Pengungkapan identitas budaya dari segi percakapan bahasa

diskusi itu bahwa bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa daerah mereka sendiri yaitu melayu Patani, walaupun dalam forum diskusi yang tidak hanya diikuti oleh anggota HIPPI saja tetapi ada beberapa orang Indonesia yaitu teman-teman dari mereka yang ikut dalam forum itu tetapi mereka dengan leluasa dapat mengeluarkan identitas asli yaitu menggunakan Bahasa daerah Patani. Berdasarkan pengungkapan dari orang Indonesia yang ikut diskusi apakah dia memahami atau tidak apa yang mereka bicarakan dalam diskusi itu ternyata memang pas pertama kali ikut masih sedikit bingung apa yang mereka bicarakan tetapi karena sudah lama juga bergaul dengan mereka, sering mendengar mereka berkomunikasi sesama mereka dan ternyata memang bahasanya mirip dengan bahasa melayu Indonesia hanya saja diganti pada ujung- ujungnya misalnya “dimana” diganti dengan “ dimano” makanya karena sering bergaul dia pun sudah paham dengan apa yang mereka bicarakan dengan banyak sharing juga mengenai kata-kata yang belum dipahami. Selama waktu penelitian penulis juga sempat mengikuti kegiatan dari HIPPI yang kebetulan bertepatan dengan kegiatan penerimaan anggota baru HIPPI. Berdasarkan pengungkapan dari ketua HIPPI, bahwa salah satu program HIPPI itu sendiri yaitu mendata anak-anak yang ingin melanjutkan kuliah di Indonesia dengan cara mereka bersosialisasi ke sekolah-sekolah yang ada di Patani dan siapa saja yang berminat HIPPI sendiri yang akan mengurusi dari mulai akomodasi, tempat tinggal mereka selama di Indonesia sudah dipersiapkan oleh pengurus-pengurus HIPPI. Kegiatan oreientasi penerimaan anggota baru HIPPI dilakukan selama lima hari yang bertempat di arena Gintung. Dalam kegiatan itu calon mahasiswa-mahasiwa baru dibekali dengan pendidikan baik itu secara ilmu pengetahuan, fisik dan mental. Secara ilmu pengetahuan ternyata senior-senior HIPPI juga membekali ilmu pengetahuan tentang Indonesia dari mulai sejarah Indonesia, letak geografis, belajar bahasa Indonesia mulai dari kosa- kata, sastra. Foto pembekalan materi tentang bahasa Indonesia ketika orientasi Sumber :dok. pribadi Calon anggota baru HIPPI tahun 2014 sebanyak 15 orang yang akan menyebar di universitas-universitas yang ada di Jakarta sesuai denga keinginan mereka. Dalam segi bahasa calon anggota baru itu belum bisa berbahasa Indonesia dan belum bisa memahami dan merespon ketika diajak berkomunikasi, artinya bahwa walaupun bahasa melayu Patani itu mirip dengan bahasa Indonesia tetapi harus membutuhkan waktu juga untuk bisa memahami bahasa Indonesia. Dalam komunikasi antarbudaya ketika seseorang berada dalam budaya yang berbeda atau merantau memang disarankan untuk mempelajari latarbelakang budaya tersebut untuk mencapai tujuan agar dapat berkomunikasi dengan lingkungan baru tersebut. Foto pembekalan mental ketika orientasi penerimaan anggota baru HIPPI Sumber : dok. Pribadi Selain kegiatan orientasi penerimaan anggota baru HIPPI, peniliti juga sempat mengikuti acara rutin mereka yaitu yasinan yang disusul dengan acara latihan khutbah jum’at khusus untuk laki-laki. Dalam kegiatan ini dapat diamati dalam latihan khutbah jumat, penyampaian khutbah jumat itu menggunakan bahasa Indonesia bukan bahasa daerah. Ternyata khutbah di Patani itu penyampaiannya menggunakan bahasa buku yang menggunakan tulisan latin seperti bahasa Indonesia perbedaanya hanya beberapa kata-kata berbahasa melayu, tulisan dalam buku-buku patani ada bermacam-macam yaitu tulisan Jawi Yawi atau arab melayu dan tulisan Siam Thai dan Bahasa latin seperti Bahasa Indonesia. Foto kegiatan yasinan dan khutbah Sumber : dok. pribadi Bahasa Yawi, Tulisan Jawi: ي اج سا ب merupakan transkripsi perkataan Bahasa Thai ยาวี, yang dipahami oleh Orang Thai sebagai Bahasa Melayu Patani Jawi: يناطڤ يام سا ب. Bahasa Yawi juga dipanggil Baso Nayu atau Kecek Nayu dituturkan secara meluas di wilayah-wilayah selatan Thailand, yaitu Narathiwat, Yala, Pattani, dan sesetengah kawasan di Songkhla serta Satun, selain itu ia juga dituturkan di beberapa kawasan utara semenanjung Malaysia terutama sekali Kelantan dan di daerah Baling dan Sik di Kedah. Dianggarkan bahawa terdapat 3 juta orang penutur Bahasa Yawi 63 . Tulisan Siam Thai merupakan tulisn asli Negara Thailand yang huruf-hurufnya mirip dengan tulisan sansekerta. Gambar tulisan Jawi arab melayu Sumber : internet Gambar tulisan Siam 63 http:ms.wikipedia.orgwikiBahasa_Melayu_Pattani , diakses pada tanggal 19 agustus 2014 pukul 17:41 Sumber : internet Keunikan dari mahasiswa yang berasal di Patani ini menurut penulis adalah dalam pemilihan jurusan pendidikan yang mereka ambil. Ternyata sudah banyak mahasiswa-mahasiawa Patani yang melanjutkan Perguruan Tinggi Di Indonesia banyak mengambil Jurusan Bahasa Indonesia. Hal ini terdengar unik menurut saya karena mereka adalah mahasiswa yang bukan dari Negara Indonesia tetapi menggeluti bidang Bahasa Indonesia. Alasan mereka adalah karena di Patani sendiri Bahasa Indonesia sudah ada dalam kurikulum pendidikan di Patani, jadi banyak dibutuhkan guru-guru yang pakar di bidang bahasa Indonesia. Dan lebih unik lagi, setiap mahasiswa yang melanjutkan perguruan tinggi di Indonesia walaupun mereka bukan dari jurusan bahasa Indonesia tetapi mereka selalu disuruh untuk menjadi guru- guru Bahasa Indonesia di pendidikan Sekolah Dasar di Patani. Memang terkadang adanya persepsi mengenai identitas suatu budaya secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi seseorang dalam berkomunikasi menggunakan bahasa asalnya. Persepsi identitas budaya terkadang dimata orang-yang berbeda asal daerah terkadang terkesan lucu, memiliki kesan wong ndeso, ditertawakan, tidak sopan, memalukan, tidak pantas digunakan pada ruang lingkup resmi, logatnya terdengar kasar. Itulah yang membuat seseorang mengakomodasi tindakan dan prilaku mereka ketika berhadapan dengan orang-orang yang dari luar daerah tersebut. Ketika seseorang melakukan interaksi dengan kelompok budaya lain pada dasarnya ia membawa identitas budayanya. Identitas tersebut dapat berupa perilaku dan bahasa. Tidak ada yang salah dengan identitas budaya dan seharusnya tidak perlu merendah diri saat seseorang berhadapan dengan budaya lain. Namun, adakala kelompok-kelompok suatu budaya saat berinteraksi dengan kelompok kebudayaan lain merasa tidak percaya diri dengan bahasa dan dialeknya. Mereka cenderung mengurangi bahkan menghilangkan bahasa dan dialek tersebut dalam pergaulan sehari-hari. Dalam hal ini mengakibatkan suatu proses akomodasi, dimana kelompok budaya yang merasa lebih rendah kemudian berusaha mengakomodasi kelompok budaya yang dianggap lebih tinggi dalam bentuk yang mereka pahami. Berdasarkan pengungkapan dari para informan yang memang sudah agak lama sekitar satu sampai dua tahun tinggal di Indonesia khususnya di Jakarta, mereka terlihat sudah menguasai bahasa percakapan di Indonesia terutama dalam segi bahasa, sudah terdengar penggunaan bahasa- bahasa Jakarta misalnya “iya deh, itu daonk, masa sih”, dari penggunaan kata-kata itu yang diungkapkan para informan yang disebut dengan konvergensi yang Giles dan para koleganya telah tetapkan dalam sebuah pengamatan umum bahwa para pelaku komunikasi seringkali saling meniru prilaku. Mereka menyebutnya pemusatan convergence atau penyamaan. Penyamaan ini tentu dilakukan untuk mencapai komunikasi yang efektif ketika berkomunikasi dengan orang-orang di lingkungan rempat merka merantau. Mahasiswa Patani memang poneliti lihat berusaha untuk membuat penyamaan convergensi dari penggunaan Bahasa yang mereka gunakan, mereka berusaha untuk memakai Bahasa Indonesia ketika berkomunikasi walaupun masih banyak keliru penggunaannya dan mereka tidak juga membuat pemisahan divergensi yaitu berusaha menonjolkan budaya asli mereka. Menurut pengamatan penulis bahwa ketika mereka berbicara masih banyak pula penggunaan kata-kata yang belum tepat digunakan dalam sebuah kalimat. Misalnya dalam wawancara mereka berpendapat tentang Indonesia “ Indonesia itu menurut saya tarik”, kata Tarik dalam kalimat itu tidak sesuai dengan EYD yang seharusnya “ Indonesia itu menurut saya menarik”. Itulah salah satu penggunaan kata-kata yang belum sempurna ketika mereka berkomunikasi. Begitu pula dalam hal membaca tulisan-tulisan buku bahasa Indonesia dengan logat melayu, misalnya tulisan “Syurga” dibaca dengan “syurgo”. Semua informan mengungkapkan saat berada di Indonesia sebelum beradaptasi dengan baik pertama kali mereka mengalami kejutan budaya shock culture. Hal seperti ini wajar dialami ketika seseorang berada pada sebuah lingkungan baru. Adaptasi terhadap budaya terutama dilakukan agar hal-hal yang kelak dapat menjadi kendala dalam berkomunikasi dapat dihindari. Berdasarkan pengungkapan semua informan, mereka menemukan sedikit keanehan ketika pertama kali tinggal di Indonesia khususnya di Jakarta. Salah satunya yaitu keanehan pada perempuan-perempuan Indonesia, di Patani sendiri karena mayoritas dari penduduknya adalah beragama islam maka disana semua perempuan Patani mamakai kerudung dan kalaupun ada yang tidak memakai kerudung maka itu adalah orang yang beragama budha. Nah, lain kejadiannya dengan di Indonesia semua informan merasa terkejut dengan perempuan-perempuan Indonesia yang banyak tidak memakai kerudung tetapi beragama islam. Persepsi mereka pertama kali semua perempuan-perempuan yang tidak memakai kerudung adalah non muslim. Seperti wawancara dengan informan dibawah ini dengan logat khas mereka: “pertama masuk Indonesia agaknya aneh gitu, kalau disini tentang budaya itu kayak kerudung misalnya untuk muslim, jadi kalau di Thailand setiap muslim ya muslim perempuannya pakai kerudung trus bajunya baju pakainya baju melayu, beda antara Budha dan muslim. Tapi kalau di Indonesia muslim itu susah beda gitu pakai rok mini tapi shalat gitu jadi agak aneh kalau di Patani yang orang islam itu khususnya perempuan rata-rata menggunakan kerudung”. 64 Ungkapan informan lain “ “ada yang aneh yaitu orang-orang Indonesia itu menurut saya kan orang Indonesia itu yang paling banyak muslim ya trus pas sampai di Indonesia kan kalau di Thailand orang yang gak pake kerudung perempuannya orang-orang non muslim tapi orang Indonesia yang aneh itu orang yang gak pake kerudung yang pake baju terbuka dan celana pendek kok itu muslim. Pas pertama kali itu pas di PIM ngeliat perempuan yang gak pake kerudung tadi pada ngantri wudhu kan kalau mau cuci muka ada tempatnya sendiri trus mereka shalat kan itu aneh soalnya kalau disana gak 64 Wawancara dengan Rohanee Cheha, 08-06-214, 10.00 WIB ada yang kayak gitu rata-rata kalau seperti itu orang budha, tapi lama-lama udah biasa, biasa banget”. 65 Selain dalam hal pakaian ada pula informan yang mengatakan tentang sedikit keanehan lain khususnya di Jakarta yang ditemui pada kebiasaan masyarakat Indonesia yaitu penggunaan Black Berry Massanger atau yang lebih dikenal dengan BBM, masyarakat Indonesia rata-rata menggunakan BBM, setiap bertemu teman yang pertama ditanya adalah pin BB. Budaya seperti ini aneh menurut informan ini karena di Patani penggunaan BBM tidak diterima oleh sistem Negara hanya Whatsapp dan Facebook saja yang boleh dipergunakan. Seperti petikan wawancara dibawah ini : “kalau di Jakarta sih budaya BBM itu bikin orang jadi sombong gitu jadi dunia privasi sendiri gitu sedangkan temen sebelah gak di ituin pngennya temen jauh, kalau di Thailand jarang ada yang main bbm, di Patani itu gak ada. Dulu sekitar tahun 2011 bbm itu sempat buming tapi setelah itu aplikasi bbm gak diterima lagi di Thailand”. 66 Kemacetan juga salah satu menjadi perhatian mereka saat tiba di Indonesia, kerena di Thailand sendiri tidak ada kemacetan di jalan raya dan banyaknya pedagang-pedagang yang berjajaran dipinggir-pinggir jalan juga membuat mereka sedikit aneh karena di Thailand tidak ada yang seperti di Indonesia.

1. Pengungkapan Identitas Budaya Dalam Segi Pakaian

Perempuan-perempuan muslimah yang berasal dari Patani Thailand ini mempunyai ciri khas sendiri dalam hal berpakaian. Rata-rata dari perempuan- 65 Wawancara dengan Su-aidee Abuwa, 04-06-2014, 21.00 WIB 66 Wawancara dengan Asuan Rira, 04-06-2014, 20.30 WIB perempuan yang penulis lihat ketika berada dalam sebuah perkumpulan pakaian mereka identik dengan menggunakan baju kurung setelan yang dipadu dengan kerudung kurung panjang yang identik berwarna hitam yang mirip sekali dengan perempuan-perempuan muslimah yang berasal dari Malaysia, pakaian seperti itu sudah menjadi adat kebiasaan yang digunakan oleh perempuan-perempuan Patani. Pada umumnya kebanyakan ketika seseorang berada di daerah yang bukan aslinya mereka lambat-laun akan cenderung terpengaruhi dengan budaya di tempat ia tinggal entah itu dari segi bahasa atau pakaian. Tapi berbeda dengan perempuan-perempuan Patani ini, mereka tetap menampilkan identitas budaya aslinya dengan berbusana sesuai dengan kebiasaan perempuan-perempuan Patani pada umumnya karena kebanggaan mereka terhadap budayanya dan kedalaman mereka mengenai ajaran agama islam yang memerintahkan perempuan muslimah untuk menutup aurat dengan sempurna, walaupun di Indonesia sendiri berbusana seperti mereka itu sangat minoritas tetapi mereka tidak merasa terasingkan ketika menggunakan pakaian asli daerahnya. Wajarlah mereka merasakan keanehan ketika melihat perempuan- perempuan muslim Indonesia yang menggunakan kerudung tetapi memakai celana levis yang ketat yang sudah lumrah di masyarakat Indonesia. Untuk laki-laki dalam hal berpakaian tidak ada perbedaan dengan busana laki-laki di Indonesia. Walaupun ada satu dan dua orang dari sekian banyak perempuan-perempuan patani yang sudah sedikit terpengaruh dengan pakaian-pakaian perempuan Indonesia. 2. Bentuk- Bentuk Adaptasi Budaya Penyesuaian mahasiswa Thailand tinggal di Indonesia bermacam-macam. Ada yang memang sudah agak terbiasa dari penggunaan Bahasa melayu, misalnya Maryam Ding adalah seorang mahasiswa yang pernah melanjutkan kuliah sampai jenjang D3 di Malaysia kemudian melanjutkan studi jenjang S1 di UIN Jakarta, bagi Maryam ketika tinggal di Indonesia tidak terlalu sulit dalam segi Bahasa karena sudah terbiasa tinggal di Malaysia yang notaben penggunaan Bahasa mirip dengan Bahasa melayu Indonesia. Tapi ada pula yang memulai adaptasi dari awal karena masih buta dengan latarbelakang budaya Indonesia baik dari segi Bahasa maupun prilaku masyarakatnya sehingga membutuhkan waktu untuk belajar Bahasa karena tuntutan pendidikan yang mengharuskan untuk memahami Bahasa Indonesia secara matang.Wajarlah diawal-awal pertemuan dikelas membuat mereka tidak mengerti apa yang dibicarakan dosen, namun dosen juga memahami karena mereka mahasiswa asing maka untuk penjelasan mata pelajaran dijelaskan secara pelan. Ada pula yang harus beradaptasi dari awal, seperti yang pernah saya amati ketika kegiatan orientasi anggota baru HIPPI terlihat bahwa anak-anak yang baru datang dari Patani belum bisa memahami dan mengucapkan kalimat-kalimat percakapan bahasa Indonesia. Ketika penulis ajak bicara mereka masih dengan muka kebingungan Karena tidak memahami apa yang penulis katakan, oleh karenanya mereka sewaktu masa orientasi itu dibekali oleh senior-senior mereka belajar bahasa Indonesia dari mulai belajar huruf-huruf abjad beserta cara membacanya. Bentuk-bentuk penyesuaian diri yang diungkapkan sobur dalam bukunya Psikologi Umum bisa diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu, a yang adptive dan b yang adjustive. a. Yang adaptive Bentuk penyesuaian diri yang adaptive sering dikenal dengan istilah adaptasi. Bentuk penyesuaian diri ini lebih bersifat badani. Artinya, perubahan-perubahan dalam proses badani untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya berkeringat adalah usaha tubuh untuk mendinginkan tubuh dari suhu yang panas atau dirasakan terlalu panas. Yang adaptive yang dialami mahasiswa Patani ketika tinggal di Indoneisa tidak mengalami penyesuaian yang berat yang mereka rasakan karena dalam segi cuaca antara wilayah Patani dengan Indonesia itu sama jadi mereka tidak mengalami kesulitan harus beradaptasi terhadap keadaan cuaca di Indonesia. c. Yang adjustive Bentuk penyesuaian yang lain, yang tersangkut kehidupan psikis kita, biasanya disebut sebagai bentuk penyesuaian yang adjustive. Karena tersangkutnya kehidupan psikis dalam penyesuaian yang adjustive ini, dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan tingkah laku. Sebagaimana kita ketahui , tingkah laku manusia sebagian besar dilatarbelakangi oleh hal-hal psikis ini, kecuali tingkah laku tertentu dalam bentuk-bentuk gerakan yang sudah menjadi kebiasaan atau gerakan-gerakan refleks. Maka penyesuian ini adalah penyesuaian diri tingkah laku terhadap