UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6 Fermentasi Isolat Bakteri Endofit
Untuk mendapatkan hasil fermentasi bakteri endofit, diperlukan proses fermentasi yang bertujuan untuk memproduksi senyawa antimikroba. Fermentasi
isolat dilakukan dengan cara menggojog menggunakan media Nutrient Broth, kecepatan 170 rpm, suhu 27
o
C, selama 48 jam. Fermentasi dengan cara digojog merupakan metode pemanfaatan medium oleh mikroorganisme yang hasilnya
lebih efisien, mempercepat pertumbuhan isolat, dan pertumbuhan yang dihasilkan lebih homogen Rante, 2013. Penggunaan 48 jam untuk fermentasi dikarenakan,
pada 24 jam isolat masih berada dalam fase logaritmik maka kandungan metabolitnya masih rendah. Sedangkan pada waktu fermentasi 48 jam, isolat
berada pada fase akhir logaritmik dan pada fase ini bakteri menghasilkan metabolit Khairani, 2009. Menurut Pratiwi 2008, metabolit sekunder tidak
diproduksi pada saat fase logaritmik, tetapi biasanya disintesis pada akhir siklus pertumbuhan sel, yaitu pada fase stasioner. Pada fase ini sel mikroorganisme lebih
tahan terhadap keadaan ekstrem, misalnya suhu yang lebih panas atau dingin, radiasi, bahan
– bahan kimia, dan metabolit yang dihasilkannya sendiri misalnya antibiotik.
Hasil fermentasi isolat tersebut disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm, suhu 4
o
C, selama 20 menit untuk memisahkan supernatan dan biomassa. Supernatan dipisahkan dengan biomassanya, lalu supernatan yang diperoleh
digunakan untuk uji aktivitas antibakteri dan skrining fitokimia. Pada penelitian digunakan suhu 4
o
C pada saat fermentasi yang bertujuan untuk menahan perubahan zat yang ada didalamnya. Pemisahan supernatan dan biomassa
dikarenakan mikroorganisme dapat mensekresikan metabolit sekunder selama proses fermentasi ke luar sel yang terdapat pada filtrat atau medium biakan
Suswandi, 1989 dan Rante, 2013, sehingga setelah disentrifugasi segera dipisahkan antara supernatan dan biomassa.
4.7 Skrining Fitokimia Bakteri Endofit