101
ي ََ عيابي ا َ ك عيابي يذَل َ ف ۚ ْم يدْيأ ْ ف ََ د
ََ هْيلع د ع ا ب ىفْ أ ْ م ۖ ۦهسْ ىلع ثك ي ا َ ف ثكَ
ا ًۭ يظع اًرْجأ هيتْ يسف
Artinya: “Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu
sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barang siapa yang melanggar janjinya niscaya
akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barang siapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya
pahala yang besar ”.
c. Libsul Khirqah mengenakan jubah, yaitu di mana syeikh atau mursyid
mengenakan jubah kepada murid yang baru saja mengucapkan ikrar bai’at sebagai tanda masuknya sang murid ke dalam organisasi tarekat.
Dengan demikian, melalui proses bai’at tersebut dapat terjalin hubungan
yang tidak pernah terputus antara murid dan mursyidnya, dan meyakini bahwa mursyidnya adalah wakil Nabi, bahkan mursyid menjadi jembatan
antara hamba dan Tuhannya.
2. Kewajiban dan Larangan atas Murid
Setelah melalui proses bai ’at dan mengucapkan sumpah setia, sang murid
dibebankan segenap kewajiban dan arahan dari sang mursyid yang harus dijalankan dan dipatuhi. Kewajiban-kewajiban murid tarekat Syattariyah
tersebut, antara lain Masyhuri, 2011:295:
102
a. Harus menjaga syari‟at,
b. Harus menjaga shalat lima waktu berjama‟ah bila mungkin,
c. Harus mencintai Syeikh Abdullah Asy-Syathari,
d. Harus menghormati siapa saja yang ada hubungannya dengan Syeikh
Abdullah Asy-Syathari, e.
Harus menghormati semua wali Allah Swt. dan semua tarekat, f.
Harus mantap pada tarekatnya dan tidak boleh ragu-ragu, g.
Harus selamat dari mencela tarekat Syattariyah, h.
Harus berbuat baik kepada orang tua, i.
Harus menjauhi orang yang mencela tarekat Syattariyah, j.
Harus mengamalkan wirid-wirid aurad tarekat Syattariyah sampai akhir hayat.
Sementara larangan-larangan bagi seorang murid Syattariyah antara lain Masyhuri, 2011:295-296:
a. Mencaci, membenci, dan memusuhi Syeikh Abdullah Asy-Syathari.
b. Meremehkan wirid tarekat Syattariyah.
c. Memutuskan hubungan dengan mahluk tanpa ada izin syara‟, terutama
dengan sesama anggota tarekat Syattariyah. d.
Merasa aman dari murka Allah.
3. DzikirWirid
Setelah mengetahui kewajiban dan larangan sebagai murid Syattariyah, diharuskan untuk membaca dzikirwirid dari tarekat Syattariyah. Adapun
dzikir tersebut dikenal tujuh macam dzikir yang disesuaikan dengan tujuh
103
macam nafsu pada manusia. Ketujuh macam dzikir tersebut ialah sebagai berikut Masyhuri, 2011:279:
a. Dzikir thawaf, yaitu dzikir dengan memutar kepala, mulai dari bahu kiri
menuju bahu kanan, dengan mengucapkan laa ilaha sambil menahan nafas. Setelah sampai di bahu kanan, nafas ditarik lalu mengucapkan
illalallah yang dipukulkan ke dalam hati sanubari yang letaknya kira- kira dua jari di bawah susu kiri, tempat bersarangnya nafsu lawamah.
b. Dzikir Nafi Itsbat, yaitu dzikir dengan laa ilaha illallah, dengan lebih
mengeraskan lafal nafi laa ilaha-nya, ketimbang lafal itsbat illallah- nya.
c. Dzikir Itsbat Faqat, yaitu dzikir dengan lafal illallah, illallah, illallah,
yang dihujamkan ke dalam sanubari. d.
Dzikir Ismu Dzat, yaitu dzikir dengan lafal Allah, Allah, Allah yang dihujamkan ke tengah-tengah dada, tempat bersemayamnya ruh yang
menandai adanya hidup dan kehidupan manusia. e.
Dikir Taraqqi, yaitu dzikir Allah Hu, Allah Hu. Dzikir Allah diambil dari dalam dada dan Hu dimasukkan ke dalam Baitul Makmur otak,
markas pikiran. Dzikir ini dimaksudkan agar pikiran selalu tersinari oleh cahaya Ilahi.
f. Dzikir Tanazul, yaitu dzikir Hu Allah, Hu Allah. Dzikir Hu diambil dari
Baitul Makmur dan dzikir Allah dimasukkan ke dalam dada. Dzikir ini dimaksudkan agar seorang salik senantiasa memiliki kesadaran yang
tinggi sebagai insan Ilahi.
104
g. Dzikir Isim Ghaib, yaitu dzikir Hu, Hu, Hu, dengan mata dipejamkan
dan mulut dikatupkan kemudian diarahkan tepat ke tengah-tengah dada menuju ke arah kedalaman rasa.
Ketujuh macam dzikir tersebut bertujuan untuk memerangi tujuh macam nafsu yang bersemayam dalam tubuh manusia. Adapaun ketujuh macam
nafsu yang harus diperangi tersebut, yaitu Masyhuri, 2011:280: a.
Nafsu Ammarah, letaknya di dada sebelah kiri. Nafsu ini memiliki sifat- sifat meliputi senang berlebihan, hura-hura, serakah, dengki, dendam,
bodoh, sombong, pemarah, dan gelap tidak mengetahui Tuhannya. b.
Nafsu Lawwamah, letaknya dua jari di bawah susu kiri. Sifat-sifat nafsu ini ialah riya pamer,
‘ujub sombong, ghibah menggosip, dusta, pura-pura tidak tahu kewajiban.
c. Nafsu Mulhimah, letaknya dua jari dari tengah dada ke arah susu kanan.
Sifat-sifatnya antara lain dermawan, sederhana, qana’ah, belas asih,
lemah lembut, tawadhu rendah hati, taubat, sabar dan tabah menghadapi segala kesulitan.
d. Nafsu Muthmainnah, letaknya dua jari dari tengah-tengah dada ke arah
susu kiri. Sifat-sifatnya, yaitu senang bersedekah, tawakkal, senang ibadah, syukur, ridha menerima segala kehendak Tuhan, dan takut
kepada Allah Swt. e.
Nafsu Radhiyah, letaknya di seluruh jasad. Sifat-sifatnya ialah zuhud, wara’, riyadhah, dan menepati janji.
105
f. Nafsu Mardhiyah, letaknya dua jari ke tengah dada. Sifat-sifatnya, yaitu
berakhlak mulia, bersih dari segala dosa, rela menghilangkan kegelapan mahluk.
g. Nafsu Kamilah, letaknya di dalam dada yang paling dalam. Sifat-
sifatnya yaitu ilmul yaqin, ‘ainul yaqin, dan haqqul yaqin. Nafsu ini
merupakan tingkatan nafsu yang tertinggi karena berkaitan dengan aspek ketauhidan mengesakan Allah dengan sebenar-benarnya.
Sebagaimana tarekat lainnya, tarekat Syattariyah menonjolkan aspek dzikir di dalam ajarannya untuk memerangi nafsu yang tujuh tersebut. Tujuannya
ialah mencapai kehidupan asketisme zuhud secara kaffah menyeluruh.
4. Pandangan Filosofis Tarekat Syattariyah