Identitas Budaya KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

berpindah atau dipindahkan keluar negeri. Sebagai mana penyakit lainnya, gegar budaya juga mempunyai gejala-gejala dan pengobatannya tersendiri. Gegar budaya ditimbulkan oleh kecemasan yang disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan lambing-lambang dalam pergaulan sosial. Tanda-tanda tersebut meliputi seribu satu cara yang kita lakukan dalam mengendalikan diri sendiri dalam menghadapi situasi sehari-sehari, kapan berjabatan tangan dan apa yang harus kita lakukan bila bertemu dengan orang, kapan dan bagaimana memberikan tip, bagaimana berbelanja, kapan menerima dan kapan menolak undangan, kapan membuat pernyataan-pernyataan dengan sungguh-sungguh dan kapan sebaliknya. Petunjuk-petunjuk ini yang mungkin dalam bentuk kata-kata, isyarat-isyarat, ekspresi wajah, kebiasaan-kebiasaan, dan norma-norma kita peroleh sepanjang perjalanan hidup sejak kecil. Alo mengungkapkan 3 sasaran komunikasi yang selalu dikehendaki dalam proses komunikasi antarbudaya. 49 1. Salah satu tujuan dalam hidup bersama adalah berkomunikasi sehingga diantara kita saling mendukung demi pencapaian tugas-tugas yang dikehendaki bersama, keberhasilan dalam tugas dapat didukung oleh komunikasi antarbudaya yang dilakukan secara terbuka, berfikir positif, saling mendukung, bersikap empati. 2. Meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana antarbudaya. Manfaat aspek relasi adalah bagaimana orang lain berkomunikasi dengan seseorang, 49 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, hal. 276 dapat mengatakan tentang apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan. Memahami dan mengerti tentang kesejawatan, kesetiakawanan merupakan dua factor yang penting dalam hubungan atau relasi antarpribadi. 3. Terciptanya penyesuaian antarpribadi. Komunikasi antarbudaya sering bergaul dengan frekuensi ynag tinggi maka prasangka-prasangka budaya yang sebelumnya telah terbentuk perlahan-lahan berkurang, jadi antara komunikan dan komunikator memulai suatu proses hidup bersama misalnya menyesuaikan diri antarbudaya, makin terbuka dengan sesama. Brent dan Lea menjelaskan bahwa kejutan budaya culture-shock yaitu perasaan tanpa pertolongan, tersisihkan, meyalahkan orang lain, sakit hati dan ingin pulang kerumah. Awalnya kejutan budaya dipahami sebagai sebuah penyakit yaitu sebuah penyakit yang diderita seseorang yang sering dipindahkan secara tiba dari sati tempat terjadinya suatu pristiwa ke tempat lain. Keterjangkitan oleh penyakit ini ditandai oleh bermacam gejala termasuk frustasi, marah, cemas, perasaan tanpa pertolongan, kesepian yang berlebihan, terlalu ketakutan dirampok, ditipu atau menyantap makanan berbahaya. 50

G. Problem Potensial Dalam Pola Komunikasi Antarbudaya

Komunikator dan komunikan secara bergantian dan terus-menerus dalam komunikasi, maka masalah terletak pada kedua belah pihak. Mencoba untuk mencari 50 Brent D. Ruben dan Lea P. Stewart, komunikasi dan prilaku manusia, Depok, PT Raja Grafindo, 2013, hal. 374 pihak mana yang bersalah dapat merupakan masalah komunikasi tersendiri. Komunikator dan komunikan berupaya untuk mengurangi problem potensial yang dijelaskan oleh Samovar dan memahami solusi atau factor pendukung yang ditawarkannya sebagai berikut: 1. Keanekaragaman dari tujuan-tujuan komunikasi Setiap individu memiliki alasan dan motivasi yang berbeda-beda dalam berkomunikasi. Perbedaan tujuan ini dapat menimbulkan masalah yang tidak dianggap enteng begitu saja, karena kadang-kadang menyangkut haga diri suatu kebudayaan, conoh dalam konteks politik individu atau kelompok dengan sengaja melakukan propaganda. 2. Etnosentrisme Etnosentrisme adalah suatu perasaan superior atau keunggulan dari suatu kelompok orang yang menganggap kelompok lain lebih inferior dan kurang unggul. Apabila perasaan ini muncul maka sangat berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya. 51 Karakteristik etnosentrisme : 52 1. Tingkat Etnosentrism Etnosentrisme dapat dilihat dalam 3 tingkatan : positif, negatif, dan sangat negatif. Petama positif, merupakan kepercayan bahwa, paling tidak bagi 51 Alo Liliweri, Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007, hal. 266 52 Larry, Richard Edwin, Komunikasi Lintas Budaya, Jakarta, Salemba Humanika, 2010, hal.214