dibandingkan dengan laki-laki dan perempuan normal  BB Peeters  et al, 2003.
2.2.7 Hubungan Obesitas dengan Sindroma Metabolik Simet
Di AS prevalensi simet  meningkat sesuai peningkatan  epidemik obesitas Houston et al,  2005. Peningkatan ini bersamaan dengan intoleransi glukosa, DM Tipe 2, inflamasi vaskular dan keadaan
prothrombosis Schindler, 2007.National Health and Nutrition Examination Survey
NHANESmelakukan survei terhadap  8.814 orang dan diketahui prevalensi simet hampir 7 dan lebih 40 pada usia 20-29 tahun dan 60-69 tahun. Yang menarik adalah prevalensi simet
pada perempuan Afrika-Amerika dan perempuan Meksiko-Amerika adalah 57 dan 26. Keduanya  lebih tinggi dibandingkan  dari pada  laki-laki. Dari populasi 9.140 orang di Eropa dengan menggunakan definisi WHO prevalensinya adalah 32 pada laki-laki yang berusia 60-69 tahun. Perbedaan prevalensi
antara Amerika Serikat dan Eropa bukan karena genetika saja tetapi juga karena  pengaruh lingkungan
2.3 Pengobatan Obesitas  Sindroma Metabolik Simet
Ford  et al, 2002. Insiden  Simet pada dewasa muda adalah 50 dan akan meningkat sesuai dengan keparahan obesitas Must et al,  1999.
Secara umum tujuan pengobatan obesitas adalah membuat keseimbangan energi negatif untuk menurunkan cadangan fat  dan membuat tubuh lebih sesuairamping. Tujuan lainnya adalah untuk
menurunkan  fat  perut, memperbaiki risiko kesehatan, penyakit penyerta, kwalitas hidup dan angka kematian. Pengobatan obesitas bersifat  individual yang bergantung pada usia, jenis kelamin,derajat
obesitas, risiko kesehatan, kelainan metabolik dan perilaku kejiwaan. Sebelum pengobatan obesitas harus ditentukan juga tujuan yang realistik bahwa dengan
menurunkan BB 5-15 akan menurunkan risiko kesehatan secara signifikan dan jika tidak realistik maka akan terjadi kegagalan dalam menurunkan BB
Hainer  et al, 2008. Mempertahankan penurunan BB selama dua tahun dapat menurunkan TD, memperbaiki profil lipid, dan menurunkan risiko diabetes Sjostromet al, 1997. Dari National Health
Interview  Survey dietahui bahwa menurunkan BB secara intensif selama 9 tahun akan menurunkan mortalitas  dengan hazard rate ratio 24
Gregg et al, 2003.
2.3.1 Diet
Pengaturan BB bermanfaat untuk seluruh komponen simet  termasuk terhadap adiposit, dislipidemia, hipertensi, RI, dan hiperglikemia Pasanisi et al, 2001. Besarnya penurunan BB tidak perlu
drastis.  Finnish Diabetes Prevention Studymenunjukkan bahwa intervensi gaya hidup sederhana secara signifikan mengurangi prevalensi Simet dibandingkan kelompok kontrol Ilanne-Parikka et al, 2008.Dari
Diabetes Prevention Programe DPP  terdapat penurunan 41 kejadian Simet  dengan intervensi gaya hidup yang  intensif Orchard et al, 2005. Penurunan BB sebesar 5-10 dari BB semula secara signifikan
dapat  mengurangi TG dan meningkatkan HDL  Van Gaal  et al, 1997,  dapat  menurunkan gula darah puasa, insulin, dan  A1C Wing et al, 1987. Penurunan masukan energi 2,5 MJhari akan menurunkan
Universitas Sumatera Utara
BB 2,5 kgbulan. Dari 16 kajian metanalisis, perlakuan diet rendah fat tanpa pengurangan asupan energi
juga akan menurunkan BB Astrup et al, 2000 . PHM dari Diabetes Prevention Program Research Group
menunjukan bahwa selain meningkatkan aktivitas fisik, persentase fat yang lebih rendah diprediksi dapat menurunkan BB selama 3,2 tahun  Hamman  et al, 2006. Dari Swedish Obesity Study penurunan BB 5-
10 menunjukan perubahan TD,  TG, dan peningkatan HDL.  Kolesterol total tidak menunjukan perubahan sebelum penurunan BB melebihi 20. Terhadap   sebahagian penyakit penyerta dengan
menurunkan BB 10 cukup signifikan memperbaiki faktor risiko Sjostromet al, 1997.
Ada berbagai macam diet  untuk menurunkan BB tetapi hanya sedikit peneliti yang merekomendasi satu diet untuk keseluruhannya.  Dengan membandingkan empat jenis  diet,  yaituAtkins  rendah
karbihidrat,  Zone tinggi protein, rendah karbohidrat, Ornish sangat rendah fat, dan Weight Watchers, ternyata  hasilnya tidak ada perbedaan yang  signifikan dalam menurunkan BB selama satu tahun
Dansinger et al, 2005. Sebalikya peneliti lain mendapatkan bahwa penurunan BB lebih besar dengan diet rendah karbohidrat selama tiga bulan, tetapi setelah satu tahun tidak berbeda secara signifikan Foster et
al, 2003. Diet tinggi  protein  dapat menyebabkan penurunan BB, tetapi memerlukan penelitian lebih luas untuk mendukung hipotesis  ini Due et al, 2004. Cara lain untuk menurunkan BB adalah dengan
mengurangi kandungan fat. Data dari  Women’s Health Initiative Randomized Controlled Dietary Modification Trial pada 19.541 perempuan dibandingkan  29.294 perempuan kontrol,menunjukan adanya
korelasi yang signifikan diet rendah fat, banyak buah-buahan,  sayuran, dan bijianHoward  et al,
2006.Diet rendah kalori DRK yang mengandung 1000-1200 kkalhari dapat menurunkan BB total 8 selama 3-12 bulan katagori A. Diet sangat rendah kalori DSRK yang mengandung 400-500 kkalhari
lebih besar menurunkan BB dibanding DRK  tetapi dalam jangka waktu lama lebih satu tahun hasilnya tidak berbeda dengan DRK. Fase aktif DSRK diberikan selama 12-16 minggu kemudian dilanjutkan
dengan DRK selama 24 minggu sampai 5 tahun. DSRK dengan atau tanpa terapi perilaku dapat menurunkan BB 13-23 kg NIH, 1998. Indeks glikemik yang rendah juga memunyai  peranan dalam
menurunkan BB Slabber et al, 1994. Komposisi diet  yang  dianjurkan  untuk pengobatan obesitas terdiri dari fat30, karbohidrat 55, dan
protein 25 dari asupan makanan harian,  ditambah  tinggi serat 25 ghari. Penurunan masukan energi 2,5 MJhari akan menurunkan BB sebesar 2,5 kgbulan Hainer et al, 2008.  Dari enam belaskajian
metanalisis,  dengan perlakuan diet rendah fatwalaupun  tanpa pengurangan asupan energi juga akan menurunkan BB Astrup  et al, 2000.  Kajian intervensi pola hidup dari  Diabetes Prevention  Program
Universitas Sumatera Utara
DPP Research Group  menunjukan bahwa dengan  menurunkan persentase diet fat  diprediksi dapat menurunkan BB selama 3,2 tahun,  selain meningkatkan latihan jasmani Hamman  et al, 2006. Tetapi
enamkajian metaanalisis  lain tidak mendapatkan efek diet rendah fat terhadap penurunan BB Pirozzo et al, 2003. Data dari Swedish Obesity Studymenunjukan bahwa penurunan BB 5-10  akan memperbaiki
TD, TG dan dapat meningkatkan HDL. Jika  penurunan BB melebihi 20, baru   terjadi perubahan kolesterol total. Menurunkan BB 10 sebahagian penyakit penyerta dapat diperbaiki Sjostromet al,
1997 dan  menurunkan BB 5 saja sudah dapat menurunkan risiko timbulnya DM Tipe 2  secara signifikan pada seseorang yang berisiko tinggi.
a Karbohidrat
United States Departement of Agriculture USDA dan  Institute of Medicine IOM merekomendasikan asupan karbohidrat 45-65 dari total kalori USDA, 2005. Rekomendasi ini sesuai
untuk sebagian besar populasi karena konsumsi total karbohidrat belum terbukti berhubungan dengan DM Tipe 2 atau Simet  McKeown  et al,  2004. Diet karbohidrat ada dua kategori, yaitukatagori   kompleks
mencakup sebahagian besar asupan karbohidrat, sedangkan yang  katagori  sederhana terutama dalam bentuk gula dan ini juga harus dibatasi USDA, 2005. Indeks glisemik banyak menarik perhatian dalam
mengelompokkan karbohidrat yang baik atau buruk untuk risiko penyakit.  Makanan rendah indeks glisemik tidak meningkatkan komponen simet termasuk hiperlipidemia dan hiperglikemia Jenkins et al,
2002, sedangkan indeks glisemik yang lebih tinggi terbukti berhubungan positif dengan RI dan prevalensi SimetMcKeown  et al,2004.  Untuk individu dengan risiko simetdisarankan melaksanakan diet
karbohidrat dengan serat 14g1000 kalori yang dikonsumsi setiap hari dan rendah gula sebesar 2,5 dari asupan kalori total.
b Protein
Untuk pasien Simet  jarang  dijumpai terdapat data mengenai asupan protein yang sesuai. Dari kajianAtherosclerosis  Risk in Communities ARIC
didapati bahwa konsumsi protein yang direkomendasi
adalah 10-35 dari total asupan kalori Lutsey et al, 2008.
c Fat
Sejak NHANESmelakukan survei pada tahun 1971 persentase konsumsi fat  di AS telah menurun dari 36,9-32,8 pada laki-laki dan 36,1-32,8  padaperempuan menjadi 20-35, sehingga mendekati
asupan  fat  dalam rentang yang direkomendasikan Ford  et al,2004.  Nurses Health Study melaporkan bahwa 5 peningkatan konsumsi fat jenuh dikaitkan dengan 17 peningkatan risiko koroner, sedangkan
fat  tidak jenuh tunggal dan ganda berbanding terbalik dengan PJK Hu  et al, 1997.Cara praktis untuk
Universitas Sumatera Utara
menghitung atau mengukur persentase asupan makanan untuk pola hidup sehat, dapat digunakan petunjuk Guloh Cisar dibawah ini Tjokroprawiro, 2008 gambar 2.13.
ASK-DNC JAS-BUKKET
: J erohan, Alkohol, Sarden - Burung Dara, Unggas, Kaldu, Kacang-kacangan, Emping, Tape
Bowels, Alcohol, Sardines - Pigeon, Fowls, Meat-Broth, Peanuts, Beaten Nut, Fermented Cassava
C I
S A
R
6 7
8 9
10 AVOID INACTIVITIES;
DO EXERCISE: REGULAR CHECK-UP
STOP CIGARETTE SMOKING TAKE 6-7 HOUR SLEEPDAY STRESS WILL BE MINIMIZED
STOP ALCOHOL
+300 kcald or 3 km
walk
+Sit up 50-200 xday
G U
L O
H
1 2
3 7
8 CONSUME LOW LIPID DIET: TEK-KUK-CS2
RESTRICT PURINE U INTAKE : JAS-BUKKET
LIMIT SUGAR or GLUCOSE CONSUMPTION No  OBESITY  WC :
♂ 90cm    ♀ 80cm CHECK BLOOD PRESSURE REGULARLY
for HYPERTENSIVE Pts Less than  3  g Saltday
PRACTICAL DAILY GUIDELINES FOR HEALTHY LIFESTYLE
GULOH–CISAR :  10  THERAPEUTIC LIFESTYLE CHANGES TLC
S
Clinical Experiences : Tjokroprawiro 1995-2010
TEK-KUK-CS2 : TE
lor, Keju - Kepiting, Udang, Kerang - Cumi, Susu, Santen
Egg, Cheese - Crab, Shrimp, Mussel - Squid, Milk, Coconut - Juice MetS  DM are
More Sensitive to Na–Intake
Recommended Food Supplements : Green Bean, Onions, Green Tea, Pepper, ARGININE, TKW-PJKA-BK
Regular Exercise plus Moderate Caloric Restriction Minus 13 of Total Calories to Reach Targeted WC
MABUK : Mrica, Apel, Brokoli, Udang, Kacang-kacangan  Chromium is Beneficial for
Rich in Chromium Pepper, Apple, Brocoli, Shrimp, Peanuts
the MetS plus DM
G  = Glucose C  = Cigarette
U = Uric Acid I = Inactivity
L  = Lipids S  = Stress
O  = Obesity A  = Alcohol
H  = Hypertension R  = Regular Check Up
18
Gambar 2.13 Petunjuk Praktis dari  Pola Hidup Mandiri untuk hidup sehat Clinical Experience; Tjokroprawiro 1995-2010
d Natrium
Selain diet untuk penurunan BB, ada diet lain yang berhubungan dengan pengaturan TD Appel et al, 2006. Terdapat  hubungan  positif antara asupan natrium  dengan TD dan pembatasan natrium telah
terbukti menjadi strategi penting untuk pencegahan dan pengobatan hipertensi Johnson et al,2001.
2.3.2 Latihan Jasmani