1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Madrasah meskipun bukan suatu yang indigeous dalam peta dunia pendidikan di Indonesia merupakan bagian dari pranata pendidikan yang
memiliki ciri khas dan berakar kuat pada sendi-sendi nilai dan budaya yang dikembangkan masyarakat. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa madrasah
menjadi salah satu wujud entitas budaya indonesia.
1
Sekolah umum yang berciri khas agama ini dikenal dikalangan masyarakat sebagai lembaga pendidikan tertua yang dibangun oleh
masyarakat dan eksistensinya menjadi jati diri budaya di Indonesia. Sebagian kurikulum yang diajarkannya yaitu dalam bidang agama, artinya madrasah
dibangun untuk melestarikan pemahaman dan ajaran agama kepada generasi penerusnya. Oleh karena itu, eksistensi madrasah dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa sangatlah diperlukan dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional terutama di dalam bidang agama.
Madrasah berhasil mendapatkan statusnya yang sekarang setelah melalui perjuangan yang cukup panjang. Perjuangan ini diawali oleh terbitnya Surat
1
Nunu Ahmad An-nahidl, dkk, Posisi Madrasah Dalam Pandangan Masyarakat, Jakarta: Gaung Persada Press, 2007. Cet, I. Hal. 1.
Keputusan Bersama SKB Tiga Menteri, yakni Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta Menteri Dalam Negeri pada 24 Maret
1975 yang menegaskan bahwa kedudukan madrasah adalah sama dan sejajar dengan sekolah formal lain.
2
Dengan adanya SKB 3 tiga menteri ini, dalam penyelenggaraan pendidikan formal, madrasah disetarakan dengan satuan jenis Pendidikan
Umum, jenis Pendidikan Dasar, dan jenis Pendidikan Menengah, yaitu: Sekolah
DasarMadrasah Ibtidaiyah
SDMI, Sekolah
Menengah PertamaMadrasah Tsanawiyah SMPMTs, dan Sekolah Menengah
AtasMadrasah Aliyah SMAMA. Semakin berkembangnya zaman, madarasah mengalami proses
modernisasi. Maka madrasah dituntut untuk memenuhi kebutuhan dan perubahan kehidupan masyarakat di era globalisasi tanpa menghilangkan
khas madrasah yang berlandaskan agama. Sehingga madrasah berupaya melakukan terobosan-terobosan dalam rangka memperbaiki kekurangan-
kekurangan yang ada diantaranya dari tenaga pendidik, kurikulum, pengelolaan, sarana dan parasarana dan lain sebagainya. Meskipun demikian,
pendapat sebagian masyarakat terhadap madrasah masih memandang sebagai lembaga pendidikan “kelas dua”. Akibatnya walaupun keberadaan madrasah
diakui setara dengan sekolah konvensional lainnya, madrasah umumnya hanya diminati oleh siswa-siswa yang mempunyai kemampuan dibawah rata-
rata dan pendapatan keluarga yang nilainya masih menengah kebawah. Sehingga untuk meningkatkan mutu madrasah selalu mengalami hambatan.
Di lain sisi, keberadaan madrasah kurang didukung oleh sumber daya yang memadai. Karena itu, kebijakan-kebijakan yang dibuat pemerintah
justru terasa mempersulit upaya-upaya pengembangan madrasah. Mutu pendidikan relatif kurang terjamin bila dibandingkan dengan sekolah formal
karena banyaknya bidang studi yang diajarkan, sementara kualitas guru rendah, manajemen pengelolaan kurang profesional, dan sarana dan prasarana
2
A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Penerbit Mizan, 1998. Cet. I. Hal. Viii
pendidikan pas-pasan, serta jumlah siswa pun sedikit dan kebanyakan berasal dari keluarga kurang mampu.
3
Dari kenyataan inilah masyarakat berpandangan bahwa madrasah belum mengalami kemajuan yang berarti.
Meskipun telah bermunculan madrasah-madrasah yang kualitasnya baik, tetapi masih banyak juga madrasah yang masih dipandang minus sebagian
masyarakat. Kenyataan memperlihatkan sebagian madrasah masih memiliki kekurangan yang meliputi rendahnya kualifikasi dan kompetensi pendidik
serta sarana dan prasarana yang belum memadai. Masyarakat juga memandang bahwa madrasah adalah sekolah dakwah
yang dalam banyak hal kurang dikelola secara profesional. Pemahaman seperti ini tentu saja kurang menguntungkan, karena ada kesan bahwa kalau
sesuatu itu diletakkan dalam bingkai dakwah, maka wajar kalau tidak dikelola secara profesional. Kalau tidak dikelola secara profesional, maka wajar kalau
dalam banyak hal juga seadanya termasuk di dalam hal partisipasi keuangan. Kalau sudah demikian, maka dampaknya akan mengena pada hal-hal lain.
misalnya pada pembangunan sarana dan prasarana, penyediaan sarana pembelajaran, kesejahteraan guru dan pegawai, dan sebagainya.
Untuk menepis anggapan negatif masyarakat tentang madrasah, diperlukan suatu standar pendidikan untuk meningkatkan mutu di satuan
pendidikan. Karena standar merupakan acuan dasar atau tolak ukur bagi semua pihak sehingga dapat menetapkan kriteria minimum dan maksimum
sesuatu. Maka dari itu pemerintah menetapkan 8 Delapan Standar Pendidikan yang harus dipenuhi setiap Satuan pendidikan yang ada di
Indonesia termasuk Madrasah. Hal ini tertera di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 Tahun 2003 BAB IX tentang Standar Pendidikan Nasional Pendidikan pasal 35 ayat 1 bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas
Standar Isi, Proses, Kompetensi Lulusan, Tenaga Kependidikan, Sarana Dan Prasarana, Pengelolaan, Pembiayaan, Dan Penilaian Pendidikan yang harus
3
A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, Bandung: Penerbit Mizan, 1998. Cet. I. Hal. ix
ditingkatkan secara berencana dan berkala.
4
Untuk madrasah, standar ini berfungsi sebagaian acuan agar output madrasah dapat berkompetensi dengan
satuan lembaga pendidikan lainnya dibidang norma, intelektual maupun spiritual.
Karena hal ini berkaitan dengan mutu pendidikan, pasal 35 Undang- Undang nomor 2 tahun 2003 mengamanatkan perlunya Standar Nasional
Pendidikan yang dijelaskan pada BAB XII pasal 45 tentang sarana dan parasarana pendidikan ayat 1 setiap satuan pendidikan formal dan
nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan
potensi Fisik, Kecerdasan Intelektual, Sosial, Emosional dan Kejiwaan Peserta Didik, dan ayat 2 ketentuan mengenai penyediaan sarana dan
prasarana pada semua satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut pada peraturan pemerintah.
5
Standar yang telah ditetapkan pemerintah yang berupa Undang-Undang bertujuan untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu masih jauh dari
apa yang diharapkan dan belum terlaksana secara optimal di Sekolah-sekolah yang ada di Negeri ini terutama madrasah. Sampai hari ini masih banyak
madrasah yang belum mampu mengimplemtasikan standar sarana dan parasarana pendidikan secara benar terutama dalam persoalan pengelolaan
sarana dan parasarana pendidikan, yang diantaranya adalah perencanaan dalam
mengadakan sarana
dan prasarana
pendidikan, pengadaan perlengkapan sekolah, pemeliharaan sarana dan prasarana, penghapusan serta
pengendalian yang dapat diartikan pengawasan program pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.
Meskipun banyak madrasah yang masih dipandang kurang memadai baik dari penerapan standar dan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikannya.
Ternyata ada beberapa madrasah yang telah mengalami kemajuan dalam mengatasi permasalahan tersebut, diantaranya adalah Madrasah Aliyah
Negeri 4 pondok pinang, Insan Cendikia, MTs Negeri II Pamulang dan lain sebagainya.
4
Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bandung: Citra Umbara, h. 23
5
Undang-Undang Republik Indonesia…, hal 30
Senada dengan penjelasan di atas, MTs Pembangunan UIN Jakarta adalah salah satu madrasah yang telah ikut serta dalam meningkatkan
eksistensi madrasah pada pencitraannya yang kurang menguntungkan di masyarakat. Langkah pertama yang dilakukan MTs. Pembangunan yaitu
dengan menerapkan standar pendidikan yang telah ada. Karena yang dilihat oleh masyarakat adalah nilai jual dari madrasah itu sendiri, diantaranya yaitu:
layanan yang diberikan sekolah terhadap pemakainya, sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut serta yang terakhir adalah hasil atau output yang
dihasilkan sekolah. Disebabkan pencitraan yang kurang baik tentang madrasah, maka MTs.
Pembangunan bekerja keras dalam membangun pencitraan tersebut dengan memunculkan inovasi-inovasi yang dapat merubah pandangan masyarakat.
Salah satu inovasi ini yaitu dengan memperbaiki pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan yang telah ada. Diantaranya yaitu dalam hal pengadaan
barang-barang atau sarana yang ada di Madrasah terutama sarana pembelajaran yang mendukung proses belajar mengajar. Salah satu contohnya
yaitu, dalam kegiatan pembelajaran siswa membutuhkan buku pelajaran, kursi dan meja yang nyaman serta ruang kelas yang memadai untuk
menampung para siswa. Apabila hal ini tidak terpenuhi maka dapat dipastikan proses belajar mengajar yang ada disekolah dapat terhambat. Karena sarana
dan prasarana yang baik, dapat mendukung proses belajar. maka hasil atau output sekolah juga dapat bersaing dengan sekolah-sekolah umum yang
lainnya. Selain pengadaan, kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana juga
penting untuk diperhatikan. Karena kegiatan pemeliharaan ini dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam mengawasi sarana dan prasarana yang ada.
contohnya apabila ada barang-barang yang sudah dipakai, maka diletakan ditempat semula. Sehingga tidak terjadi kehilangan. Dan apabila ada
kerusakan kecil maupun besar harus segera ditanggapi dan diperbaiki. Karena sarana dan prasarana yang baik atau representatif adalah sarana yang dapat
menjadi pendukung kegiatan belajar mengajar disekolah. Sehingga minat