Rumusan Masalah Gambaran sarana proteksi aktif di gedung rektorat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2015

kebakaran yang efektif dan siap guna. Selain itu juga, penelitian ini dilakukan dengan melihat secara langsung kondisi actual sarana proteksi aktif kebakaran. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif kuantitatif menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumen secara langsung terhadap sarana proteksi aktif kebakaran dan kemudian dibandingkan dengan peraturan yang berlaku seperti Permen PU No. 26 Tahun 2008 dan SNI Standar Nasional Indonesia. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebakaran

Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap dan gas yang ditimbulkan SNI03 –1736–2000. Menurut Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerja Ditjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan, kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki, boleh jadi api itu kecil tetapi tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran. Menurut Depnakertrans n.d dalam bukunya yang berjudul Training Material K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran menyatakan bahwa, kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang disertai dengan timbulnya api atau penyalaan. Bahan bakar dapat berupa bahan padat, cair atau uapgas akan tetapi bahan bakar yang terbentuk uap dan cairan biasanya lebih mudah menyala Depnakertrans, n.d. Dalam kebakaran, asap dan gas menjadi pembunuh utama. Korban dapat mengalami keracunan akut atau kronik dalam kebakaran karena menghirup gas beracun seperti gas CO, HCN, Pb dan Benzene yang dapat mengakibatkan leukemia. Pada umumnya zat-zat toksik tersebut masuk lewat pernafasan dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju ke organ-organ tubuh tertentu sehingga dapat langsung mengganggu fungsinya seperti hati, ginjal, paru-paru, dan lain-lain. Tetapi dapat juga zat-zat tersebut terakumulasi