Berkenaan dengan sejarah berdiri PPP, Asas Paertai Islam PPP,visi
politik merupakan
implementasi dari
tugas manusia
laki-laki atau
perempuansebagai khalifah fil ardl. Tugas bersama yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan; satu dengan yang lain mesti bermitra. Allah SWT telah
menegaskan dalam surat At-Taubah ayat 71 ت م
م يقي
ع ي ف ع ب
م ي ضعبء ي أ م عب ص
ت ي سر ه عيطي ك
ه ه م ح يس ك أ
ه ب ب ت مي ح ي ع
۱۷ Artinya: Dan orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, sebagian mereka
adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Merekan itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha Bijaksana
Q.S at-Taubah {9} : 71
Ayat ini menjelaskan secara lebih spesipik dengan penyebutan laki-laki mukmin dan perempuan mukmin untuk melakukan salah satu bentuk aktifitas
politik, yaitu amar ma’ruf nahi munkar. Ayat ini lebih mempertegas lagi bahwa sebagian bagian dari masyarakat, laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban
dan mempunyai hak melakukan hal yang baik untuk publik. Terbukti keduanya berhak menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar,
mencakup segala segi kebaikan, termasuk memberi masukan dan kritik terhadap penguasa.
2
Ditegaskan pula bahwa bidang politik merupakan bagian dari pergaulan sosial kemasyarakatan, maka perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan
laki-laki, tidak terdapat pengistimewaan yang didasarkan pada perbedaan jenis
2
Istibsyaroh.Hak-hak Perempuan; Relasi Gender Menurut tafsir Al- Sya’rawi,
Jakarta:Teraju 2004, h. 182-183
kelamin. Sangatlah jelas bahwa dalam Islam, perempuan dan laki-laki mempunyai fungsi, dan eksistensi yang sama dimata Allah SWT. Dan posisi laki-laki dan
perempuan juga sama dalam bidang publik, tidak ada peraturan dalam Islam, yang secara tekstual menempatkan perempuan sebagai second person.
3
Pergeseran sosiologis akibat sosial budaya dan kondisi yang senantiasa berubah menjadikan pemahaman atau interpretasi terhadap ajaran Islam menjadi
lebih dinamis. Karena sifat elastisitas dan dinamika bahasa, maka sesuatu yang wajar bila penafsiran terhadap sebuah teks selalu berkembang dan tidak selalu
melahirkan pemahaman tunggal, begitu pula dengan subtansi ayat dalam surat An- Nisa ayat 34.
مأ م قف ب ضعب ي ع م عب ه ف ب ء س ي ع م ق ج
ق تح ص ف م ت
فح ظ
ت ه ظفح ب بيغ
يف ه ر جه ه ظعف ه ش ف خت يب عج
غ ت اف م ع ف ه ب ض ء س ت ي ك ي ع ك ه اي س ي ع
۴۳ .
Artinya: kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka laki-laki atas sebagian yang lain wanita,
dank arena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka sebab itu maka wanita yang sholeh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara
diri [289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka [290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya [291], maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya [292] .sesungguhnya Allah maha tinggi lagi maha besar. QS. An-Nisa :34.
Kalimat ar-rijal qawamun ala an-nisa yang terdapat dalam surat di atas,
selalu menjadi salah satu alasan dasar normatif superrioritas laki-laki atas perempuan. Dalam tafsir al-Manar disebutkan, bahwa laki-laki lebih utama dari
pada perempuan, sehingga lebih pantas untuk memimpin. Argumen yang
3
Tari Siwi Utami, Realitas Politik Perempuan Di Indonesia, Dalam Proseding Seminar Internasional, Keterwakilan Perempuan dan Sistem Pemilihan Umum, Jakarta: National
Demokratis Pemberdayaan Perempuan RI, 2001, h. 106