Detektor Kebakaran Sistem Proteksi Aktif

Detektor Gas Gas Detector, adalah detektor yang bekerjanya berdasarkan kenaikan konsentrasi gas yang timbul akibat kebakaran ataupun gas-gas lain yang mudah terbakar SNI 03-3985-2000. Tanpa mempedulikan jenis dari detektor yang digunakan, detektor-detektor berikut perlu diganti atau perwakilan contohnya dikirim ke laboratorium pengetesan atau ke manufaktur untuk dilakukan pengetesan : a. Detektor di dalam sistem yang sedang diperbaiki untuk beroperasi setelah sekian lama tidak digunakan. b. Detektor yang terlihat mengalami korosi. c. Detektor yang telah dicat di lapangan, jika tidak merata adalah dari jenis yang ditemukan oleh pengetesan laboratorium bahwa terpengaruh oleh pengecatan. d. Detektor yang telah dibersihkan dari cat. e. Detektor yang telah pernah terpengaruh oleh kerusakan mekanis atau penyalah-gunaan yang sejenis. f. Detektor dimana sirkitnya telah pernah terpengaruh gelombang besar surya oleh tegangan berlebih atau kerusakan akibat petir. g. Detektor yang terpengaruh terhadap kodisi lain yang dapat secara permanen mempengaruhi operasinya, seperti lemak pelumas atau deposit lainnya atau atmosfir yang korosive. Berdasarkan SNI 03-3985-2000 ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: a Semua peralatan deteksi kebakaran harus didaftar atau disetujui sesuai dengan yang dirancang dan harus dipasang mengikuti standar ini. b Semua peralatan deteksi kebakaran yang menerima pasokan daya dari sirkit yang mengawali suatu unit kontrol alarm kebakaran harus didaftar listed untuk penggunaan dengan unit kontrol. Apabila dapat diterima oleh instansi yang berwenang, manufaktur dapat melengkapi informasi mengenai kompatibilitas dari peralatan deteksi dengan unit kontrol untuk memenuhi persyaratan ini. c Apabila disyaratkan oleh instansi yang berwenang, informasi lengkap tentang detektor kebakaran, termasuk persyaratan teknis dan gambar denah yang menunjukkan perletakan detektor harus disampaikan untuk disetujui sebelum pemasangan detektor. d Sebelum permohonan persetujuan akhir terhadap pemasangan dari instansi yang berwenang diberikan, kontraktor pemasang harus melengkapi dengan pernyataan tertulis yang menyatakan bahwa detektor telah dipasang sesuai dengan rancangan denah yang disetujui dan diuji sesuai spesifikasi manufaktur. e Akhir dari penyelesaian pemasangan harus dilakukan pengujian yang sesuai dengan standar ini dan pelaksanaannya harus dihadiri wakil dari instansi yang berwenang. f Detektor harus diproteksi terhadap kemungkinan rusak karena gangguan mekanis. g Pemasangan detektor dalam semua keadaan harus bebas dari pengikatannya terhadap sirkit konduktor. h Detektor tidak boleh dipasang dengan cara masuk ke dalam permukaan langit- langit kecuali hal itu sudah pernah diuji dan terdaftar “listed” untuk pemasangan seperti itu. i Detektor harus dipasang pada seluruh daerah bila disyaratkan oleh standar yang berlaku atau oleh instansi yang berwenang. Setiap detektor yang terpasang harus dapat dijangkau untuk pemeliharaan dan untuk pengujian secara periodik. j Apabila dipersyaratkan proteksi mencakup secara menyeluruh, maka detektor harus dipasang pada seluruh ruangan, lobi, daerah gudang, besmen, ruang di bawah atap di atas langit-langit, loteng, ruang di atas langit-langit yang diturunkan dan sub bagian lainnya dan ruang yang dapat dijangkau dan di dalam semua lemari tanam, saf lif, tangga tertutup, saf “dumb waiter”, dan pelongsor chute. Daerah yang tidak dapat dimasuki yang mengandung bahan mudah terbakar harus dibuat dapat dimasuki dan diproteksi oleh detektor-detektor. k Detektor harus juga disyaratkan dipasang di bawah tempat bongkar muat terbuka atau teras dan penutupnya, dan ruang di bawah lantai yang dapat dimasuki dari bangunan tanpa besmen. l Selama kode, standar, hukum, atau instansi yang berwenang mensyaratkan proteksi hanya daerah terseleksi saja, daerah yang disebutkan itu harus diproteksi mengikuti standar ini. m Terminal duplikat atau sejenisnya, harus disediakan pada setiap detektor kebakaran otomatik untuk penyambungan cepat ke dalam sistem alarm kebakaran melengkapi supervisi terhadap sambungan. Terminal atau kawat demikian adalah penting untuk menjamin terhadap terputusnya jaringan, dan sambungan individu dibuat ke dan dari terminal untuk sinyal dan pasokan daya. n Apabila warna keseluruhan dari suatu detektor sama dengan tanda kode warna yang disyaratkan untuk detektor itu, salah satu susunan berikut, dipakai warna yang kontras dan mudah dilihat setelah pemasangan, harus dibicarakan

2.2.6 Water Sprinkler

Sprinkler otomatis adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara otomatik memancarkan air, apabila pemancar kepala sprinkler terkena panas pada temperatur tertentu. Dasar perencanaan sistem sprinkler berbasis pada jumlah air yang dipancarkan oleh kepala sprinkler mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar, dengan mengacu pada standar klasifikasi hunian. Berdasarkan SNI 03-3989-2000 Tentang Tata Cara Perencanaan dan Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung, menyatakan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sistem sprinkler yaitu: 1. Semua ruang dalam gedung harus dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali ruang tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang seperti : a. Ruang Tahan Api b. Kamar Kakus c. Ruang Panel Listrik d. Ruangan Tangga dan Ruangan Lain yang dibuat khusus tahan api. 2. Gambar perencanaan harus dibuat dengan skala tertentu, pada kertas gambar yang berukuran sama dan harus memuat denah tiap lantai. Gambar perencanaan harus dapat diperbanyak dengan mudah. Hal- hal seperti dibawah ini harus tercantum dalam gambar perencanaan : a. Nama pemilik dan jenis hunian. b. Alamat. c. Klasifikasi bahaya kebakaran. d. Arah mata angina. e. Kontruksi atap dan langit-langit. f. Potongan gedung. g. Letak dinding tahan api. h. Letak dinding pemisah. i. Jenis hunian tiap ruang atau kamar. j. Letak tempat-tempat yang tertutup dan penyimpanan barang. k. Ukuraan pipa dan tekanan air bersih kota dan apakah merupakan ujung buntu atau jaringan melingkar. l. Penyedian air cara lain dengan tekanan atau gravitasi. m. Merk, ukuran lubang, dan jenis sprinkler. n. Suhu kerja dan letak sprinkler. o. Jumlah sprinkler pada tiap pipa tegak, jumlah sprinkler pada tiap sistem dan luas daerah yang dilindungi tiap lantai. p. Jumlah sprinkler pada setiap pipa tegak dan jumlah keseluruhan tiap lantai. q. Merk, model dan tipe tanda bahaya yang dipakai. r. Macam dan letak lonceng tanda bahaya hidrolis. s. Percabangan, nipel pipa tegak dan ukuran-ukurannya. t. Jenis penggantung. u. Semua katup kendali, pipa pengering, pipa uji. v. Slang kebakaran. w. Nama dan alamat instalatur. 3. Hanya kepala sprinkler 100 baru boleh dipasang. Bahan yang dipakai dalam pemasangan sistem sprinkler hanya bahan yang telah disetujui oleh pihak yang berwenang. 4. Pemasangan instalasi sprinkler harus dilaksanakan oleh instalatur yang telah mendapat pengesahan dari instansi yang berwenang. 5. Setelah pemasangan selesai harus diadakan pemeriksaan dan pengujian oleh instalatur dan disaksikan oleh pemilik dan pejabat yang berwenang. Instalatur dapat meninggalkan pekerjaan apabila semua cacat telah diperbaiki dan sistem sprinkler siap beroperasi. Berita acara serah terima harus dibuat dan ditanda tangani oleh semua pihak yang bersangkutan sebagai tanda bukti penyerahan pekerjaan. 6. Semua pengujian yang diminta dalam standar ini harus dilakukan oleh instalatur. Instalatur harus memberitahukannya terlebih dahulu sebelum pengujian dilaksanakan kepada pemilik dan pejabat yang berwenang. Apabila tidak ada petugas dari pihak yang berwenang dapat hadir pada waktu pengujian dan ijin pengujian telah diberikan, maka pengujian dapat dilaksanakan oleh pemilik atau orang yang ditunjuknya. Hasil pengujian harus diserahkan kepada pejabat yang berwenang untuk disahkan. 7. Air laut atau air lain yang mengandung bahan kimia yang dapat menyebabkan korosi tidak boleh dipergunakan untuk pengujian. 8. Jarak minimum antara dua kepala sprinkler tidak boleh kurang dari 2 m, kecuali jika ditempatkan penghalang pancaran antara kepala sprinkler untuk mencegah pembahasan kepala sprinkler lain oleh kepala sprinkler yang bekerja. Penghalang pancaran tersebut terdiri dari plat logam dengan lebar 200 mm dan tinggi 150 mm dan apabila dipasang di pipa cabang bagian atas, penghalang pancaran harus 50 ~ 75 mm di atas deflektor kepala sprinkler. 9. Jarak antara dinding dan kepala sprinkler dalam hal sistem bahaya kebakaran ringan tidak boleh melebihi 2,3 m dan dalam hal sistem bahaya kebakaran sedang atau sistem bahaya kebakaran berat tidak boleh melebihi dari 2 m. Apabila gedung tidak dilengkapi langit-