APAR Alat Pemadam Api Ringan

Sedangkan elemen APAR yang berada di gedung rektorat yang belum memenuhi persyaratan standar yaitu: a. APAR tidak digantung dan mempunyai label inspeksi. b. APAR tidak di gantung kokoh di pos satpam diletakan di lantai c. Tidak terdapat Label pemeliharaan yang di letakan pada bagian belakang d. Tidak Terdapat kartu pada APAR Menurut Permen PU nomer 26 tahun 2008 terkait pemeliharaan, perawatan dan pengisian ulang harus dilakukan oleh petugas yang terlatih, mempunyai manual perawatan menyeluruh, alat perkakas dari jenis yang cocok, bahan isi ulang, pelumas, dan rekomendasi manufaktur untuk penggantian bagian – bagian atau bagian yang khusus terdaftar untuk digunakan dalam APAR. Selain itu juga arsip harus dipelihara melalui etiket atau label yang ditempelkan pada APAR, lewat daftar simak inspeksi yang dipelihara pada arsip atau lewat metoda elektronik yang menjamin arsip tersimpan permanen. Menurut Permen PU no 24 tahun 2008 tentang Pedoman Pemeliharaan Dan Perawatan Bangunan Gedung, catatan inspeksi bulanan berisi alat pemadam api ringan yang diinspeksi, tanggal dan paraf personil yang melakukan, harus dimuat dalam label tag pemeliharaan yang dilekatkan pada alat pemadam api ringan tersebut. Menurut Canter dalam Ramachandran tahun 2003, bahwa penghuni harus sadar dan faham akan penempatan apar dan terlatih dalam menggunakan dan mampu dalam semua tipe dan ukuran apar. Sehingga dalam hal ini, pihak pengelola gedung rektorat harus senantiasa memperhatikan peletakan APAR. Dampak dari tidak adanya label pemeliharaan ini dapat membuat APAR dipakai tidak secara maksimal. Hal ini dikarenakan tidak terdokumentasikan dengan baik dan staf yang berkepentingan tidak dapat mengetahuinya dan untuk melakukan tindakan pemadaman bisa menimbulkan kegagalan. Menurut Ferguson 2005 APAR harus diberi label sehingga pengguna dapat dengan cepat mengidentifikasikan kelas dari bahaya kebakaran sehingga pemadaman akan efektif. Keandalan operasional dan kinerja inilah diperoleh dari perawatan rutin. sehingga kemampuan dalam menaggulangi bahaya kebakaran tidak lepas dari proses perawatan komponen APAR ini. Pemeliharaan APAR yang baik dan cara pemasangan yang sesuai dengan standar serta desainya merupakan kunci dari keselamatan dan perlindungan terhadap manusia serta aset yang dimilikinya Noegroho 2004. Sehingga sangatlah penting untuk melakukan pemeliharaan terhadap APAR yang ada digedung rektorat. Dengan cara membuatkan label pada APAR Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh trikomara 2012 menyebutkan bahwa APAR di gedung kantor bupati Indragiri Hilir masih kurang sehingga diperlukan memasang petunjuk penggunaan APAR bagi penghuni gedung untuk memudahkan dalam penggunaannya. Saran untuk pengelola gedung rektorat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dapat dilakukan dengan cara membuat APAR lebih efektif lagi dengan cara melakukan pemeliharaan dengan cara memberikan label pada APAR. Selain itu juga menambahkan jumlah APAR serta meletakan APAR disetiap lantai. Selain itu untuk APAR yang berada di ruang teknisi lebih baik diletakan di gedung rektorat

6.2.4 Hidran

Menurut Permen PU nomor 26 tahun 2008 hidran adalah alat yang dilengkapi dengan slang dan mulut pancar nozzle untuk mengalirkan air bertekanan, yang digunakan bagi keperluan pemadaman kebakaran gedung. Hidran yang terdapat di gedung rektorat dilengkapi dengan slang fire hose yang disambungkan dengan kepala selang yang tersimpan dalam kotak berwarna merah dan bertuliskan “HYDRANT’. Gedung rektorat memiliki dua hidran yang masing-masing berada pada sayap kanan dan sayap kiri gedung rektorat. Hal ini dapat memungkinkan perlindungan terhadap kebakaran lebih mudah. Selain itu juga hidran yang berada di gedung rektorat berada dekat dengan jalur mobil. Sehingga dalam keadaan darurat, dapat langsung dipompakan dengan sambungan mobil damkar. Dari tiga belas persyaratan mengenai hidran menurut SNI 03-3985-2000, ada sebelas persyaratan telah terpenuhi dan mendapatkan nilai scoring 80,7. Nilai scoring tersebut dari hasil penjumlahan data mengenai hidran yang sesuai dibandingkan dengan jumlah keseluruhan data. Menurut penilaian berdasarkan tabel tingkat penilaian audit tentang kebakaran yang dilakukan Saptaria et al 2005, maka dapat ditarik kesimpulan tingkat kesesuainnya adalah baik atau sesuai dengan Standar Nasional Indonesia. Elemen persyaratan yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia meliputi lemari hidran hanya digunakan untuk menempatkan peralatan kebakaran, Setiap lemari hidran di cat dengan warna yang menyolok mata, Setiap sambungan slang dan kotak hidran tidak terhalang, slang kebakaran dilekatkan dan siap untuk digunakan, hidran halaman diletakan di sepanjang jalur akses mobil pemadam kebakaran dan j arak hidran dengan sepanjang akses mobil pemadam kebakaran ≤ 50 meter dari hidran. Adapun syarat yang tidak dipenuhi yaitu tidak terdapatnya instruksi pemakaian. Hal ini depat mengakibatkan lamanya pengoperasian jika terjadi kebakaran. Selain itu juga tidak adanya intruksi yang jelas, akan menyusahkan kepada setiap penghuni atau karayawan dalam melakukan perlindungan dini. Hidran dalam gedung rektorat ada yang tidak terdapt nozel. Hal ini dikarenakan hilang. Kehilangan nozel oleh orang yang tidak bertanggung jawab ini, merupakan evaluasi pekerjaan rumah yang membuktikan segenap civitas akademika untuk saling menjaga fasilitas kampus terutama sarana proteksi akatif kebakaran. Perawatan hidran ini bermaksud supaya hidran bekerja dengan baik dan terpelihara serta slang dan nozel tertata rapi. Selain itu hidran yang berisi slang dan nozel ini harus terpelihara dan harus memiliki rak slang yang mengatur tata letak selang hidran agar tidak kusut Wibowo, 2001. Dampak dari tidak tersedianya nozel pada hidran di gedung rektorat, serta pemeliharaan rutin terhadap hidran ini dapat menimbulkan kesulitan dalam memadamkan kebakaran. Sehingga hidran yang ada tidak efektif untuk memadamkan kebakaran karena tidak adanya nozel. Perawatan yang masih kurang juga dapat menyebabkan kemungkinan macetnya hidran ketika mau digunakan. Ketidakefektifan hidran ini dapat menambah besarnya kebakaran karena bertambahnya waktu untuk memadamkan menjalarnya api. Kebakaran ini sendiri dapat menyebabkan banyak kerugian diantanya rusaknya fasilitas dan aset yang dimiliki UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selain itu, kebakaran juga dapat menimbulkan kerugian jiwa, materi maupun kerugian social. Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hesna et al tahun 2009 Evaluasi penerapan sistem keselamatan kebakaran pada bangunan gedung rumah sakit dr. M. Djamil padang. Mendapatkan hasil bahwa Hidran yang terdapat di dalam gedung telah sesuai standar tata cara pemasangan hidran SNI 03- 1745-1989. Namun pada gedung RRI Penyakit Dalam terdapat box hydrant yang masih kosong yang belum terisi selang air. Sedangkan untuk gedung lainnya terdapat box hydrant yang lengkap dengan isinya, tetapi kondisinya kurang terpelihara karena jarang digunakan. Saran yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola gedung rektorat yaitu untuk melengkapi sarana hidran yang berada di samping gedung rektorat depan Fakultas Dirasah Islamiyah dengan nozel guna mempermudah jika ada kejadian kebakran. Selain itu juga membuat intruksi pemakaian hidran serta melakukan pemeliharaan hidran.