12
BAB II PERAN PEREMPUAN DALAM PARTAI POLITIK
A. Perempuan Dalam Perspektif Islam
Masalah kepemimpinan perempuan sampai saat ini masih juga menjadi sebuah kontroversi yang menimbulkan perdebatan menarik. Apakah kepemimpinan di
dalam rumah tangga atau di arena publik. Kepemimpinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan berkeluarga ataupun bermasyarakat dan bernegara.
1
Al- Qur’an menempatkan perempuan pada posisi sederajat dengan fitrahnya
laki-laki dalam aktivitas kehidupan bermasyarakat. Namun kenyataannya data menyebutkan, bahwa perempuan di Indonesia yang menjadi kepala keluarga, 1
dari 10 kepala keluarga miskin adalah kepala keluarga perempuan yan diperkirakan jumlahnya 1,2-1,5 juta jiwa dan rata-rataberpendidikan tidak tama
SD. Hal ini pula pernah ditegaskan oleh data dari badan pusat statistik tahun 1999, sebagaimana dilaporkan dalam harian umum Media Indonesia, bahwa 13,2
rumah tangga di Indonesia dikepalai oleh perempuan Di masa Rasul SAW.perempuan sudah banyak tampil sebagai sosok yang
dinamis. Hal ini di dorong oleh semangat kitab suci Al- Qur’an yang memberi
jaminan pada perempuan berpartisipasi dan berkiprah dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat; termasuk di dalamnya peran public sebagai pemimpin.
Dalam ajaran Islam adalah merupakan tugas setiap muslim sebagai umat Muhammad SAW .yaitu
amar ma’ruf nahi munkar, sebagai tanggung jawab dan amanah bersama dalam rangka memperbaiki kehidupan sosial. Sehingga kiprah
1
Subhan zaitunah, Menggagas Fiqih Pemberdayaan Perempuan, Jakarta: LKIS Pelangi Aksara. 2004,cet-1, h. 93
politik merupakan
implementasi dari
tugas manusia
laki-laki atau
perempuansebagai khalifah fil ardl. Tugas bersama yang harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan; satu dengan yang lain mesti bermitra. Allah SWT telah
menegaskan dalam surat At-Taubah ayat 71 ت م
م يقي
ع ي ف ع ب
م ي ضعبء ي أ م عب ص
ت ي سر ه عيطي ك
ه ه م ح يس ك أ
ه ب ب ت مي ح ي ع
۱۷ Artinya: Dan orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan, sebagian mereka
adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh mengerjakan yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Merekan itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha Bijaksana
Q.S at-Taubah {9} : 71
Ayat ini menjelaskan secara lebih spesipik dengan penyebutan laki-laki mukmin dan perempuan mukmin untuk melakukan salah satu bentuk aktifitas
politik, yaitu amar ma’ruf nahi munkar. Ayat ini lebih mempertegas lagi bahwa sebagian bagian dari masyarakat, laki-laki dan perempuan memiliki kewajiban
dan mempunyai hak melakukan hal yang baik untuk publik. Terbukti keduanya berhak menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar,
mencakup segala segi kebaikan, termasuk memberi masukan dan kritik terhadap penguasa.
2
Ditegaskan pula bahwa bidang politik merupakan bagian dari pergaulan sosial kemasyarakatan, maka perempuan memiliki kesempatan yang sama dengan
laki-laki, tidak terdapat pengistimewaan yang didasarkan pada perbedaan jenis
2
Istibsyaroh.Hak-hak Perempuan; Relasi Gender Menurut tafsir Al- Sya’rawi,
Jakarta:Teraju 2004, h. 182-183