2.7. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Vasektomi.
Sesuai dengan teori timbulnya perilaku sebagaimana yang dikemukakan oleh Lawrence Green, maka ditentukan beberapa variabel yang dapat memengaruhi
perilaku penggunaan kontrasepsi vasektomi antara lain:
2.7.1. Faktor Predisposisi Predisposing Factors
Faktor predisposisi merupakan faktor yang ada pada diri individu, beberapa faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga, dan
sebagainya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi
terhadap obyek Notoatmodjo, 2005. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan itu berasal dari kata
tahu yang berarti: mengerti sesudah melihat, mengalami. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung, maupun dari pengalaman orang lain yang
sampai kepadanya. Selain itu, dapat juga melalui media komunikasi, seperti: radio, televisi, majalah, atau surat kabar Poerwadarminta, 1976.
Menurut Benjamin Bloom 1908, yang dikutip oleh Notoatmodjo 2005 pengetahuan dibagi menjadi beberapa tingkatan yang selanjutnya disebut dengan
Taksonomi Bloom. Menurut Bloom, pengetahuan dibagi atas: tahu know,
Universitas Sumatera Utara
memahami comprehension, aplikasi application, analisis analysis, sintesis synthesis, dan evaluasi evaluation.
Menurut beberapa ahli, pengetahuan merupakan salah satu penyebab utama timbulnya tindakan atau perubahan perilaku. Menurut Fritz Heider, perubahan
perilaku terjadi karena disposisi internal, misalnya pengetahuan, motif, sikap, dan sebagainya. Sedangkan menurut Finer 1957 timbulnya tindakan terjadi akibat
ketidakseimbangan kognisi cognitive dissonance. Ketidakseimbangan ini terjadi karena dalam diri individu terdapat dua elemen kognisi pengetahuan, pendapat, atau
keyakinan yang bertentangan. Apabila individu menghadapi suatu stimulus atau obyek, dan stimulus tersebut menimbulkan keyakinan bertentangan di dalam diri
individu sendiri, maka terjadilah ketidakseimbangan. Ketidakseimbangan inilah yang menyebabkan lahirnya sebuah perilaku baru. Menurut Rogers 1962, tindakan dapat
timbul melalui kesadaran. Kesadaran yang dimaksud berawal dari tingkat pengetahuan seseorang. Kesadaran tersebut kemudian akan berlanjut mengikuti
empat tahap berikutnya, yaitu keinginan, evaluasi, mencoba, dan menerima penerimaan atau dikenal juga dengan AIETA Awareness, Interest, Evaluation,
Trial, and Adoption Nursalam, 2007. Secara umum, tingkat pengetahuan kaum suami tentang kontrasepsi
vasektomi masih sangat rendah. Para suami sering salah kaprah tentang efek kontrasepsi vasektomi. Malahan mereka sering menganggap vasektomi sama dengan
kebiri. Padahal, vasektomi bukan kebiri. Vasektomi masih memungkinkan pria untuk memiliki kejantanan dan keturunan, sementara bila pria dikebiri tidak akan memiliki
Universitas Sumatera Utara
kejantanan apalagi keturunan karena buah zakar testis dipotong, dibuang sehingga tidak dapat lagi memproduksi sperma dan hormon testoteron pemberi sifat
kejantanan. Akibatnya pria jadi kewanita-wanitaan, seperti terjadi pada zaman Romawi dimana laki-laki menjadi penjaga wanita. Sedangkan vasektomi hanya
pemotongan saluran sperma kiri dan kanan saja, agar cairan mani yang dikeluarkan pada saat ejakulasi tidak lagi mengandung sperma. Pada vasektomi buah zakartestis
tidak dibuang jadi tetap dapat memproduksi hormon testoteron kejantanan Gema Pria, 2009.
Menurut hasil penelitian Fitri, I.R 2002 di Kecamatan Karangayar, Kabupaten Kebumen Bualan dinyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan dengan keikutsertaan suami untuk menggunakan kontrasepsi permanen
vasektomi dengan probabiliti sebesar 0,003. b. Sikap Suami
Sikap attitude, adalah evaluasi positip-negatip-ambivalen individu terhadap objek, peristiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap merupakan perasaan, keyakinan, dan
kecenderungan perilaku yang relatip menetap. Unsur-unsur sikap meliputi kognisi, afeksi, dan kecenderungan bertindak. Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya
sikap adalah pengalaman khusus, komunikasi dengan orang lain, adanya model, iklan dan opini, lembaga-lembaga sosial dan lembaga keagamaan Makmun, 2005.
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan
senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik dan sebagainya. Dengan
Universitas Sumatera Utara
demikian, dapat dijelaskan bahwa sikap merupakan sindrom atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,
perhatian dan gejala kejiwaan yang lain Notoatmodjo, 2005. Dalam bidang kesehatan, yang dimaksud dengan sikap terhadap kesehatan
adalah pendapat atau penilaian orang terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, yang mencakup sekurang-kurangnya empat variabel, yaitu:
1. Sikap terhadap penyakit menular dan tidak menular jenis penyakit dan tanda-
tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menanganinya sementara
2. Sikap terhadap faktor-faktor yang terkait danatau mempengaruhi kesehatan,
antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan kotoran manusia, pembuangan sampah, perumahan sehat, polusi udara, dan
sebagainya. 3.
Sikap tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun tradisional. 4.
Sikap untuk menghindari kecelakaan, baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalulintas, dan kecelakaan di tempat-tempat umum Notoatmodjo,
2005. Mar’at 1982 mengatakan manusia tidak dilahirkan dengan pandangan
ataupun perasaan tertentu, tetapi sikap tadi dibentuk sepanjang perkembangannya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objek-
objeknya. Dengan kata lain sikap merupakan produk dari proses sosialisasi, seseorang
Universitas Sumatera Utara
memberikan reaksi sesuai dengan rangsangan yang ditemuinya. Sikap dapat diartikan suatu kontrak untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktifitas. Menurut Kartono
1990 sikap seseorang adalah predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang
tersebut. Secara definitif sikap berarti suatu keadaan jiwa mental dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang
diorganisir melalui pengalaman serta memengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada perilaku.
Sikap merupakan salah satu diantara kata yang paling samar namun paling sering digunakan dalam ilmu perilaku. Sikap merupakan perasaan yang lebih tetap,
ditunjukkan terhadap sesuatu objek yang melekat ke dalam struktur sikap yaitu evaluasi dalam dimensi baik dan buruk.
Hubungan perilaku dengan sikap, keyakinan dan nilai tidak sepenuhnya dimengerti, namun bukti adanya hubungan tersebut cukup banyak. Analisis akan
memperlihatkan misalnya bahwa sikap, sampai tingkat tertentu merupakan penentu, komponen dan akibat dari perilaku. Hal ini merupakan alasan yang cukup untuk
memberikan perhatian terhadap sikap, keyakinan dan nilai sebagai faktor predisposisi.
Adanya hubungan yang erat antara sikap dan perilaku didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecenderungan untuk
bertindak. Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan Wamer dan De Fleur 1969
Universitas Sumatera Utara
didefinisikan bahwa adanya 3 tiga hubungan antara sikap dan praktik sebagai berikut:
a Keajegan Consistency. Sikap verbal merupakan alasan yang masuk akal untuk menduga apa yang akan dilakukan oleh seseorang bila dihadapkan dengan obyek
sikapnya. Dengan kata lain ada hubungan lansung antara sikap dengan tingkah laku praktik.
b Ketidak ajegan inconsistency. Alasan ini membantah adanya hubungan yang konsisten antara sikap dengan tingkah laku praktik. Sikap dan tingkah laku
adalah dimensi yang individual yang berbeda dan terpisah. Demikian pula sikap dan tingkah laku adalah tindak satu sama lain.
c Keajegan yang tidak tertentu Concistency contingent. Alasan mengusulkan bahwa hubungan antara sikap dan tingkah laku praktik. Sikap dan tingkah laku
tergantung pada faktor-faktor situasi tertentu pada variabel antara. Pada situasi tertentu diharapkan adanya hubungan antara sikap dan tingkah laku, dalam situasi
yang berbeda hubungan itu tidak ada. Hal ini lebih dapat menjelaskan hubungan sikap dan langsung
c. Umur