Water Sprinkler Sistem Proteksi Aktif

semua pihak yang bersangkutan sebagai tanda bukti penyerahan pekerjaan. 6. Semua pengujian yang diminta dalam standar ini harus dilakukan oleh instalatur. Instalatur harus memberitahukannya terlebih dahulu sebelum pengujian dilaksanakan kepada pemilik dan pejabat yang berwenang. Apabila tidak ada petugas dari pihak yang berwenang dapat hadir pada waktu pengujian dan ijin pengujian telah diberikan, maka pengujian dapat dilaksanakan oleh pemilik atau orang yang ditunjuknya. Hasil pengujian harus diserahkan kepada pejabat yang berwenang untuk disahkan. 7. Air laut atau air lain yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan korosi tidak boleh dipergunakan untuk pengujian. 8. Jarak minimum antara dua kepala sprinkler tidak boleh kurang dari 2 m, kecuali jika ditempatkan penghalang pancaran antara kepala sprinkler untuk mencegah pembahasan kepala sprinkler lain oleh kepala sprinkler yang bekerja. Penghalang pancaran tersebut terdiri dari plat logam dengan lebar 200 mm dan tinggi 150 mm dan apabila dipasang di pipa cabang bagian atas, penghalang pancaran harus 50 ~ 75 mm di atas deflektor kepala sprinkler. 9. Jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal sistem bahaya kebakaran ringan tidak boleh melebihi 2,3 m dan dalam hal sistem bahaya kebakaran sedang atau sistem bahaya kebakaran berat tidak boleh melebihi dari 2 m. Apabila gedung tidak dilengkapi langit- langit, maka jarak kepala sprinkler dan dinding tidak boleh melebihi 1,5 m. 2.3 Kerangka Teori Berdasarkan telaah kepustakan dari berbagai sumber, menegaskan bahwa sarana proteksi aktif kebakaran merupakan sarana yang terintegrasi dan merupakan pencegahan dan perlindungan kebakaran tahap pertama. System prtoeksi aktif kebakaran meliputi system alarm kebakaran, system detektor kebakaran, system sprinkler, APAR dan Hidran. kerangka teori dapat dilihat dibawah ini: Gambar. 2.5 Kerangka Teori: Permen PU No. 20 Tahun 2009; Permen PU No. 26 Tahun 2008; SNI 03 3985 2000; SNI 03 3989 2000; dan SNI 03 1745 2000 SISTEM PROTEKSI AKTIF Sistem Hidran Sistem sprinkler Sistem Detektor Kebakaran Alat Pemadam Api Ringan APAR Sistem Alarm Kebakaran 34 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Sistem proteksi aktif menurut Permen PU No. 26 Tahun 2008 merupakan sistem proteksi kebakaran yang secara lengkap terdiri atas sistem pendeteksian kebakaran baik manual atau otomatis. Sarana proteksi kebakaran aktif terdiri dari alarm, hidran, detektor, sprinkler, dan APAR. Dalam penelitian ini elemen proteksi aktif yang ada di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akan diperiksa yang kemudian akan dibandingkan dengan peraturan yang berlaku dan dengan melakukan penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit kebakaran yang dilakukan oleh Saptaria et al 2005, setelah dilakukan penilaian maka selanjutnya diambil kesimpulan dari penelitian ini yaitu tingkat ketersediaan dan keefektifan sarana proteksi aktif kebakaran di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dapat dilihat dalam gambar 3.1 berikut: Gambar 3.1 Kerangka Konsep Sarana Proteksi aktif Tingkat Pemenuhan Terhadap Standar SNI-03-3985-2000 Alarm kebakaran Detektor kebakaran Permen PU Nomor 26 Tahun 2008 APAR H idran SNI 03 1745 200 No Istilah Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 1 Alarm kebakaran Tingkat pemenuhan elemen pendeteksian kebakaran pada Alarm kebakaran yang terdapat di gedung rektorat berdasarkan SNI -03-3985- 2000 Observasi dan Wawancara Check list, kuisioner, dan kamera Presentase 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 80 - 100 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 60 - 80 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian 60 4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali 0 . Saptaria et al tahun 2005 Ordinal 2 Detektor Tingkat pemenuhan elemen pendeteksian kebakaran, perancangan detector, pemasangan, serta pemeliharaan detektor kebakaran yang terdapat di gedung rektorat berdasarkan SNI -03-3985- 2000 Observasi wawancara dan dokumen Cheklist dan kuisioner, kamera Presentase 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 80 - 100 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 60 - 80 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian 60 4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali 0 Saptaria et al tahun 2005 Ordinal 3 APAR Tingkat pemenuhan elemen pemasangan, pemeliharaan serta pemakaian APAR yang terdapat di gedung rektorat berdasarkan Permen PU Nomer 26 tahun 2008 Observasi wawancara dan dokumen Cheklist dan kuisioner, meteran, timbangan, dan kamera Presentase 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 80 - 100 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 60 - 80 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian 60 4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali Saptaria et al tahun 2005 Ordinal

3.2 Definisi Operasional Tabel.3.1 Definisi Operasional

No Istilah Definisi Operasional Cara Ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur 4 Hidran Tingkat pemenuhan elemen pemasangan, penggunaan serta pemeliharaan Hidran yang terdapat di gedung rektorat berdasarkan SNI- 03-1745-2000 Observasi Wawancara dan dokumen Cheklist dan kuisioner, kamera, meteran Presentase 1. Baik : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 80 - 100 2. Cukup : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian antara 60 - 80 3. Kurang : apabila seluruh elemen yang dianalisa memiliki tingkat kesesuaian 60 4. Tidak : apabila tidak sesuai sama sekali 0 Saptaria et al tahun 2005 Ordinal Lanjutan tabel 3.1 38 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, alat ukur penelitian ini berupa penilaian kelayakan sistem proteksi kebakaran bangunan gedung dengan metode check-list dan lembar wawancara. Data yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan sistem proteksi kebakaran pada gedung tersebut, serta hasilnya akan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 26 Tahun 2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, SNI-03-3989-2000, SNI-03-3985-2000, dan SNI 03 1745 2000.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Gedung Rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Untuk waktu penelitian akan dilakukan pada Maret- Juni 2015.

4.3. Pengumpulan Data

Sumber data yang akan digunakan adalah data primer yang diperoleh dari hasil observasi terhadap alat proteksi aktif kebakaran yang ada dilapangan. Data primer ini meliputi keadaan aktual alat proteks i aktif kebakaran, seperti alarm kebakaran, detektor kebakaran, APAR dan Hidran. Data primer ini diambil dengan cara wawancara dan observasi dengan pengelola gedung terkait inspeksi dan pemeliharaan proteksi aktif kebakaran. Berikut ini cara pengambilan data penelitian :