Pengaruh Tingkat Pendapatan PEMBAHASAN

e. Pengaruh Tingkat Pendapatan

terhadap Penggunaan Kontrasepsi Vasektomi di Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan analisis bivariat antara tingkat pendapatan responden dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,002. Artinya, ada hubungan tingkat pendapatan responden dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi. Demikian juga pada analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa ada pengaruh tingkat pendapatan responden terhadap penggunaan kontrasepsi vasektomi. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis regresi logistik yang memasukkan variabel tingkat pendapatan dalam pemodelan persamaan regresi dengan nilai signifikansi p = 0,005. Tingkat pendapatan adalah satuan atau satuan materi yang diperoleh dari hasil pekerjaan seseorang. Tingkat pendapatan menjadi salah satu faktor yang memengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan, khususnya tindakan yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang Notoadmojo, 2005. Menurut Katz 1960, sebagaimana yang dikutip oleh Notoadmojo, timbulnya tindakan seseorang dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Lebih lanjut Katz mengatakan bahwa tindakan itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan. Seseorang dapat bertindak terhadap obyek demi pemenuhan kebutuhan hidupnya Notoadmojo, 2005. Menurut Saadah 1999, yang dikutip oleh Lukito 2003, tingkat sosial ekonomi sangat memengaruhi seseorang terhadap pemilihan media, sumber Universitas Sumatera Utara informasi, dan kemampuan dalam membeli alat yang dibutuhkan dalam menunjang kesehatannya. Menurut Rafael yang dikutip Tarigan 2002, tingkat penghasilan income seseorang berhubungan kuat dengan pemanfaatan pelayanan atau produk kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, semakin tinggi pula tingkat pemanfaatan fasilitas dan produk kesehatan yang lebih baik. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan. Dari 7 responden yang menggunakan kontrasepsi vasektomi, seluruhnya memiliki tingkat pendapatan lebih tinggi dari UMP. Demikian juga dengan hasil penelitian Fitri, I.R 2002 di Kecamatan Karangayar, Kabupaten Kebumen Bualan dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan keikutsertaan suami untuk menggunakan kontrasepsi permanen vasektomi dengan probabiliti sebesar 0,025. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, terdapat pengaruh tingkat pendapatan dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan, maka semakin besar kemungkinan seorang suami untuk menggunakan kontrasepsi. Sesungguhnya untuk meningkatkan partisipasi suami untuk mengikuti kontrasepsi vasektomi, maka pemerintah telah melaksanakan operasi kontrasepsi vasektomi secara gratis. Namun, sosialisasi yang masih minim mengakibatkan masyarakat menganggap bahwa operasi vasektomi hanya bisa dijangkau oleh kelompok masyarakat dengan tingkat pendapatan yang lebih tinggi karena biaya yang dibutuhkan besar. Untuk itu, perlu dilakukan lebih banyak Universitas Sumatera Utara sosialisasi agar masyarakat mengetahui bahwa operasi vasektomi telah bebas dari pembiayaan gratis. f. Pengaruh Jumlah Anak terhadap Penggunaan Kontrasepsi Vasektomi di Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan analisis bivariat antara jumlah anak yang dimiliki responden dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,094. Artinya, tidak ada hubungan jumlah anak yang dimilki oleh responden dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi. Demikian juga pada analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jumlah anak responden terhadap penggunaan kontrasepsi vasektomi. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis regresi logistik yang tidak memasukkan variabel jumlah anak dalam pemodelan persamaan regresi pada tahap kedua. Jumlah anak dapat didefinisikan sebagai jumlah anak hidup yang dimiliki oleh pasangan. Jumlah anak hidup memengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan pilihan jenis kontrasepsi yang digunakan. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup rendah sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan kontrasepsi dengan efektivitas rendah. Pilihan ini disebabkan oleh kemungkinan untuk memperoleh anak lagi. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup yang banyak terdapat kecenderungan untuk menggunakan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi. Pilihan ini disebabkan oleh rendahnya keinginan untuk menambah anggota keluarga. Jumlah anak yang ideal sangat mendukung suami untuk lebih bebas memutuskan menggunakan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pasangan Universitas Sumatera Utara dengan jumlah anak hidup banyak memilih menggunakan kontrasepsi jangka panjang sebagai upaya untuk membatasi jumlah anak, sedangkan pada pasangan dengan jumlah anak hidup sedikit memilih menggunakan kontrasepsi jangka pendek untuk memperpanjang jarak kelahiran anak Singarimbun, 1996. Demikian juga dengan hasil penelitian Fitri, I.R 2002 di Kecamatan Karangayar, Kabupaten Kebumen Bualan dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan keikutsertaan suami untuk menggunakan kontrasepsi permanen vasektomi dengan probabiliti sebesar 0,004. Namun, jumlah anak tidak selalu berbanding lurus dengan pilihan kontrasepsi permanen. Dalam penelitian ini, jumlah anak tidak berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi vasektomi. Hal ini didukung oleh penelitian Ricardo 2008 menunjukkan bahwa jumlah anak justru tidak menjadi penentu pilihan untuk menggunakan kontrasepsi permanen. Hal ini disebabkan oleh masih adanya pengaruh faktor budaya yang menganggap banyak anak banyak rejeki. Hasil ini didukung oleh Jennings 1970 yang menyatakan bahwa pengaruh budaya yang menempatkan anak sebagai simbol prestise dan jaminan keamanan pada usia tua mereka, mengakibatkan tingginya angka kelahiran di Afrika. Pendapat tersebut dipertegas oleh Geyen, dkk 2003 yang menyatakan bahwa keinginan untuk memiliki lebih banyak anak menjadi alasan utama untuk tidak mempraktikkan atau menolak Keluarga Berencana. Universitas Sumatera Utara g. Pengaruh Kepercayaan terhadap Penggunaan Kontrasepsi Vasektomi di Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan analisis bivariat antara kepercayaan yang dimiliki responden dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,047. Artinya, ada hubungan kepercayaan yang dimilki oleh responden dengan penggunaan kontrasepsi vasektomi. Namun pada analisis regresi logistik ganda menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kepercayaan responden terhadap penggunaan kontrasepsi vasektomi. Hal ini dapat dilihat pada hasil analisis regresi logistik yang tidak memasukkan variabel kepercayaan dalam pemodelan persamaan regresi pada tahap keempat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, 2005, kepercayaan didefinisikan sebagai anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercaya itu adalah benar atau nyata. Menurut Fishbein dan Azjen dalam Dahniar 2009, kepercayaan atau keyakinan dengan kata “belief” memiliki pengertian sebagai inti dari setiap tingkah laku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap objek. Masyarakat mulai menghubungi sarana kesehatan sesuai dengan pengalaman atau informasi yang diperoleh dari orang lain tentang tersedianya jenis-jenis pelayanan kesehatan. Pilihan terhadap sarana pelayanan kesehatan tersebut dengan sendirinya didasari atas kepercayaan atau keyakinan akan kemajuan sarana tersebut Notoatmodjo, 2003. Demikian juga dengan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan yang menunjukkan bahwa 5 responden yang menggunakan kontrasepsi Universitas Sumatera Utara vasektomi, memiliki kepercayaan yang masuk dalam kategori mendukung. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin baik tingkat kepercayaan seseorang terhadap kontrasepsi vasektomi, maka semakin besar kemungkinan responden untuk menggunakannya.

5.2. Pengaruh Faktor Pemungkin terhadap Penggunaan Kontrasepsi