lebih besar untuk setiap unit insulin. Pada latihan jasmani yang ringan dan sedang dapat terjadi peningkatan sensitivitas insulin, aliran darah ke otot, reseptor insulin, dan selanjutnya terjadi penurunan produksi insulin
Wahren et al 1971. Keadaan RI seperti obesitas dan DM Tipe 2, di adiposit ekspressi gen Glut-4 menurun sedangkan di otot skeletal masih normal. Karena itu, penurunan ambilan glukosa di otot skeletal bisa merupakan
akibat dari perobahan translokasi, docking, atau fusi GLUT-4 ke plasma membrane, perubahan spesifik transportergangguan signaling intrasellular, atau defek PI3-kinase Heydrick et al, 1993. RI di pembuluh darah
kecil menyebabkan kenaikan TD, menurunkan sekresi insulin di sel pankreas, yang menjadi awal gangguan toleransi glukosa. Di pembuluh darah besar RI dapat menyebabkan aterogenesis, proliferasi, dan inflamasi sel
Grundy, 1999. Mekanisme kerja
metformin yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin masih diperdebatkan, sebagai contoh kajian terhadap subjek yang abnormal toleransi glukosa dapat
menyebabkan penurunan gula darah puasa tanpa perubahan insulin puasa Defronzo, 1975, sedangkan kajian terhadap subjek normal tidak terdapat
perubahan glukosa dan insulin puasa, diduga karena perbaikan sensitivitas insulin yang diukur dengan HOMA, tetapi ada beberapa kajian lain yang menunjukan perbedaan Cusi et al, 1996.Penelitian dari Truesdale et al
2005 selama 3 tahun menunjukan bahwa dengan penurunan berat badan pasien obesitas akan menurunan glukosa. Glueck et al 2001 menjelaskan bahwa dengan PHM selama 28 minggu dapat menyebabkan penurunan
BB dan insulin puasa. De Luis 2008 menjelaskan bahwa dengan PHM selama 12 minggu tidak terjadi perubahan HOMA.Sciacqua et al 2003 menyimpulkan bahwa dengan menurunkan BB 10 dapat menyebabkan penurunan
insulin puasa dan HOMA, tetapi tidak GD puasa dan TG.Janssen et al 2002 pada penurunan BB sebesar 10 baru terdapat penurunan glukosa, insulin puasa secara signifikan.
Pada penelitian ini setelah minggu ke-12, penurunan GDP, GD2jPP, A1c, dan insulin dari kelompok PHMP dan PHMM tidak signifikan. Perbandingan kelompok PHMM vs PHMP juga tidak signifikan. Kemungkinannya, untuk
melihat perubahan tersebut diperlukan penurunan BB yang lebih besar.
6.9 Berat Badan BB
Kelebihan BB adalah faktor risiko keenam yang penting terhadap masalah kesehatan di dunia karena memunyai risiko menjadi diabetes, hipertensi, PKV, dislipidemia, artritis, beberapa jenis kanker, dan dapat
menurunkan umur harapan hidup seseorang. DM Tipe 2 dari orang obesitas IMT ≥ 30 kgm
2
menjadi lima sampai
Universitas Sumatera Utara
enam kali lebih sering dibandingkan dengan BB normal Must et al, 1999. Penelitian secara potong lintang dan longitudinal juga menunjukan bahwa terjadi perubahan komposisi tubuh, massa lipid, dan otot sehubungan
dengan peningkatan usia Hughes et al, 2002. Laki-laki dan perempuan BB normal cendrung mengalami peningkatan BB dan perubahan distribusi fat, puncaknya terjadi sewaktu usia 65 tahun Lissner et al, 1994.Kotani
et al 1994 dengan menggunakan CT untuk mengevaluasi distribusi fat sehubungan peningkatan usia terhadap 66 laki-laki dan 96 orang perempuan IMT 42,5 kgm
2
Pengobatan obesitas bersifat individual dan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, dan psikis. Tujuan pengobatannya harus realistis jika tidak akan terjadi kegagalan dan keberhasilan pengobatannya
berdampak terhadap sarana dan biaya perawatan kesehatan yang ada. Review dari 33 penelitian yang menilai efek diet, latihan jasmani, atau diet dan latihan jasmani terhadap pasien overweight dan obesitas selama 10-52
minggu,terdapat penurunan BB sampai 20 Curioni dan Lourenc, 1995.Kajian DPP dengan menurunkan BB 5-7 pada IGT selama 3 tahun, menghasilkan penurunan insiden diabetes sebesar 58 DPP, 1996. Dari The Da Qing
study Pan et al, 1997 dan Finnish Diabetes Prevention Study Tuomilehto et al, 2001 diketahui bahwa dengan menurunkan BB secara intensif selama setahun dapat menurunkan insiden diabetes pada pasien IGT. Penelitian
De Luis 2008 dengan PHM selama 12 minggu juga menunjukan adanya perubahan parameter antropometri. Pengobatan pertama PHM adalah menurunkan BB dengan cara pengurangan kalori dan latihan jasmani. Namun,
kebanyakan pasien tidak mampu menurunkan dan mempertahankan BB selama setahun. Karena itu, diperlukan farmakoterapi untuk mempertahankannya. Seperti diketahui bahwa metformin adalah golongan biguanid yang
banyak digunakan untuk pengobatan DM Tipe 2, tetapi dapat juga digunakan untuk tujuan menurunkan BB Lee, 1998. Jika metformin saja yang digunakan untuk pengobatan overweight dan obesitas, kurang menunjukan
keberhasilan Levri et al, 2005.Tankova et al 2003 melakukan kajian mengenai penggunaan metformin dosis 2.38+-0.32g dengan diet hipokalori pada obesitas yang normal toleransi glukosa. Setelah enam bulan, terdapat
penurunan BB sebesar 3,24 tidak signifikan, massa fat 7,45 p0,01, LP p 0,01, dan RI 14,5 p=0,02.
, mendapatkan hasil bahwa ada penurunan fat di tungkai.
Glueck et al 2001 dengan PHM selama 28 minggu mendapatkan penurunan BB pada kelompok plasebo p=0,0001 dan kelompok metformin p0,007. Penelitian BIGPRO Biguanides and Prevention of the Risks in
Obesity yang mengevaluasi hubungan antara RI dan PJK dengan pemberian metformin, menyatakan bahwa pemberian metformin 850 mghari selama setahun, tidak menyebabkan penurunan BB, TG, dan TD yang
signifikan Fontbonne et al, 1996. Dievaluasi juga pemberian metformin pada 60 pasien tanpa DM dengan riwayat by pass Arteri koroner secara bedah atau angioplasti,dimana semua pasien mendapat lovastatin 40 mg dan
metformin dosis rata rata 1.759 mg selama dua belas minggu. Hasilnya, terdapat penurunan berat badan yang signifikan –2,3 kg dibandingkan dengan BB awal pada pasien yang IMT27 kgm
2
. Insulin puasanya lebih menurun pada pasien yang IMT27 kgm
2
– 1,41 μIUmLCarlsen et al, 1998.
Universitas Sumatera Utara
Padapenelitian ini setelah minggu ke-12, penurunan BB sangat signifikan pad a kelompok PHMP dan
PHMM.Penurunan BB pada kelompok PHMM lebih besar secarasignifikan dibandingkan dengan kelompok PHMP.
6.10 Indeks Massa Tubuh IMT