Desa Batik Trusmi Penutup : Berisikan simpulan dari hasil temuan penelitian ini yang

76 Walaupun sekarang perkembangan pondok pesantren Benda mulai menurun, lokasi ini terbilang tepat untuk melihat persinggungan tarekat dengan kehidupan masyarakat setempat. Para penganut tarekat Syattariyah di sini hampir semuanya merupakan murid tarekat Kyai Hasan yang berbai‟at langsung kepada beliau. Para penganut tarekat juga telah berbaur dengan kehidupan sosial nasyarakat Benda, di mana sebagian mereka berprofesi sebagai pedagang, petani, pengusaha, pejabat pemerintahan, atau pengajar di pondok pesantren. Kendati demikian, dalam hal ritual tarekat mereka terbilang tertutup karena ritual ketarekatan dilaksanakan secara individual dan tidak ada ritual yang dilakukan secara berjama‟ah. Terkecuali aktivitas sosial-keagamaan seperti tawasulan, tahlilan, haul dan perayaan hari-hari besar Islam masih dilakukan bersama-sama. Dengan demikian, untuk melihat kontribusi para penganut tarekat Syattariyah terhadap perkembangan pondok pesantren, akan dilakukan di Pondok Pesantren Buntet dan Benda Kerep. Keduanya akan dapat merepresentasikan relasi antara kehidupan pondok pesantren dan kehidupan sosial para penganut tarekat. Keduanya juga memiliki kaitan genealogis terhadap keraton di Cirebon sehingga terdapat relasi institusional antara pondok pesantren, keraton, dan tarekat Syattariyah di Cirebon.

D. Desa Batik Trusmi

Lokasi desa batik Trusmi sekitar 4 km di sebelah barat Kota Cirebon. Desa batik ini terletak di Kel. Trusmi, Kec. Tengah Tani, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Saat ini Desa batik Trusmi merupakan sentral industri batik di Cirebon 77 yang telah meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai sumber mata pencaharian. Selain batik, terdapat sedikit industri lain berupa industri rotan, kuliner, dan lukisan kaca. Di sepanjang jalan utama yang berjarak 1,5 km dari desa Trusmi sampai Panembahan, saat ini terdapat puluhan showroom batik. Dengan papan nama yang nampak berjejer menghiasi setiap bangunan di tepi jalan. Munculnya berbagai showroom ini tidaj terlepas dari tingginya minat masyarakat terutama dari luar kota terhadap batik Cirebon, mulai dari showroom batik hingga online-shop. Gambar 2.9 Show Room Batik di Desa Trusmi Sumber: Dokumentasi peneliti pada observasi tanggal 14 Mei 2015 Selain showroom, batik Trusmi sendiri berhasil menjadi ikon batik koleksi kain nasional. Terdapat dua golongan batik Trusmi, yaitu pesisiran dan keratonan. Dari kedua tipe batik tersebut, muncul beberapa desain batik yang hingga sekarang masih dibuat oleh sebagian masyarakat desa Trusmi. 78 Adapun motif batik yang banyak dibuat oleh para pengarajin di Trusmi, antara lain: Mega Mendung, Paksi Naga Liman, Patran Keris, Patran Kangkung, Singa Payung, Singa Barong, Banjar Balong, Ayam Alas, Sawat Penganten, Katewono, Gunung Giwur, Simbar Menjangan, ataupun Simbar Kendo. Motif- motif tersebut pada dasarnya memilki makna simbolik yang mana motifnya bersumber dari keraton, sementara maknanya bersumber dari tarekat Syattariyah. Terkait perkembangan tarekat Syattariyah, di Trusmi saat ini sudah tidak ada mursyid Syattariyah yang tinggal di Trusmi. Oleh karena itu, penelitian di Trusmi ini akan lebih dipusatkan di tempat tinggal sep ketua pengurus makam Mbah Buyut Trusmi dan sanggar pembuatan batik, untuk mengaitkan kontribusi tarekat Syattariyah terhadap motif simbolik dan perkembangan batik Trusmi. Dengan demikian, dengan menimbang efisiensi jarak dan ketersedian data, lokasi penelitian ini meliputi: 1 Kel. Lemahwungkuk, Drajat, dan Pegajahan, yang terletak di lingkungan keraton, Kec. Lemahwungkuk dan Pekalipan; 2 Pondok pesantren Buntet dan Benda Kerep sebagai basis tarekat Syattariyah di Kec. Astanajapura dan Harjamukti; dan 3 Desa Trusmi Wetan di Kec.Tengah Tani, yang menjadi pusat industri batik di mana motif-motif batik yang memiliki makna simbolik dari ajaran tarekat. Dengan berpusat di ketiga wilayah penelitian tersebut, peneliti hendak menganalisis kontribusi tarekat Syattariyah terhadap perkembangan institusi sosial yang meliputi institusi keraton, pondok pesantren, dan industri batik. 79 BAB III TAREKAT SYATTARIYAH DI CIREBON

A. Akar Historis Tarekat Syattariyah