Patofisiologi Diabetes Melitus Diabetes Melitus .1 Definisi Diabetes Melitus

13 Tidak hanya metabolisme glukosa yang diregulasi oleh insulin, tetapi juga lipid, protein dan asam nukleat. Efek pada metabolime lipid yaitu insulin mencegah terjadinya lipolisis di hepar dan jaringan adiposa serta menstimulasi lipogenesis. Sedangkan efek insulin terhadap metabolisme protein dan asam nukleat yaitu menstimulasi anabolisme sintesis protein dan menghambat destruksi protein. Baik pada DM tipe 1 maupun 2 terjadi kondisi hiperglikemia. Pada orang normal, kondisi hiperglikemia akan menurunkan sekresi glukagon, yaitu hormon yang berperan dalam glikogenolisis dan glukoneogenesis. Akan tetapi, pada keadaan DM, kondisi hiperglikemia tidak dapat menghambat sekresi glukagon sehingga kondisi ketoasidosis lebih cepat terjadi. 15 DM juga berkaitan erat dengan dislipidemia, yang ditandai dengan meningkatnya FFA Free Fatty Acid atau asam lemak bebas di dalam sirkulasi serta perubahan pada profil lipid darah. Pada orang normal, kadar FFA yang terlalu tinggi dikompensasi dengan peningkatan sekresi insulin. FFA yang kadarnya terlalu tinggi dalam darah dan berlangsung dalam waktu lama merupakan salah satu faktor yang berkontribusi dalam kerusakan sel B pankreas yang progresif. 23 Tabel 2.2 Gambaran klinis pasien dengan DM tipe 1 dan 2. Sumber : Guyton and Hall. Textbook of Medical Physiology. Edisi 11. 8

2.1.1.5 Diagnosis Diabetes Melitus

DM dalam kondisi kronik bisa menyebabkan berbagai komplikasi baik penyakit mikrovaskular maupun makrovaskular. Apabila terdapat keluhan seperti poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan Features Type 1 Type 2 Age of onset Usually less than 20 years Usually greater than 30 years Body mass Low wasted to normal Obese Plasma insulin Low or absent Normal to high initially Plasma glucagon High, can be suppressed High, resistant to suppression Plasma glucose Increased Increased Insulin sensitivity Normal Reduced Therapy Insulin Weight loss, thiazolidinediones, metformin, sulfonylureas, insulin 14 tanpa penyebab yang jelas maka perlu dicurigai sebagai gejala penyakit DM. Selain keluhan utama, dalam anamnesis dapat dicari keluhan tambahan lainnya seperti lemah badan, kesemutan terutama di daerah perifer, penglihatan kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Gambar 2.6 Alur diagnosis DM Sumber : PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 diIndonesia. 2011. 5 Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Penegakan diagnosis DM bisa melalui kriteria kadar glukosa darah, FPG Fasting Plasma Glucose, dan 75-g OGTT Oral Glucose Tolerance Test. 1 Bahan pemeriksaan berasal dari darah plasma vena. Sedangkan untuk tujuan 15 pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan pemeriksaan glukosa dari darah kapiler menggunakan alat glukometer. 5 Karena tingginya angka DM di Indonesia, maka untuk seseorang dengan resiko DM tanpa ditemukan gejala, perlu dilakukan pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan penyaring dilakukan untuk menemukan pasien DM tanpa gejala klinis, serta pasien dengan gangguan toleransi glukosa. Gangguan toleransi glukosa seperti TGT Toleransi Glukosa Terganggu dan GDPT Glukosa Darah Puasa Terganggu merupakan tahapan pradiabetes. Tabel 2.3 Kriteria pra diabetes Kadar gula dara puasa FPG 100 mgdL 5,6 mmolL hingga 125 mgdL 6,9 mmolL Kadar gula darah sewaktu 140 mgdL 7,8 mmolL hingga 199 mgdL 11,0 mmolL HbA1C 5,7 – 6,4 Sumber : ADA. Diagnosis and classification of diabetes mellitus . 1

2.1.1.6 Komplikasi Diabetes Melitus

Defisiensi insulin tidak hanya berpengaruh kepada metabolisme glukosa, tetapi juga terhadap lemak, protein, dan asam nukleat. Defisiensi insulin menyebabkan kondisi hiperglikemia. Komplikasi DM dapat digolongkan menjadi dua kategori mayor yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang. 3 a. Komplikasi metabolik akut Komplikasi metabolik akut penyakit DM diantaranya ketoasidosis diabetes, koma hiperosmolar hiperglikemik non ketotik, asidosis laktat, dan hipoglikemia. Hipoglikemia lebih sering ditimbulkan pada pengobatan DM. Biasanya disebabkan karena obat oral hipoglikemik, maupun insulin. 24 Hipoglikemia dibagi ke dalam beberapa kriteria yaitu : a. Hipoglikemia ringan : 60 - 70mgdL dengan gejala minimal ataupun tanpa gejala. b. Hipoglikemia berat : 40mgdL dan gangguan neurologis. 16 Resiko hipoglikemia timbul ketika kadar insulin di antara dua makan dan pada malam hari meningkat secara tidak proporsional dan tubuh gagal menjaga kondisi fisiologis dalam usaha untuk melindungi batas penurunan glukosa darah yang aman. 19 Ketoasidosis diabetik adalah keadaan dekompensasi yang ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis, dan ketosis, terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif. 19 Kondisi ketoasidosis diabetes lebih sering dialami oleh pasien IDDM, akan tetapi bisa dialami oleh pasien NIDDM dibawah tekanan penyakit akut penyerta. 24 KAD biasanya mengalami dehidrasi berat dan bahkan sampai dapat mengalami syok. Koma hiperosmolar hiperglikemik non ketotik HHNK merupakan kondisi defisiensi insulin relatif, hiperglikemia 1000mgdL disertai peningkatan osmolalitas serum 300 mosmkg, dehidrasi, stupor, koma progresif tanpa adanya gejala ketosis maupun asidosis. 24 HHNK lebih sering ditemukan dibanding KAD, dengan onset rata-rata pada dekade ketujuh. 19 Asidosis laktat merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam laktat dalam darah ≥ 2,0 mmolL disertai asidosis pH ≤7,3 tanpa disertai ketosidosis. Sekitar 50 kasus asidosis laktat yang dilaporkan diakibatkan oleh penyakit DM. 24 Pada keadaan normal, asam laktat bersifat tidak toksik dan dapat diproduksi oleh semua sel untuk memenuhi kebutuhan energi sel. Asam laktat dibentuk pada keadaan anaerob dan akan meningkat berlebihan pada kondisi hipoksia. Asidosis laktat dapat berujung pada kerusakan saraf dan edema serebral. Angka kematian akibat asidosis laktat cukup tinggi. Semakin tinggi kadar asam laktat dalam darah, maka semakin tinggi resiko kematian. 24

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS SEDUHAN DAUN YAKON (Smallanthus sonchifolius) TERHADAP KADAR LOW DENSITY LIPOPROTEIN (LDL) DAN HIGH DENSITY LIPOPROTEIN (HDL) PADA TIKUS DIABETIK YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

0 13 24

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar Trigliserida pada Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 15 61

Efek Ekstrak Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 16 51

Pengaruh Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum cassia) terhadap Glukosa Darah, Berat Badan, serta HDL Tikus Diabetes (Sprague dawley) yang Diinduksi Aloksan

2 25 65

Efek Ekstrak Daun Yakon “Smallanthus Sonchifolius” terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Berat Organ Pankreas, Ginjal, dan Jantung pada Tikus Jantan Strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014.

0 9 51

Efek Ekstrak Daun Yacon (Smallanthus sonchifolius) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kolesterol Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

1 21 76

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Low Density Lipoprotein pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

1 18 71

Efek Ekstrak Kayu Manis (Cinnamomum cassia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan dan Low Density Lipoprotein (LDL) pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

0 6 72

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolius) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Low Density Lipoprotein pada Tikus yang Diinduksi Streptozotosin. 2015

0 17 71

Efek Ekstrak Daun Insulin (Smallanthus sonchifolia) Terhadap Kadar Glukosa Darah, Berat Badan, dan Kadar Trigliserida pada Tikus Diabetes strain Sprague dawley yang Diinduksi Aloksan. 2014

0 3 61