6.4 High Sensitive C-reactive Protein hs-CRP
hs-CRP  merupakan penanda inflamasi ringan yang sensitif, maka direkomendasikan untuk  digunakan  pada penelitian di klinik Pearson et al, 2003. Peningkatan hs-CRP berhubungan dengan PJK, PAD, PKV, strok iskemik,
dan hipertensi. Pendekatan nonfarmakologi yang efektif untuk menurunkan hs-CRP adalah menurunkan BB Ridker  et al, 2003.
Pemberian insulin sensitizer metformin pada DM Tipe 2 dapat menurunkan glukosa puasa, A1c, dan inflamasi yang diketahui dengan mengukur hs-CRP. Review dari
Elisabeth  et al  2007 mendapatkan bahwa penurunan CRP dapat terjadi bersamaan dengan penurunan BB, tetapi hasil ini berbeda jika dibandingkan
dengan  penelitian  De Luis 2008. Peneliti lain terhadap dua belaspasien DM yang terkontrol buruk dan dengan
penambahan metformin  pada terapi sulfonilurea selama empat bulan dapat menurunkan CRP sebesar 33 .
Tidak ada efeknya terhadap LDL, HDL, TG, atau PAI-1
Chu et al, 2002 dan Dandona, 2008
. Pada  penelitian ini setelah minggu ke-12,  penurunan  hs-CRP  pada kelompok PHMsignifikan  sedangkan pada
kelompok PHMP tidak. Kemungkinan perbedaan hasil ini karena perbedaan pasien dan waktu yang lebih singkat dibandingkan penelitian sebelumnya.
6.5 Insulin
Insulin dan AMPK bekerja satu arah dengan cara menekan aktivasi hormone-sensitive lipase  HSL di adiposit Corton et al, 1995. Insulin dan insulin like growth factors signal diaktifkan oleh nutrien sedangkan AMPK oleh sel
yang lapar. Pada mammalia insulin dapat menyebabkan sintesis  lipid, protein,  dan glikogen,  sedangkan AMPK sebaliknya Inoki  et al, 2003.
Kombinasi diet dan latihan jasmani terhadap  perempuan  yang  obesitas dapat menurunkan insulin puasa atau TTGO Jansen et al, 2002.
Pada  penelitian ini setelah minggu ke-12,  penurunan kadar insulin pada  kelompok PHMP dan PHMM  maupun perbandingan PHMP vs PHMMtidak signifikan. Kemungkinannya adalah dibutuhkan penurunan BB yang lebih
besar untuk mengevaluasi perubahan insulin pada simet.
Universitas Sumatera Utara
6.6 Homeostasis Model Assessment HOMA
Selama melaksanakan beberapa jam latihan jasmani terjadi peningkatan kecepatan ambilan glukosa oleh rangsangan insulin secara invivo Helmrich et al,  1991. Dasar fenomena molekuler ini belum
diketahui secara lengkap karena bergantung pada berbagai faktor termasuk konsentrasi glikogen, hormonal, dan mekanisme dari
autokrinparakrin. Hipotesis  mekanisme sellular yang menyebabkan peningkatan sensitivitas insulin setelah
latihan jasmani adalah peningkatan signal insulin, namun tidak merubah ikatan insulin dengan reseptornya Treadway et al, 1989. Latihan jasmani saja dapat memperbaiki sensitivitas insulin Kim et al, 2007, menurunkan
fat total, abdominal, viseral, dan RI walaupun tanpa restriksi kalori Ross et al, 2004. Penelitian lain bahwa diet
dengan atau tanpa latihan jasmani juga dapat menurunkan RI secara signifikan Mason et al, 2011.
Pada    penelitian ini setelah  minggu ke-12, penurunan HOMA  dari kelompok PHMP dan PHMMtidak signifikan, sama halnya  perbandingan  antara  kelompok  PHMP vs PHMM. Kemungkinannya, untuk mengevaluasi
perubahan HOMA membutuhkan penurunan BB yang lebih besar.
6.7 Profil lipid
Dislipoproteinemia merupakan tanda kardinal dari simet. Karakteristik kelainan ini adalah peningkatan Apo-B 100 yang menunjukan adanya akumulasi LDL, sedangkan penurunan Apo-A1 menunjukan penurunan LDL dan HDL.
Dinyatakan  simet jika ada tiga  faktor risiko termasuk obesitas sentral, RI, penurunan HDL, hipertensi,  dan hipertrigliseridemia Grundy et al, 2005. Gambaran karakteristik utama dari simet  adalah hipertrigliseridemia.
Peningkatan IMT juga berhubungan dengan peningkatan kolesterol total, LDL, TG, hipertensi, dan penurunan HDL Must  et al, 1999. Laporan dari National Cholesterol Education Program NCEP Expert Panel on Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Cholesterol in Adults menyatakan bahwa HDL yang rendah 35 mgdl merupakan faktor risiko mayor terhadap  penyakit jantung koroner, karenanya dianjurkan untuk melakukan
aktivitas fisik NCEPATP II. Dari  beberapa  kajianmenyebutkan  cara terbaik untuk menaikan HDL adalah dengan latihan jasmani. Hal berbeda jika seseorang yang tinggi HDL, dengan latihan jasmani HDL-nya  akan lebih tinggi
Zmuda  et al, 1998. Namun, latihan jasmani sering disertai dengan penurunan BB, sehingga sulit membedakan yang mana menyebabkan peningkatan HDL tersebut. Selain terhadap  HDL banyak penelitian lainyang dilakukan
dengan menghubungkan efek latihan jasmani terhadap faktor risiko penyakit jantung, kolesterol total,  dan LDL. Penelitian terhadap olahragawan dibandingkan dengan  non olahragawan menunjukan  peningkatan HDL dan
Universitas Sumatera Utara
penurunan TG. Namun, secara longitudinal hasilnya tidak jelas karena ada yang mendapatkan sedikit perobahan dan yang lain tidak, kecuali penurunan rasio LDLHDL, kolesterol totalHDL, dan  ini menyatakan risiko
kardiovaskular menjadi berkurang Valca dan Venta, 2010. Menurut Esmat et al  2010 setelah latihan jasmani yang moderat terjadi penurunan kolesterol total, LDL, TG, CRP, dan PAI-1. Latihan jasmani juga akan menurunkan
Apo-B atau Apo-BApoA Holme et al,  2007,  glukosa, TDS,  dan  TDD  Lakka  et al, 2005;  Janssen  et al, 2002. Dengan penurunan BB sebesar 10 baru terdapat penurunan LDL dan Apo-B secara signifikan. Dari kajian De Luis
2008 dengan PHM selama 12 minggu hanya terjadi perubahan pada LDL saja. Dandona 2008
mendapatkan pada kajian
terhadap dua belas pasien DM Tipe 2 dengan overweight yang tidak terkendali gula darahnya, penambahan metformin terhadap sulfonilurea selama 4 bulantidak menunjukan perubahan terhadap LDL, HDL, TG, atau PAI-1.
Pada  penelitian ini setelah minggu ke-12,penurunan  LDL dan sd-LDL pada kelompok PHMP dan PHMMsignifikan,  sedangkan perbandingan PHMP vs PHMM tidak signifikan.  Kemungkinannya, untuk
mengevaluasi perubahan profil fat membutuhkan waktu yang lebih lama.
6.8 Status Glukosa