Model Pengembangan Multimedia PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN TARI SURAKARTA UNTUK SISWA KELAS DELAPAN SMP N 2 GANTIWARNO.

27 Gambar 1. Bagan langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg Gall.

B. Pembelajaran Seni Tari Surakarta

1. Konsep Pendidikan Seni

Pada tahun 2006 mulai diterapkan kurikulum 2006. Sesuai dengan BSNP 2006 Kurikulum ini dikenal dengan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Dalam pendidikan seni terjadi perubahan nama menjadi SBK Seni Budaya dan Keterampilan, sedangkan di tingkat sekolah menengah dikenal dengan sebutan Seni Budaya. Pendidikan seni dalam kurikulum ini menekankan isi pembelajaran ialah apresiasi dan kreasi dengan menekankan pada materi seni lokal, nasional, dan mancanegara. Pendidikan seni melibatkan semua bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan cita rasa keindahan yang tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berapresiasi dan berkreasi melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran seni rupa,musik, tari, dan teater. Masing-masing mencakup materi Melakukan uji pelaksanaan lapangan Penelitian dan pengumpulan data Perencanaan Pengembangan produk awal Uji coba lapangan awal Merevisi hasil uji coba awal Uji coba lapangan Merevisi produk hasil uji coba Revisi produk akhir Diseminasi dan implementasi 28 sesuai dengan bidang seni dan aktivitas dalam gagasan-gagasan seni, keterampilan berkarya seni serta berapresiasi dengan memperhatikan konteks sosial budaya masyarakat Diknas, 2004:3. Menurut Soedarso 1990: 80 bahwa mengenali secara baik hasil karya seni, orang akan mengagumi para penciptanya, karena seni memiliki aspek regional dan juga universal sifatnya, maka seni dapat memupuk kecintaan bangsa sendiri sekaligus sesama manusia. Hal tersebut dapat menjadikan sebuah kompetensi regional seni budaya yang dimasukan sebagai bagian dari sistem pengajaran disekolah-sekolah umum, khususnya seni tradisional Muatan Lokal, yang keberadaannya memiliki arti untuk menghormati keragaman seni yang banyak tumbuh di Indonesia sebagai puncak-puncak kebudayaan daerah menunjukan keanekaragaman budaya kita tetapi tetap satu. Proses pembelajaran yang ada di sekolah khususnya mata pelajaran Seni dan budaya dapat menjadikan siswa sebagai seorang seniman. Menurut Herbert Read 1958 proses pendidikan seyogyanya mengembangkan potensi peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang indah dan memberi kepuasan. Sesuatu yang diciptakan itu dapat berwujud ide atau karya, dapat bersifat teoritis maupun praktis. Orang yang mampu menciptakan sesuatu yang indah dan memuaskan pastilah merupakan orang yang terampil, sensitif, dan penuh imajinasi. Sesuai pandangan dari Hebert Read di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan tidak hanya mencetak lulusan siswa yang pandai akantetapi juga mencetak lulusan yang memiliki sebuah karakter yang dapat menciptakan ide berupa teoritis maupun praktis. 29 Proses pembelajaran Seni dan Budaya tidak terlepas pada aspek tentang menilai sebuah karya seni. Peserta didik dijadikan sebagai subjek yang dapat mengapresiasi karya seorang seniman. Proses terjalinnya hubungan antara penikmat dan ekspresi seni seorang seniman disebut apresiasi. Kegiatan menyerap dengan panca indera, menanggapi, menghayati sampai kepada menilai karya eskpresi seni seniman . Dalam konteks pendidikan „belajar dengan seni,‟ „belajar melalui seni,‟ dan „belajar tentang seni‟. Segala bentuk kegiatan apresiasi seni secara umum bertujuan untuk mendidik siswa memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tidak hanya sekedar untuk bidang seni sendiri akan tetapi pengalaman apresiasi seni pada usaha untuk mengembangkan manusia berkarakter yang dapat memainkan peranan yang sangat fundamental dimana cita-cita suatu Bangsa dan Negara dapat diraih. Melalui pembelajaran apresiasi seperti ini pendidikan Seni dan Budaya tidak akan kehilangan relevansi program pembelajaran terhadap kepentingan peserta didik karena melalui pembelajaran apresiasi sudah pasti seorang seniman tindak mungkin besar tanpa peranan para pendukungnya dan seniman memahami sesungguhnya dengan bekerja sama akan menghasilkan karya yang baik serta karya seni penting diapresiasi untuk menjalin kepentingan dan nilai hubungan dengan penikmatnya.

2. Tujuan Pembelajaran Tari Surakarta

Pembelajaran Tari Surakarta merupakan bentuk pendidikan yang berfungsi untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang dapat menghargai 30 kebudayaan sehingga dapat melestarikan kebudayaan tersebut khususnya seni tari. Menurut Nyoman S. Degeng 2013: 39 tujuan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua jenis, sejalan dengan dua jenis strategi pengorganisasian pembelajaran yang ada strategi makro dan mikro, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Oleh karena itu sejalan dengan pernyataan dari Degeng maka pembelajaran dari mata pelajaran Seni dan Budaya juga mencakup dua tujuan yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Menurut Nyoman S. Degeng 2013: 39 tujuan umum pembelajaran mengacu pada keseluruhan isi bidang studi, yaitu pada struktur orientasi atau struktur ganda bidang studi. Tujuan umum pembelajaran dapat diartikan bahwa hasil yang akan dicapai dilihat dari semua struktur yang ada dalam sebuah bidang studi. Tujuan ini juga akan mempengaruhi strategi pengorganisasian secara makro sehingga dapat mencakup segala aspek yang terdapat pada suatu sistem pembelajaran dari sebuah bidang studi. Tujuan umum dibagi menjadi dua untuk keperluan mempreskripsikan strategi pengorganisasian pembelajaran yang optimal. Menurut Nyoman S. Degeng 2013: 40 tujuan umum pembelajaran dapat dipilah menjadi dua, yaitu: a. Tujuan Orientatif Tekanan utama dari pembelajaran yang berkaitan dengan pemahaman struktur orientasi isi bidang studi, yaitu mencakup keseluruhan konstruk penting serta kaitan-kaitannya. Tujuan orientatif ini juga dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: