugas dan wewenang antara lain :


(44)

b. Menginventaris dan mengawasi pengaturan cuti karyawan sesuai dengan waktunya.

c. Mengawasi pelaksanaan PHK agar sesuai dengan prosedur dan peraturan yang berlaku.

d. Menguurus asuransi karyawan.

e. Membuat laporan manajeman bidang tenaga kerja.

13.Kepala bagian Administrasi dan Keuangan (Administration and Financial)

Bertanggung jawab kepada manejer Kantor (Office). Tugas dan wewenang antara lain :

a. Membuat cacatan administrasi peralatan dan proses produksi. b. Membuat permintaan kebutuhan peralatan K3.

c. Memelihara semua dokumen proses produksi yang ada.

d. Menandatangani check sheet dan form – form yang sesuai dengan prosedur yang ada.

14. Administrasi (Administration)

Bertanggung jawab terhadap Kepala bagian Administrasi dan Keuangan (Administration and Financial).

Tugas dan wewenang antara lain :

a. Memelihara semua dokumen yang ada dibagian proses produksi, seperti catatan mutu, spesifikasi teknik, instruksi kerja dan prosedur.


(45)

c. Mengindenntifikasi kebutuhan training untuk supervisor. d. Mamariksa dan menyerahkan daftar lembur.

15. Kasir (Cashier)

Bertanggung jawab kepada Kepala bagian Admistrasi dan Keuangan (Administration and Financial).

Tugas dan wewenang antara lain :

a. Mencatat semua pembelian barang untuk proses produksi. b. Memeriksa buku kasir.

c. Menjalankan tugas yang direncanakan oleh bagian Administration & Financial.

2.8. Jumlah Tenaga kerja dan Jam Kerja 2.8.1. Jumlah Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan untuk menjalankan dan mengendalikan kegiatan guna pencapaian tujuan perusahaan. Tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan dapat diperoleh melalui proses rekrutmen (fungsi penarikan tenaga kerja).

Kegiatan utama fungsi penarikan tenaga kerja adalah penyusunan program penerimaan tenaga kerja, seleksi dan penempatan. Dengan adanya program rekrutmen ini diharapkan dapat memperoleh tenaga kerja yang dibutuhkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Kegiatan penerimaan dan penempatan tenaga kerja pada PT. Pantja Surya diatur sendiri oleh pihak perusahaan dengan terlebih dahulu melihat situasi kegiatan yang ada apakah perusahaan memerlukan


(46)

karyawan atau tidak. Hal ini perlu diperhitungkan mengingat prinsip efektifitas dan efisiensi yang diterapkan perusahaan.

Tenaga kerja lokal adalah tenaga kerja Indonesia yang ditempatkan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan dan skill masing-masing tenaga kerja, seperti Manajer, Mandor, Analis, Assistant dan Karyawan (baik lapangan maupun kantor).

Jumlah tenaga kerja pada PT. Pantja Surya sampai saat ini berjumlah 115 orang. Tenaga kerja dikelompokkan berdasarkan tenaga harian dan bulanan (tetap) serta tenaga kerja kelompok staf dan pegawai. Perincian tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan 2.3 berikut.

Tabel 2.2. Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Tenaga Harian dan Bulanan

No. Bagian Harian (Orang) Bulanan (Orang)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Direktur Kepala Departemen/Wakil Departemen Kantor Hrd/adm keu/umum Departemen Pembelian Kadar/krani timbang/timbor Departemen Pabrik Qc/Lab?Kontrol Produksi Prod sifht A/Ka. Prod Prod Shift B

Prod Shift C Prod Milling I Prod Milling II Serba – serbi Teknik Gudang Satpam - - - - - 5 - 3 6 7 7 7 7 2 6 4 4 1 3 - 11 - 8 - 10 2 1 1 1 1 1 11 5 1

Total 58 57


(47)

Tabel 2.3. Jumlah Tenaga Kerja Kelompok Tenaga Staf dan Pegawai No. Tenaga Kerja Jumlah

(Orang) 1.

2.

Staf Pegawai

29 28 Total 57

Sumber : Kantor HRD PT. Pantja Surya

2.8.2. Jam Kerja

Salah satu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk memelihara ketertiban dan disiplin kerja adalah mengeluarkan tata tertib/peraturan kerja yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan perusahaan, termasuk dalam penetapan jam kerja. Ketentuan jam kerja di PT. Pantja Surya, diatur menurut aturan Shift. Jumlah jam kerja adalah 40 jam 1 minggu, dimana hari kerja dalam 1 minggu adalah 6 hari kecuali hari libur dan hari besar.

Jadwal kerja dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Non shift, ini berlaku untuk karyawan bagian umum dan administrasi. Dimana jam kerja :

Senin-Jum’at, pukul 08.00 – 16.00 (istirahat pukul 12.00 – 13.00) Sabtu, pukul 08.00 – 13.00

2. Shift, ini berlaku untuk bagian produksi. Ini dibagi dalam 3 shift produksi crumb dan 2 shift untuk produksi milling yakni :

- Shift I : pukul 07.00 – 15.00 - Shift II : pukul 15.00 – 23.00 - Shift III : pukul 23.00 – 07.00


(48)

Dimana setiap shift dihitung 8 jam kerja normal, 1 jam lembur dan ½ jam istirahat. Pengaturan pembagian kelompok dan giliran shift ditetapkan oleh kepala bagian masing-masing. Pertukaran shift diadakan 1 minggu 1 kali. Untuk istirahat diatur secara bergiliran oleh mandor dari masing-masing shift. Hal ini dilakukan karena proses produksi berjalan terus, apabila keadaan mendesak dan memerlukan jam kerja yang melebihi jam kerja normal maka perusahaan mengadakan waktu kerja lembur. Ini dilakukan bila terjadi order yang belum dipenuhi dan memenuhi target produksi, perusahaan akan memberikan upah lembur kepada karyawan yang bekerja lembur tersebut.

2.9. Sistem Pengupahan

PT. Pantja Surya memberikan kompensasi dan jaminan sosial kepada semua pekerja yang berdasarkan status karyawan dalam perusahaan yaitu :

a. Monthly Paid, merupakan tenaga kerja yang diangkat menjadi karyawan tetap

melalui prosedur pengangkatan dan menerima gaji bulanan.

b. Daily Paid, merupakan tenaga kerja yang dipekerjakan dan dibayar secara

harian tanpa melalui prosedur pengangkatan sebagai karyawan tetap. Upah diberikan sesuai dengan hasil kerjanya dan dibayar setiap 2 (dua) minggu.

Selain imbalan resmi, perusahaan juga memberikan fasilitas lain berupa kompensasi tambahan yang diperoleh setiap karyawan. Fasilitas tersebut berupa :

a. Perumahan, Karyawan yang diberi perumahan adalah karyawan khusus bekerja dibagian produksi, teknik / bengkel dan bagian lain yang dianggap layak.


(49)

b. Upah lembur, yaitu upah yang diberikan apabila karyawan bekerja melebihi jam kerja perusahaan yang telah ditentukan.

c. Insentif produksi, yaitu bonus kepada karyawan bila memenuhi target produksi yang ditetapkan perusahaan.

d. Tunjangan jabatan, merupakan pelengkap gaji pokok mengingat adanya pekerjaan yang memegang tanggung jawab serta tuntutan khusus. Tunjangan ini biasanya diberikan untuk jabatan tingkat manajer.

e. Tunjangan Hari Raya (THR).

f. Uang transport, hanya diberikan bagi karyawan tetap sebagai tambahan untuk melancarkan produktivitas karyawan. Besarnya uang transport disesuaikan dengan kedudukan karyawan dalam perusahaan.

Disamping imbalan yang diterima oleh karyawan seperti yang diuraikan diatas, perusahaan juga melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan karyawannya seperti :

1. Diikutsertakan dalam keanggotaan Astek. 2. Jaminan hari tua atau uang pensiun. 3. Jaminan Kecelakaan Kerja

Jaminan ini dilakukan dengan cara pemberian sumbangan yang diberikan oleh perusahaan. Jaminan kecelakaan kerja ini diberikan apabila tenaga kerja tersebut mengalami kecelakaan dalam tugasnya.

4. Beasiswa bagi anak karyawan yang berprestasi.

5. Apabila karyawan meninggal setelah berdinas selama 10 tahun, maka diberikan tunjangan janda dan yang yang berdinas dibawah 10 tahun diberikan tunjangan sebesar 2 bulan gaji dan tunjangan kemalangan dari Astek.


(50)

II-33

6. Karyawan yang telah berdinas selama 25 tahun diberikan gaji insentif sebesar 2 bulan gaji.

7. Cuti

Untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan selama bekerja, perusahaan memberikan cuti bagi karyawan. Lamanya cuti yang diberikan adalah 12 (dua belas) hari kerja setiap tahun. Karyawan diwajibkan mengambil cuti dan apabila tidak diambil setelah lewat tahunnya, maka cuti dianggap habis.


(51)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Konsep Produktivitas

Filosofi dari keberadaan produktivitas sudah ada sejak awal peradaban manusia di muka bumi ini. Pada tahun 1883, Littre mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan menghasilkan. Pengertian menurut Littre ini masih banyak dipakai hingga awal Abad XX, sampai kemudian muncul pengertian yang lebih jelas, walaupun masih dalam pengertian umum.

Produktivitas dapat diartikan sebagai suatu tingkatan efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa secara efektif. L Greenberg mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Produktivitas juga diartikan sebagai:

a. Perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil

b. Perbedaan antara kumpulan jumlah pengeluaran dan masukan yang dinyatakan dalam satuan-satuan (unit) umum.

Beberapa pengertian tentang produktivitas telah dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya:

a. Paul Mali (1978) menyatakan bahwa: Produktivitas adalah ukuran seberapa hemat sumber daya dipergunakan bersama dalam organisasi untuk memperoleh sekumpulan hasil.

b. David J. Sumanth (1984) menyatakan bahwa: Total Produktivitas adalah perbandingan output tangible dengan input tangible. Summanth menekankan


(52)

Dalam doktrin Oslo, 1984, tercantum defenisi umum produktivitas semesta, yaitu:"Produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal, yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan menggunakan sumber-sumber yang semakin sedikit."

Produktivitas secara umum (produktivitas semesta atau total) adalah suatu pendekatan indisipliner untuk menentukan tujuan yang efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktif untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya kualitas yang tinggi. Produktivitas mengikutsertakan pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan. barang modal, teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumber-sumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup untuk seluruh masyarakat.

Kata produktivitas seringkali dihubungkan dengan asumsi yang salah. Ini dapat ditarik kembali ke dalam perspektif dengan memikirkan kembali apa yang tidak tepat:

a. Produktivitas bukan sebuah cara untuk mengurangi inflasi b. Produktivitas bukan sebuah pengukuran dari jumlah produksi

c. Produktivitas bukan sebuah pengukuran untuk menghitung keuntungan

d. Produktivitas bukan sebuah teknik untuk membuat pekerja bekerja lebih keras. Produktivitas pada dasarnya akan berkaitan erat pengertiannya dengan sistem produksi, yang mana sistem produksi merupakan sistem dimana faktor-faktor semacam tenaga kerja (direct atau indirect labour), modal atau kapital


(53)

berupa mesin, bahan baku, peralatan kerja, bangunan pabrik, dan lain-lain dikelola dalam suatu cara yang terorganisir untuk mewujudkan output berupa barang dan jasa secara efektif dan efisien.

Pengertian produktivitas berbeda dengan produksi. Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan hasil atau keluaran, sedangkan produktivitas mengandung pengertian hasil atau keluaran dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produktivitas tidak selalu disertai dengan peningkatan produksi, bisa jadi produksinya meningkat namun tingkat produktivitas menurun. Sedangkan proses produksi dinyatakan sebagai serangkaian aktivitas yang diperlukan untuk mengolah ataupun merubah sekumpulan masukan (input) menjadi sejumlah keluaran (output) yang memiliki nilai tambah (added value). Pengolahan ataupun perubahan yang terjadi disini bisa secara fisik maupun non fisik, dimana perubahan tersebut bisa terjadi terhadap bentuk, dimensi maupun sifat-sifatnya. Mengenai nilai tambah disini adalah nilai dari keluaran yang "bertambah" dalam pengertian nilai fungsional (kegunaan) atau nilai ekonomisnya.

Paul Mali (1978), juga menambahkan pernyataannya bahwa: Produktivitas berhubungan dengan efisiensi dan keefektivan adalah berkaitan dengan unjuk kerja dalam upaya mencapai tujuan, dengan demikian produktivitas dapat dicapai dengan hasil yang besar dan dibarengi dengan penggunaan sumber yang sekecil mungkin.

Dengan kata lain, didalam produktivitas terdapat adanya kombinasi antara efisiensi dan efektivitas dalam suatu kegiatan produksi. Adapun hubungan antara produktivitas, efisiensi, keefektivan, dan mutu dijelaskan dalam Gambar 3.1.


(54)

Sumber: Paul Mali (1978)

Input Produksi Proses

Hasil Sampingan

Hasil Utama

Mutu dan

Efisiensi Mutu

Mutu dan Keefektivan

Produktivitas

Gambar 3.1. Hubungan antara Produktivitas, Efisiensi, Keefektifan, dan Mutu

Berdasarkan defenisi-defenisi di atas maka Dewan Produktivitas Nasional menyatakan bahwa:

"Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan untuk itu". Dari defenisi Dewan Produktivitas Nasional tersebut dapat diartikan bahwa peningkatan produktivitas tidak selalu dihasilkan oleh peningkatan jumlah produksi, karena walaupun jumlah produksi meningkat belum tentu akan menghasilkan produktivitas yang tinggi pula. Oleh karena itu peningkatan produktivitas hanya terjadi bila:

a. Jumlah produksi yang sama, atau meningkat jika dibarengi dengan penurunan penggunaan sumber daya.

b. Jumlah produksi jauh lebih besar, diperoleh dengan pertambahan sumber daya yang relatif lebih kecil.


(55)

Hubungan antara produktivitas, keuntungan, dan harga dapat dinyatakan dalam Gambar 3.2.

Perubahan Jumlah Produk Perubahan Pendapatan Perubahan Harga Produk Perubahan Produktivitas Perubahan Keuntungan Perubahan Konstribusi Harga Perubahan Jumlah Sumber Daya Perubahan Biaya Perubahan Harga Sumber Daya Sumber: James L. Riggs (1983)

Gambar 3.2. Hubungan Harga, Jumlah Sumber Daya, dan Produktivitas untuk Keuntungan

Menurut Gaspersz (2000), apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi output maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi input dan sisi output. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang atau jasa). Produktivitas tidak sama dengan produksi tetapi produksi, performansi kualitas, hasil-hasil, merupakan komponen dari usaha produktivitas. Dengan demikian produktivitas merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut: Produktivitas = an dipergunak yang Input dihasilkan yang Output


(56)

= daya sumber sumber Penggunaan tujuan Pencapaian  = daya sumber sumber penggunaan Efisiensi tugas n pelaksanaa s Efektivita  = Efisiensi s Efektivita

Produktivitas menggambarkan perbandingan atau rasio antara keluaran dan masukan. Produktivitas = ) ( ) ( Input Masukan Output Keluaran

Jelas bahwa produktivitas dikatakan meningkat, apabila:

a. Volume atau kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa menambah jumlah. b. Volume atau kuantitas keluaran bertambah besar, sedangkan masukannya

berkurang.

c. Volume atau kuantitas keluaran tidak bertambah, akan tetapi masukannya berkurang.

d. Volume atau kuantitas masukan bertambah, asalkan volume atau kuantitas bertambah berlipat ganda.

Berdasarkan defenisi produktivitas di atas, sistem produktivitas dalam industri dapat dijelaskan dengan Gambar 3.3.


(57)

Input Proses Output Produktivitas Tenaga Kerja Modal Material Energi Tanah Informasi Manajerial Proses Transfor masi Nilai Tambah Produk (Barang dan atau Jasa) Produktivitas Sistem Produksi (Output atau Input) Lingkungan

Umpan Balik Untuk Pengendalian Sistem Produksi Agar Meningkatkan Produktivitas Terus-Menerus

Sumber: Vincent Gaspersz (2000)

Gambar 3.3. Skema Produktivitas

Orientasi produktivitas adalah membandingkan hasil yang dicapai dan sumber daya yang dipakai.

Produktivitas = digunakan yang daya Sumber dicapai yang Hasil


(58)

3.2. Unsur-Unsur Produktivitas

Summanth (1984) mengemukakan bahwa unsur-unsur produktivitas terdiri dari tiga unsur pokok, yaitu:

a. Efektivitas

Menggambarkan seberapa jauh target yang ditetapkan dapat dicapai, baik dalam bentuk jumlah maupun waktu. Semakin besar persentase target makin tinggi pula tingkat keefektivannya. Konsep efektif berorientasi pada keluaran dan bukan pada masukan

b. Efisiensi

Produktivitas sebagai rasio keluaran atau masukan merupakan ukuran efisiensi pemakaian sumber daya (masukan). Efisiensi merupakan perbandingan antara pemakaian sumber daya (masukan) terencana dengan pemakaian masukan yang sebenarnya, jadi pengertian efisiensi berorientasi pada masukan.

c. Kualitas atau Mutu

Produktivitas adalah merupakan ukuran mutu, sebab mutu masukan yang dibarengi dengan mutu proses akan mengakibatkan mutu keluaran, dan keluaran yang bermutu akan meningkatkan rasio input atau output, berarti dapat meningkatkan daya saing dan produktivitas. Menurut YL Shetty dan Vernon (1988), “kualitas harus dilihat dari kaca mata konsumen dan produksi perusahaan pesaing.” Kualitas merupakan akibat atau ciri-ciri spesifikasi barang atau jasa yang sesuai dengan permintaan konsumen.

Sedangkan menurut Crosby (1979) kualitas adalah pemenuhan ciri-ciri khusus (conformence to specification), sesuai dengan permintaan konsumen.


(59)

Menurut Juran (1979) kualitas adalah kesesuaian untuk dipakai (fitness for use).

Secara umum, kualitas didefinisikan sebagai seberapa jauh dipenuhinya berbagai persyaratan, spesifikasi, dan harapan konsumen.

3.3. Manfaat Produktivitas

Suatu organisasi perusahaan perlu mengetahui pada tingkat mana produktivitas perusahaan tersebut beroperasi agat dapat membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan manajemen, mengukur tingkat perbaikan produktivitas dari waktu ke waktu, dan membandingkan dengan produktivitas industri sejenis yang menghasilkan produk serupa. Hal ini menjadi penting agar perusahaan itu dapat meningkatkan daya saing dari produk yang dihasilkannya di pasar global yang amat kompetitif.

Menurut Gaspersz (2000) terdapat beberapa manfaat pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan, antara lain:

a. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber daya itu

b. Perencanaan sumber daya akan menjadi lebih efektif dan efisien melalui pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang

c. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut produktivitas


(60)

d. Perencanaan target tingkat produktivitas dimasa mendatang dapat dimodifikasi kembali berdasarkan informasi pengukuran tingkat produktivitas sekarang e. Strategi untuk meningkatkan produktivitas perusahaan ditetapkan berdasarkan

tingkat kesenjangan produktivitas (productivity gap) yang ada diantara tingkat produktivitas yang direncanakan (produktivitas ekspektasi) dan tingkat produktivitas yang diukur (produktivitas aktual). Dalam hal ini pengukuran produktivitas akan memberikan informasi dalam mengidentifikasi masalah-masalah atau perubahan-perubahan yang terjadi sehingga tindakan korektif dapat diambil.

f. Nilai-nilai produktivitas yang dihasilkan dari suatu pengukuran dapat menjadi informasi yang berguna untuk merencanakan tingkat keuntungan dari perusahaan itu.

g. Pengukuran produktivitas akan menciptakan tindakan-tindakan kompetitif berupa upaya-upaya peningkatan produktivitas yang terus-menerus (continuous productivity improvement)

h. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas diantara organisasi perusahaan pada industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas industri pada skala nasional maupun internasional

i. Pengukuran produktivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan meningkatkan kepuasan kerja


(61)

j. Pengukuran produktivitas secara terus-menerus akan memberikan informasi yang bermanfaat untuk menentukan dan mengevaluasi kecenderungan perkembangan produktivitas perusahaan dari waktu ke waktu.

3.4. Ruang Lingkup Produktivitas

Ada empat ruang lingkup produktivitas, yaitu: a. Ruang lingkup internasional

Dalam hal ini diperhitungkan faktor-faktor secara sederhana seperti: tenaga kerja, modal, manajemen, bahan baku, dan sumber lainnya sebagai kekuatan yang mempengaruhi barang-barang ekonomi dan jasa

b. Ruang lingkup industri

Disini faktor-faktor yang mempengaruhi dan berhubungan dikelompokkan dalam kelompok industri yang sama, misalnya penerbangan, minyak, besi baja, pendidikan, kesehatan, transportasi, dan sebagainya

c. Ruang lingkup perusahaan dan organisasi

Dalam sebuah perusahaan atau organisasi, hubungan antara faktor lebih memungkinkan untuk diukur, dan dapat dibandingkan dengan perusahaan lain. d. Ruang lingkup pekerja individu

Produktivitas pekerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja serta peralatan yang digunakan, proses dan perlengkapan. Dalam hal ini akan timbul faktor baru yang tidak dapat diukur yaitu faktor motivasi. Motivasi sangat dipengaruhi oleh kelompok dimana individu termasuk didalamnya.


(62)

3.5. Macam-Macam Produktivitas

Produktivitas secara sederhana dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Produktivitas Total

Produktivitas ini menunjukkan produktivitas dari semua faktor yang digunakan untuk menghasilkan keluaran. Formulasinya adalah sebagai berikut:

Produktivitas total =

masukan Total

keluaran Total

b. Produktivitas Multifaktor

Produktivitas ini menunjukkan produktivitas dari beberapa faktor yang digunakan untuk menghasilkan keluaran, antara lain modal dan tenaga kerja. Formulasinya adalah sebagai berikut:

Produktivitas multifaktor =

masukan Beberapa

Keluaran

c. Produktivitas Parsial

Produktivitas ini menunjukkan produktivitas dari faktor-faktor tertentu yang digunakan untuk menghasilkan output. Formulasinya adalah sebagai berikut:

Produktivitas parsial =

tertentu Input

diperoleh Output

3.6. Pengukuran Produktivitas

Pengukuran tingkat produktivitas pada suatu perusahaan dimaksudkan agar suatu organisasi atau perusahaan mengetahui sejauh mana tingkat


(63)

perkembangan produktivitas tersebut. Pendekatan dalam membandingkan tingkat hasil pengukuran produktivitas dapat dibedakan dengan berbagai cara:

a. Membandingkan antara hasil kerja suatu unit organisasi dengan unit organisasi lain.

b. Membandingkan antara unit yang sebenarnya dengan target yang ditetapkan. c. Membandingkan hasil kerja periode yang diukur dengan hasil kerja periode

dasar.

3.6.1. Syarat-Syarat Pengukuran Produktivitas

Hasil pengukuran nantinya akan dipakai sebagai acuan dalam meningkatkan produktivitas sehingga setiap orang yang terlibat dalam melakukan pengukuran produktivitas tidak bisa sembarangan dalam mendesain model yang akan digunakan nantinya. Kesalahan hasil pengukuran akan mengakibatkan kesalahan pada tahap-tahap selanjutnya, yaitu pada tahap evaluasi, perencanaan, dan peningkatan produktivitas.

Syarat utama yang harus diikuti oleh setiap organisasi atau perusahaan dalam melakukan pengukuran produktivitas yang benar, yaitu:

a. Keabsahan (Validitas)

Ukuran yang absah dalam produktivitas adalah ukuran yang dapat menggambarkan perubahan tingkat produktivitas yang sebenarnya secara tepat. Keabsahan ini dapat dideteksi dari faktor masukan dan juga keluaran yang diikutsertakan dalam pengukuran.

b. Dapat dibandingkan (Comparability)

Syarat utama dalam pengukuran tingkat produktivitas adalah ketersediaan data dan data yang tersedia tersebut harus dapat dibandingkan. Perbandingan


(64)

dilakukan terhadap hasil pengukuran produktivitas di dalam periode yang berbeda. Dari hasil perbandingan dapat diketahui apakah penggunaan sumber lebih efisien atau apakah efektivitas pencapaian hasil lebih besar daripada periode-periode sebelumnya. Perlu diketahui bahwa perbandingan tingkat produktivitas dilakukan per periode pengukuran dan hanya berlaku di dalam organisasi atau perusahaan yang sama. Perbandingan tingkat produktivitas antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya belum tentu dapat dilakukan, karena masing-masing perusahaan tersebut mempunyai karakteristik sendiri-sendiri yang tidak dapat disamakan.

c. Kelengkapan (Completeness)

Keikutsertaan seluruh faktor yang berpengaruh, baik dari segi masukan maupun keluaran akan memberikan ketelitian yang tinggi pada hasil pengukuran produktivitas. Karena itu, kelengkapan merupakan karakteristik yang penting dalam perancangan pengukuran produktivitas.

d. Ketermasukan (Inclusiveness)

Pengukuran tingkat produktivitas menyatukan banyak kegiatan dalam fungsi-fungsi organisasi perusahaan. Kalau selama ini pengukuran hanya dilakukan pada pembuatan produk atau unsur-unsur didalam kegiatan pembuatan produk maka demi peningkatan efektivitas hasil dan efisiensi penggunaan sumber, perlu dilakukan perluasan aspek-aspek yang diukur, misalnya terhadap kualitas, fasilitas, dan peralatan. Lebih jauh lagi, pengukuran tingkat tingkat produktivitas haruslah dikembangkan pada kegiatan-kegiatan non pembuatan produk termasuk pembelian, pelayanan terhadap konsumen, penjualan,


(65)

personalia, keuangan, pengendalian persediaan, pengolahan data, dan lain-lain.

e. Efektivitas Ongkos (Cost Effectivity)

Pengukuran tingkat produktivitas dilakukan untuk tujuan peningkatan hasil kerja organisasi atau perusahaan melalui kesadaran manajerial dan perbaikan pengendalian. Sebaliknya, disamping manfaat yang diperoleh, usaha pengukuran tingkat produktivitas juga memerlukan ongkos diluar ongkos produksi. Agar ongkos yang dikeluarkan untuk kegiatan pengukuran produktivitas juga mengurangi nilai manfaat yang dihasilkan, perlu kiranya dilakukan analisa rugi dalam fungsi pengukuran ini.

f. Tepat Waktu (Timeliness)

Hasil pengukuran produktivitas mengandung nilai informasi yang besar bagi pihak manajemen. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui keadaan perusahaan pada periode yang sedang berlangsung, sehingga apabila terdapat penyimpangan produktivitas dari rencana yang telah ditetapkan maka dalam waktu relatif singkat pihak manajemen dapat mengambil suatu keputusan. Agar informasi berfungsi tepat guna maka periode waktu pengukuran harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan.

3.6.2. Sebab-Sebab Turunnya Produktivitas

Sebab-sebab yang mengakibatkan menurunnya produktivitas itu bersifat umum dan berada dalam derajat yang berbeda-beda.


(66)

a. Penghamburan sumber-sumber yang digunakan karena ketidakmampuan dalam mengukur dan mengevaluasi tenaga kerja kantoran

b. Terjadinya penundaan dan keterlambatan dalam pengambilan keputusan karena ketidakjelasan wewenang dan ketidakefisienan dalam organisasi yang sangat besar.

c. Pemberian imbalan dan pembagian keuntungan tanpa diimbangi dengan peningkatan produktivitas sehingga menyebabkan inflasi meningkat

d. Terjadinya peningkatan biaya karena organisasi melakukan ekspansi sehingga pertumbuhan terhambat

e. Pengiriman terlambat karena terganggunya jadwal akibat kurangnya persediaan

f. Motivasi rendah karena penambahan tenaga kerja dengan latar belakang berkecukupan membawa sikap baru dalam perusahaan

g. Organisasi berjalan tidak efektif karena adanya pertentangan dan sulit untuk bekerja sama

h. Dibatasinya hak dan keinginan manajemen untuk meningkatkan produktivitas oleh aturan yang tidak sesuai lagi dengan kondisi perusahaan saat ini

i. Pekerjaan semakin terspesialisasi dan terbatasnya proses pekerjaan akibat munculnya ketidakpuasan dan kebosanan dalam bekerja

j. Kacaunya disiplin waktu karena adanya keinginan untuk mempunyai waktu luang yang lebih banyak

k. Kurangnya kesempatan dan penemuan baru akibat pesatnya perkembangan teknologi yang disertai dengan meningkatnya biaya


(67)

l. Pesatnya perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan mengakibatkan kemampuan pelaksana menjadi tidak terpakai dan senantiasa ketinggalan.

3.6.3. Teknik-Teknik Pengukuran Tingkat Produktivitas

Terdapat lima teknik pengukuran tingkat produktivitas yang dapat dilakukan untuk merancang dan mengevaluasi sistem dalam rangka menilai hasil atau tingkat produktivitas, yaitu:

a. Menggunakan Produktivitas Total Faktor

Prinsip produktivitas total faktor adalah rasio dari output dengan seluruh input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output tersebut. Konsep dari rasio ini lebih menunjukkan keadaan yang sebenarnya dalam proses kerja, sebab seluruh sumber difaktorkan dalam perhitungan

b. Menggunakan MBO (Managing By Objectives)

MBO sebagai suatu proses banyak memberikan berbagai macam manfaat, misalnya dalam hal perencanaan, mengkoordinasikan regu kerja, penilaian prestasi kerja. Proses MBO dapat membuat ukuran tentang "efffectiveness" (output) dan "efficiency" (input) dalam lingkup proses kerja yang terencana dari awal hingga akhir, secara tidak langsung menyatakan perencanaan dan pengendalian produktivitas.

c. Penggunaan Rasio Produktivitas Indikator

Pengukuran ini membandingkan dua variabel penting didalam besaran pembandingnya. Perbandingan dua variabel dapat terdiri atas variabel yang mempunyai parameter ganda seperti keluaran bersih atau nilai tambah, dengan beberapa masukan yang diperlukan, misalnya: jumlah pekerja, jam kerja,


(68)

peralatan, kapasitas yang digunakan, dan sebagainya. Sebagai patokan untuk melakukan evaluasi, rasio-rasio produktivitas selama beberapa periode yang sebelumnya telah dikonversikan dalam bentuk indeks produktivitas, inilah yang dijadikan titik acuan.

d. Penggunaan Daftar Periksa Indikator (Checklist Indicator)

Ukuran kuantitatif tidak selalu mudah untuk dapat diperoleh. Melalui pengalaman dan petunjuk-petunjuk informal, banyak praktisi yang mengembangkan indikator untuk mengidentifikasikan produktivitas sehingga diperoleh peningkatan produktivitas yang diinginkan. Daftar periksa indikator digunakan untuk mengukur produktivitas mewakili tindakan dari para senior atau praktisi yang berpengalaman terhadap pekerjaan yang dibutuhkan.

e. Penggunaan Audit

Auditing produktivitas adalah suatu proses monitor dan mengevaluasi kegiatan organisasi untuk melihat apakah fungsi, program atau organisasi itu sendiri telah menggunakan sumber-sumbernya secara efektif dan efisien dalam hal mencapai sasaran. Jika sasaran tersebut belum tercapai juga maka auditing produktivitas menganjurkan tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki kelemahan, kekurangan sistem, dan hasil yang buruk.

3.7. Metode Pengukuran Produktivitas

Secara lebih rinci untuk tingkat perusahaan atau industri ada beberapa model pengukuran yang telah dikembangkan oleh para ahli antara lain:

a. Model pengukuran produktivitas berdasarkan pendekatan rasio output/input


(1)

(2)

Lampiran 3. Nilai Deflator Untuk Komponen Output Dan Komponen Input

Periode 2006 Periode 2007 Deflator

Deskripsi

Kuantitas Harga Nilai Total Kuantitas Harga Nilai Total

Output

Crumb Rubber SIR 20 3.494.004 8.000 27.952.032.000 3.750.735 8.000 30.005.880.000 23,56 88.367.316,6 Total output 27.952.032.000 30.005.880.000 23,56 88.367,316,6

Input Material

Bahan baku 1.312.347 15.000 19.685.219.719 1.315.233 15.000 19728.495.000 13,23 17.400.532,59

Air - - -

Asam Cuka 74.950 1.172 87.842.527 70.815 1.317 93.273.119 3,16 223.775,4

Amoniak 12.368 655 8.113.001 10.640 806 8.582.053 1,42 15.108,8

HNS 28.275 4.966 140.414.056 26.385 5.229 137.989.330 5,33 140.632,05

Natrium Metabisulfit 22.277 164 3.653.588 13.410 256 3.436.761 2,13 28.563,3

Total 1.925.242.891 19.971.776.263 25,27 17.808.612,14

Input Tenaga Kerja

T.K. Produksi 115 6.439.563 740.549.808 115 6.971.361 801.706.606 20,23 2.326,45

Total 740.549.808 801.706.606 20,23 2.326,45

Input energi

Listrik PLN 1.905.291 2.030 3.867.741.675 1.932.896 2.300 4.445.661.800 2,32 4.484.618,72

Solar 414.224 1.575 652.403.004 372.008 1.587 590.377.725 11,43 4.252,05

Pelumas 705 8.703 6.136.320 734 8.714 6.397.440 8,74 6.415,16

Bensin 9.583 1.810 17.345.230 10.114 1.810 18.306.340 13,24 133.909,36

Total 4.543.626.229 5.060.743.305 35,73 4.628.895,29

Input Modal

Depresiasi 1.436.265.374 0,23 330.341.036 1.436.265.374 0.23 330.341.036 0,23 330.341.036 Pengembalian 7.781.522.697 0,31 2.412.272.036 8.178.093.187 0.31 2.535.208.888 0,31 2.535.208.888

Total 2.742.613.072 2.865.549.924 0,54 2.865.549,924

Total Input 27.952.032.000 28.699.776.098 81,77 2.887.989.757,88


(3)

Lampiran 5. Indeks Profitabilitas, Produktivitas dan Price Recovery

Current Rp

Periode I Periode II Indeks Indeks

Profitabilitas

Indeks Produktivitas

Indeks

Price Recovery

Output :

Total Rp. 27.952.032.000 Rp. 30.005.880.000 1,073

Input :

Material Rp. 19.925.242.981 Rp. 19.971.776.263 1,002 1,070 1,072 0,998 T. Kerja Rp. 740.549.808 Rp. 801.706.606 1,082 0,991 1,073 0,923 Energi Rp. 4.543.626.229 Rp. 5.060.743.305 1,113 0,964 1,096 0,879 Modal Rp. 2.742.613.072 Rp. 2.865.549.924 1,044 1,028 1,068 0,962


(4)

Lampiran 6. Nilai Kontribusi Produktivitas, Profitabilitas, dan Price Recovery

Biaya Nilai Kontribusi

Deskripsi

2006 2007 2007 Dideflesikan Ketahun dasar

Produktivitas Profitabilitas Price recovery

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) = (6) – (5)

Total Sales 27.952.032.000 30.005.880.000 88.367.316,6

Input Total

Bahan baku 19.685.219.719 19.728.495.000 17.400.532,59 44.832.153,8 1.403.147.260 1.358.315.106 Asam cuka 87.842.527 93.273.119 223.775,4 53.929,2 1.023.865 969.935,8

Amoniak 8.113.001 8.582.053 15.108,8 10.539,5 127.071 116.531,5 HNS 140.414.056 137.989.330 140.632,05 303.271,7 12.742.012 12.438.740,3 Natrium .M 3.653.588 3.436.761 28.563,3 -16.012,8 485.283 501.295,8

Sub. Total 19.925.242.891 19.971.776.263 17.808.612,14 45.182.881,5 1.417.525.493 1.369.342.612

Input. T. Kerja

T.K. Produksi 740.549.808 801.706.606 2.326,45 2.338.841,4 -6.742.981 -9.081.822,4

Sub. Total 740.549.808 801.706.606 2.326,45 2.338.841,4 -6.742.981 -9.81.822,4

Input Energi

Listrik PLN 3.867.741.675 4.445.661.800 4.484.318,72 7.743.126,9 -293.727.780 -301.470.906,9

Solar 652.403.004 590.377.725 4.252,05 2.058.249,2 109.962.280 8.904.030,8 Pelumas 6.136.320 6.397.440 6.415,16 12.984,1 199.200 186.215,9 Bensin 17.345.230 18.306.340 133.909,36 -79.074,2 313.375 392.449,2 Sub. Total 4.543.626.229 5.060.743.305 4.628.895,29 9.735.286 -183.262.362 173.527.076

Input Modal

Depresiasi 330.341.036 330.341.036 330.341.036 -329.296.698,6 24.272.663 353.569.361,6 Pengembalian 2.412.272.036 2.535.208.888 2.535.208.888 -2.527.582.751,6 54.311.088 2.581.893.840

Sub. Total 2.742.613.072 2.865.549.924 2.865.549.924 -2.856.879.450,3 78.583.752 2.935.463.202

Input Total 27.952.032.000 28.699.776.098 2.887.989.575,88 -2.799.622.441,2 1.913.707.916 4.713.330.357


(5)

U

n

iv

e

r

s

ita

s

Su

m

a

te

r

a

U

ta

r


(6)

INDEKS PRODUKTIVITAS

Constant Rp

Periode I Periode II Indeks

Output 3.494.004 x 8.000 3.750.735 x 8.000 1,073

27.952.032.000 30.005.880.000

Input Material 74.950 x 1.172 70.815 x 1.172 12.368 x 655 10.640 x 655

28.275 x 4.966 26.385 x 4.966 1,001 22.277 x 164 13.410 x 164

19.925.242.891 19.951.686.530

Input T. Kerja 115 x 6.439.563 115 x 6.971.361 1,082

740.549.808 801.706.606

Input Energi 1.905.291 x 2.030 1.932.896 x 2.030 414.224 x 1.575 372.008 x 1.575

705 x 8.703 734 x 8.703 0,997 9.583 x 1.810 10.114 x 1.810

4.543.626.229 4.534.385.822

Input Modal 1.436.265.374 x 0,23 1.436.265.374 x 0.23

7.781.522.697 x 0,31 8.178.093.187 x 0,31 1,044

2.742.613.072 2.865.59.924

Input Total 27.952.032.000 28.092.172.084 1,005

Produktivitas Material 1,402 1,503 1,072 Produktivitas T. Kerja 37,744 40,518 1,073 Produktivitas Energi 6,151 6,747 1,096 Produktivitas Modal 10,191 10,474 1,068

Produktivitas Total 1,000 1,068 1,068


Dokumen yang terkait

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC)DI PD.SURABRAJA FOOD INDUSTRY.

1 4 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA & DASAR TEORI PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC)DI PD.SURABRAJA FOOD INDUSTRY.

1 18 11

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN PENGUKURAN PRODUKTIVITAS DENGAN METODE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC)DI PD.SURABRAJA FOOD INDUSTRY.

2 20 5

TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN Analisis Produktivitas Menggunakan Metode The American Productivity Center (APC) (Studi Kasus di PT. Iskandar Tex, Surakarta).

7 28 15

PENDAHULUAN Analisis Produktivitas Menggunakan Metode The American Productivity Center (APC) (Studi Kasus di PT. Iskandar Tex, Surakarta).

0 11 5

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISIS PRODUKTIVITAS MENGGUNAKAN Analisis Produktivitas Menggunakan Metode The American Productivity Center (APC) (Studi Kasus di PT. Iskandar Tex, Surakarta).

1 3 11

ANALISA PRODUKTIVITAS BERDASARKAN INDEKS HARGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) DI UD. SUMA, SIDOARJO.

1 1 125

ANALISIS PRODUKTIVITAS DENGAN PENDEKATAN METODE APC (AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER)DI PT. PANCA WANA INDONESIA KRIAN – SIDOARJO.

2 20 110

Analisis Produktivitas PT. Perkebunan Nusantara V (PKS) Sei Galuh Dengan Menggunakan Metode American Productivity Center (APC)

0 1 10

ANALISA PRODUKTIVITAS BERDASARKAN INDEKS HARGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE THE AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER (APC) DI UD. SUMA, SIDOARJO

0 0 21