Aliansi Jurnalis Independen AJI a. Sejarah Berdirinya Aliansi Jurnalis Independen AJI

liv Universitas Sumatera Utara mengutamakan besarnya sampling bahkan populasi atau samplingnya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman kualitas data bukan banyaknya kuantitas data Kriyantono, 2010:56-57.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian perlu ditetapkan dalam rancangan penelitian. Objek penelitian kualitatif adalah objek penelitian yang fokus dan lokus penelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran. Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian Bungin, 2008:76. Maka dari itu, peneliti menetapkan objek penelitian sebagai berikut :

3.2.1 Aliansi Jurnalis Independen AJI a. Sejarah Berdirinya Aliansi Jurnalis Independen AJI

AJI lahir sebagai perlawanan komunitas pers Indonesia terhadap kesewenang- wenangan rezim orde baru. Mulanya adalah pembredelan Detik, Editor dan Tempo pada tanggal 21 Juni 1994. Ketiga media tersebut dibredel karena pemberitaannya yang kritis terhadap penguasa. Tindakan represif inilah yang memicu aksi solidaritas sekaligus perlawanan dari banyak kalangan secara merata di sejumlah kota di Indonesia. Arus perlawanan terus meningkat yang menyebabkan kurang lebih seratus orang yang terdiri dari jurnalis dan kolumnis berkumpul di Sirnagalih, Bogor pada tanggal 7 Agustus 1994. Pada hari itulah mereka menandatangani deklarasi Sirnagalih yang menuntut dipenuhinya hak publik atas informasi, menentang pengekangan pers, menolak wadah tunggal untuk jurnalis dan mengumumkan berdirinya Aliansi Jurnalis Independen AJI. Universitas Sumatera Utara lv Universitas Sumatera Utara Era orde baru, AJI merupakan organisasi terlarang. Maka dari itu, kegiatan AJI dijalankan melalui sistem bawah tanah. Tujuannya adalah untuk menghindari tekanan aparat keamanan dengan cara manajemen dan pengorganisasian yang tertutup. Sistem ini cukup efektif dalam merealisasikan misi organisasi. Pada saat itu, roda organisasi dijalankan oleh dua puluh jurnalis aktivis dan beranggotakan kurang lebih dari dua ratus jurnalis saja. Meskipun operasi organisasi dijalankan secara tertutup, gerakan bawah tanah itu harus dibayar mahal ketika tiga anggota AJI, yakni Ahmad Taufik, Eko Maryadi dan Danang Kukuh Wardoyo dijebloskan ke penjara pada bulan Maret 1995. Selain itu, para aktivis AJI yang bekerja di media dibatasi ruang geraknya. Pejabat Departemen Penerangan dan Persatuan Watawan Indonesia juga tidak segan-segan menekan para pemimpin redaksi agar tidak mempekerjakan anggota AJI di medianya. Konsistensi dalam memperjuangkan misi inilah yang menempatkan AJI berada dalam barisan kelompok yang mendorong demokratisasi dan menentang otoritarianisme. Inilah yang membuahkan pengakuan dari elemen gerakan pro demokrasi di Indonesia, sehingga AJI dikenal sebagai pembela kebebasan pers dan berekspresi. Pengakuan tidak hanya datang dari dalam negeri tetapi juga dari luar negeri. Diantaranya dari International Federation of Journalist IFJ, Article XIX dan International Freedom Expression Exchange IFEX. Ketiga organisasi internasional tersebut kemudian menjadi mitra kerja AJI. Selain itu, beberapa NGO internasional dan badan-badan PBB yang berkantor di Indonesia mendukung aktifitas AJI. AJI memiliki komitmen untuk membangun lingkungan dan kultur pers yang sehat di Indonesia dengan menerapkan prinsip-prinsip serta kaidah jurnalistik yang sejalan dengan cita-cita demokrasi yang berbasis humanis dengan harapan lahirnya para jurnalis profesional dan peduli terhadap masalah kerakyatan. Universitas Sumatera Utara lvi Universitas Sumatera Utara Komitmen tersebut dijabarkan kedalam program, yakni diskusi dan seminar tentang kebebasan pers, pelatihan jurnalistik untuk pers kampus, penerbitan pers dan media massa, penerbitan buku dan literatur non pers yang berbobot, analisis perkembangan media massa dalam negeri, advokasi dan bantuan kemanusiaan untuk para jurnalis dan keluarganya yang terkena represi, peningkatan kesejahteraan jurnalis, perlindungan saat menjalankan tugas dan kerjasama dengan lembaga - lembaga pers internasional. Selain demonstrasi dan mengecam tindakan represif terhadap media, organisasi yang dibidani oleh individu dan aktivis Forum Wartawan Independen FOWI Bandung, Forum Diskusi Wartawan Yogyakarta FDWY, Surabaya Press Club SPC dan Solidaritas Jurnalis Independen SJI ini juga menerbitkan majalah alternatif independen yang kemudian menjadi suara independen. Selain itu, AJI diterima secara resmi menjadi anggota IFJ pada tanggal 18 Oktober 1995. Aktivis lembaga ini pernah mendapat beberapa penghargaan dari dunia internasional seperti, Free Media Pioneer 97 Freedom Forum dan International Press Institute IPI Award dan penghargaan kepada Suardi Tasrif dan Muhammad Syarifuddin sebagai wartawan dan pejuang pers.

b. Visi dan Misi Aliansi Jurnalis Independen AJI

Dokumen yang terkait

Kompensasi Wartawan Dan Independensi (Studi Deskriptif Tentang Peranan Kompensasi Wartawan Terhadap Independensi Anggota Aliansi Jurnalis Independen cabang Medan)

0 58 125

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP): Dampaknya Terhadap Informasi Medical Record

0 18 10

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik - [PERATURAN]

0 3 53

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

0 2 80

Undang Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik

0 0 38

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 36

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Konstruktivisme - Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1

0 0 29

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah - Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 T

0 0 9

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 14

Konstruksi Pemahaman Wartawan Terhadap UU KIP (Studi Dengan Pendekatan Konstruktivisme Terhadap Wartawan Aliansi Jurnalis Independen Cabang Medan Dalam Memahami Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik)

0 0 14