Pengaruh pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan

bahwa responden yang tidak bekerja lebih banyak dibandingkan responden yang bekerja yaitu sebesar 14 responden 93.3 dan responden yang bekerja 1 responden 6.7.Berdasarkan penelitian Kusumawati 2014 tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi balita.Oleh karena itu perlu diteliti apakah ada hubungan antara pekerjaan terhadap pendidikan ibu tentang penanganan diare pada balita.

B. Pengaruh pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan

1. Pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan diare Pengetahuan ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan diare memiliki nilai rata-rata 17.13.Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan tingkat pengetahun dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup, dan kurang. Hasil analisa menunjukkan bahwa jumlah responden sebelum diberikan penelitian yaitu tingkat pengetahuan baik sebanyak 2 responden 13.3, tingkat pengetahuan cukup sebanyak 6 responden 40.0 dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 7 responden 46.7. Nursalam dkk 2008 mengatakan pengetahuan adalah hasil tahu, dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Efendy 2009 mengatakan sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga seperti poster, buklet,leaflet, slide atau informasi yang berupa tulisan dan informasi yang berbentuk suara seperti ceramah, penyuluhan atau video yang membantu menstimulasi penginderaan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian Malikhah 2012 tentang gambaran pengetahuan dan sikap ibu dalam pencegahan dan penanggulangan secara dini kejadian diare pada balita di desa Hegarmanah Jatinangor menunjukan bahwa pengetahuan ibu cukup tentang penanganan diare. Hal ini dikarenakan ibu kurang mendapatkan informasi penanganan diare yang tepat pada saat dirumah sehingga banyak balita yang dirawat di rumah sakit karena dehidrasi sedang dan berat. Dengan memberikan informasi tentang cara penagangan diare yang tepat, ibu akan mengetahui cara penanggulangan kejadian diare secara dini dengan baik, maka balita yang tidak terkena diare tidak akan mengalami dehidrasi karena sudah dapat ditanggulangi sendiri dirumah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sarwani dkk 2014 mengenai pengaruh ceramah terhadap pengetahuan kader kesehatan tentang penyakit talasemia di kecamatan Pukencen dan kecamatan Sumbang kabupaten Banyumas yang menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan kader sebelum dan sesudah diberi ceramah tentang talasemia 2. Pengetahuan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan diare Pengetahuan ibu setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang penanganan diare memiliki rata-rata 24.33. Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu baik, cukup, dan kurang. Tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare dalam kategori baik sebanyak 9 responden 60, tingkat pengetahuan ibu cukup sebanyak 5 responden 33.3 dan tingkat pengetahuan ibu kurang sebanyak 1 responden 6.7. Berdasarkan penelitian ini menunjukkan bahwa setelah pendidikan kesehatan lebih besar daripada sebelum diberikan pendidikan kesehatan. Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dilakukan pemberian pendidikan kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Penelitian ini sejalan dengan penelitia saput mengenai pengaruh pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan audio visual terhadap pengetahuan kader tentang sadari di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo yang menyimpulkan bahwa hasil analisa sebelum di berikan pendidikan kesehatan dengan kategorik baik 11.1, kemudian setelah diberikan pendidikan kesehatan meningkat menjadi 66.7. Maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi pendidikan kesehatan. Hal ini juga sesuai dengan pengertian pendidikan kesehatan atau promosi kesehatan berdasarkan kutipan dari Piagam Ottawa Ottawa charter,1986 sebagai hasil rumusan konferensi internasional promosi kesehatan di Ottawa, Canada, menyatakan bahwa promosi kesehatan yang merupakan pendidikan kesehatan adalah suatu proses untuk memampukan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat Notoadmodjo,2010. Pada penelitian ini terjadi peningkatan pengetahuan yang cukup besar, dikarenakan materi yang disampaikan berfokus pada definisi diare, dan penanganan diare yang tepat sehingga tidak memakan waktu yang lama. Setelah itu dilakukan sesi tanya jawab untuk menggulang pembahasan materi yang telah dibahas. Hal ini sesuai dengan teori Djamarah, S. B, 2000 metode ceramah memiliki beberapa kelemahan salah satunya yaitu jika terlalu lama dapat membuat jenuh Simamora, 2009. Menurut beberapa ahli mengatakan saat melakukan penyuluhan hadirin jarang mengingat semua yang didengarnya, dan sasaran utama adalah mendorong hadirin untuk memikirkan topik yang diceramahkannya. Maka sebaiknya menggunakan ringkasan yang menggambarkan hal-hal yang penting saja untuk membantu proses ingatan. Teknik lain adalah mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan isi ceramah. Cara ini dapat mendorong hadirin menyerap pengetahuan yang baru saja didapatnya Van, 2012. Maulana 2009 mengatakan bahwa tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan mengarahkan perilaku yang diinginkan oleh kegiatan . Menurut WHO, 1954 pendidikan kesehatan memilik tujuan menjadikan kesehatan menjadi sesuatu yang bernilai dimasyarakat dan menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat. 3. Efektifitas dan pengaruh pendidikan kesehatan dalam peningkatan pengetahuan tentang penanganan diare Hasil penelitian menggunakan Paired Samples T-test dengan tingkat kesalahan alpha 0.05. Diperoleh hasil yang signifikan p=0.000 yang berarti p value 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan H 1 diterima yang berarti bahwa ada perbedaa tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah tentang penanganan diare anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Munawaroh dkk 2010 mengenai efektifitas metode ceramah dan leaflet dalam peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngrayun Ponorogo, menyimpulkan bahwa ada tingkat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian pendidikan kesehatan tentang seks bebas dan metode ceramah lebih efektif daripada metode leaflet terhadap peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas di SMA Negeri Ngrayun. Efendy dkk 2009 mengemukakaan promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat Depkes RI, 2006. Maulana 2009 mengemukakan bahwa sasaran dalam promosi kesehatan bagi individu atau keluarga yaitu diharapkan individu memperoleh informasi kesehatan melalui media masa atau secara langsung dengan cara penyuluhan. Individu atau keluarga juga diharapakan mempunyai pengetahuan dan kemauan untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya. Salah satu faktor perubahan perilaku perilaku adalah pengetahuan. Maka diharapkan meningkatnya pengetahuan responden dapat meningkatkan kesadaran, ketertarikan responden untuk merubah perilaku penanganan diare yang tepat pada anak dirumah. Berdasarkan penelitian analisa sebelum diberikan pendidikan kesehatan kategorik baik 13.3 mengalami peningkatan setelah diberikan pendidikan kesehatan menjadi 60.Sedangkan pada analisa kategorik cukup sebelum diberikan pendidikan kesehatan 40 kemudian mengalami penurunan setelah diberikan pendidikan kesehatan menjadi 33.3.Dan untuk kategorik kurang hasil analisa sebelum diberikan pendidikan kesehatan 46.7 mengalami penurunan menjadi 6.7 setelah diberikan pendidikan kesehatan. Nursalam 2008 pendidikan kesehatan adalah proses yang direncanakan dengan sadar untuk menciptakan peluang bagi individu-individu untuk senantiasa belajar memperbaiki kesadaran literacy serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya life skills demi kepentingan kesehatannya. Teknik dan media sebagaiamna dikemukakakan oleh Edgar Dale 1946 yang menggambarkannya dalam Edgar Dale’s Cone of Experience, yaitu teks leaflet, flyer, flipbook; gambar poster, flannelgraph atau media audio saja radio tape; media audio visual televisi, film, video tape, film dalam compact disk, bioskop; seterusnya. Dalam dasar kerucut derajat abstraksi paling rendah, teknik dan media pengalaman langsung yang dipergunakan dalam pendidikan kesehatan menstimulasi paling banyak indra partisipasi. Disini, keterampilan motorik dan sikap partisipasi diasah, sehingga metode ini sesuai untuk mengubah sikap dan perilaku. Sebaliknya, teks atau bacaan derajat keabstrakan paling tinggi pada puncak kerucut akan menstimulasi organ visual saja. Jika tujuan suatu pendidikan kesehatan hanya untuk mengubah pengetahuan knowledge, maka teknik dan media baca adalah yang paling tepat. Teori ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan terjadi peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan, hal ini membuktikan bahwa metode ceramah efektif digunakan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang penanganan diare. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Musaini, dkk 2011 yang menyatakan bahwa terjadi perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan metode ceramah terhadap tingkat pengetahuan dan sikap siswa laki-laki kelas IX SMK Murni 1 Surakarta. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pendikan kesehatan dengan metode ceramah cukup efektif meningkatkan pengetahuan ibu dalam penanganan diare, dapat dilihat dengan kenaikan pengetahuan rata-rata ibu sebelum diberikan pendidikan kesehatan 54.61 menjadi 77.87. Berdasarkan perhitungan rumus Eta squared untuk melihat ukuran efektifitas kesehatan yang telah diberikan, didapatkan hasil 0.6562 yang menunjukkan bawa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah memiki efektifitas yang besar. Berdasarkan analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam penanganan diare pada anak dirumah . Pemilihan metode pendidikan kesehatan bergantung dari beberapa faktor yaitu: karakteristik sasaranpartisipan jumlah, status sosial ekonomi, umur, jenis kelamin; waktu dan tempat yang tersedia; serta tujuan spesifik yang ingin dicapai dengan pendidikan kesehatan tersebut nursalam, 2008. Beberapa ahli pendidikan, antara lain J. Guilbert, mengelompokkan faktor-faktor yang memengaruhi proses belajar ini kedalam empat kelompok besar, yaitu faktor materi, faktor lingkungan yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik suhu, kelembapan udara, dan kondisis tempat belajar dan lingkungan sosial keramaian, kegaduhan dan lain-lain , faktor instrument dan faktor kondisi individual subjek belajar. Faktor instrument dirancang sedemikian rupa sehingga sesuai dengan materi dan subjek belajar.Misalnya metode untuk belajar pengetahuan lebih baik digunakan metode ceramah.Sedangkan untuk belajar sikap, tindakan, atau keterampilan lebih baik digunakan metode diskusi kelopok, demonstrasi, bermain peran role play, atau metode permainan Nursalam, 2008. Metode ceramah bukan salah satu metode yang paling efektif. Saputri 2014 memaparkan dalam penelitiannya bahwa pendidikan kesehatan dengan metode audio visual dengan rerata 6,71 lebih besar daripada kelompok ceramah 2,80 dalam meningkatkan pengetahuan kader tentang SADARI di Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Hal ini membuktikan bahwa metode audio visual lebih efektif dibandingkan dengan metode ceramah, namun, walaupun begitu keduanya memiliki perbedaan skor pengetahun kader sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dan audio visiual tetang SADARI. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan pengetahuan ibu tetang penanganan diare pada anak.

C. Keterbatasan Peneliti

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Ibu Terhadap Penanganan Diare Pada Balita Di Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru

1 45 64

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMASI DENGAN CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN PENANGANAN Efektifitas Pemberian Informasi Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Penanganan Penyakit Diare Kepada Ibu-Ibu Di Kabupaten Rembang.

0 3 16

EFEKTIFITAS PEMBERIAN INFORMASI DENGAN CERAMAH DAN LEAFLET TERHADAP PENGETAHUAN PENANGANAN Efektifitas Pemberian Informasi Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Penanganan Penyakit Diare Kepada Ibu-Ibu Di Kabupaten Rembang.

0 2 12

PENDAHULUAN Efektifitas Pemberian Informasi Dengan Ceramah Dan Leaflet Terhadap Pengetahuan Penanganan Penyakit Diare Kepada Ibu-Ibu Di Kabupaten Rembang.

0 4 16

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DENGAN LEAFLET Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Dengan Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Wonorejo Polokarto.

0 3 16

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN MENGGUNAKAN METODE CERAMAH DENGAN LEAFLET Efektifitas Pendidikan Kesehatan Menggunakan Metode Ceramah Dengan Leaflet Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Di Desa Wonorejo Polokarto.

0 3 12

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN DIARE PADA BALITA DI DESA GLADAGSARI Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Peningkatan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang Pencegahan Diare Pada Balita Di Des

0 0 19

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

0 2 15

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE DENGAN PENANGANAN DIARE PADA BALITA SELAMA DI RUMAH Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Dengan Penanganan Diare Pada Balita Selama Di Rumah Sebelum Dibawa Ke Rumah Sakit Islam Surakarta.

1 2 16

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU IBU DALAM PENANGANAN DEMAM PADA ANAK BALITA DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

0 3 6