62
diikuti oleh hemiparese sinistra sebesar 26,3 dan hemiparese duplex sebesar 8,7. Ada sebanyak 28,5 data sisi tubuh yang letak kelumpuhannya tidak
tercatat. Tingginya proporsi yang tidak tercatat karena penderita stroke yang datang
ke rumah sakit dalam keadaan kritis atau koma sehingga petugasdokter yang mendiagnosa tidak mengetahui sisi tubuh yang lumpuh pada pasien tersebut.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muharram,E di Rumah Sakit Umum Padang Sidempuan 2005 yang menyatakan bahwa proporsi
penderita stroke berdasarkan sisi tubuh yang mengalami kelumpuhan tertinggi adalah hemiparese dextra yaitu 38,9.
5.7 Onset Serangan
Proporsi penderita stroke yang dirawat inap di RSUD Sidikalang Kab. Dairi tahun 2013-2015 berdasarkan onset serangan dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Universitas Sumatera Utara
63
Gambar 5.11 Diagram Pie Proporsi Penderita Stroke yang Dirawat Inap Berdasarkan Onset Serangan di RSUD Sidikalang Tahun
2013-2015
Gambar 5.11 menunjukkan bahwa proporsi penderita stroke berdasarkan onset serangan terbesar adalah ≥ 6 jam sebesar 46,0, diikuti dengan onset
serangan 6 jam sebesar 38,7 dan ada 15,3 yang tidak tercatat. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan penderita dan keluarganya
sehingga terlambat membawa penderita ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Keterlambatan ini akan mempengaruhi kerusakan atau lesi pada otak
akibat penyumbatan atau perdarahan sehingga dapat mempengaruhi lamanya rawatan untuk proses pemulihan. Jika penderita cepat di bawa ke rumah sakit,
maka besar kemungkinan dapat mencegah meluasnya gangguan pada otak dan dapat mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh stroke.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ramadhani,S di RSUD DR Fauziah Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen 2008 menyatakan bahwa proporsi
46,0
38,7 15,3
Onset Serangan
≥ ja 6 jam
Tidak tercatat
Universitas Sumatera Utara
64
penderita stroke berdasarkan onset serangan tertinggi adalah yang mengalami onset serangan ≥ 6 jam sebesar 55,9.
5.8 Faktor Risiko
Proporsi penderita stroke yang dirawat inap di RSUD Sidikalang Kab. Dairi tahun 2013-2015 berdasarkan faktor risiko dapat dilihat pada gambar
dibawah ini:
Gambar 5.12 Diagram Pie Proporsi Penderita Stroke yang Dirawat Inap Berdasarkan Faktor Risiko di RSUD Sidikalang Tahun 2013-
2015
Gambar 5.12 menunjukkan bahwa proporsi penderita stroke berdasarkan faktor risiko terbesar dengan faktor risiko hipertensi sebesar 51,1 dan proporsi
terkecil adalah hiperkolesterolemia sebesar 0,7. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita stroke memiliki faktor risiko yang seharusnya dapat
diketahui lebih awal sehingga mengurangi risiko terkena stroke. Tingginya faktor risiko hipertensi disebabkan semakin bertambahnya usia,
maka insiden hipertensi akan meningkat. Hipertensi mengakibatkan pembuluh
51,1
26,3 15,3
5,1 1,5
0,7 10
20 30
40 50
60
P er
se n
tase
Faktor Risiko
Universitas Sumatera Utara
65
darah menjadi lemah akibat tekanan yang ditimbulkan sehingga mudah pecah dan juga dapat melepaskan plague dari tempatnya menempel pada dinding pembuluh
darah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti,D di Rumah
Sakit Krakatau Medika 2011 bahwa proporsi stroke berdasarkan faktor risiko terbesar adalah hipertensi sebesar 72,0. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Jusman di Rumah Sakit Undata Palu 2011 dengan Confidence Interval CI 95 memperoleh nilai OR= 6,905 3,265-14,605, hal ini berarti penderita stroke
memiliki faktor risiko hipertensi 6,905 kali lebih besar dibanding dengan yang tidak menderita stroke.
5.9 Lama Rawatan Rata-rata