Pencegahan Echinococcus granulosus Penjamah Makanan Kerangka Konsep

2.8. Pencegahan Echinococcus granulosus

Dengan mempelajari siklus hidup dan penularan cacing Echinococcus granulosus maka infeksi cacing ini dapat dicegah dengan cara : 1. Mengobati penderita 2. Pengawasan atas daging anjing B1 yang diolah 3. Memasak dengan baik daging anjing B1 yang akan dimakan 4. Menjaga kebersihan lingkungan Pengobatan penderita Echinococcus granulosus selain akan mengurangi sumber infeksi, juga akan mencegah kemungkinan terjadinya penularan oleh larva kista hidatid . Pengawasan atas daging anjing yang akan dijual akan banyak mengurangi kasus hydatidosis terutama di daerah yang penduduknya mempunyai kebiasaan memakana daging anjing setengah matang.

2.9. Sanitasi Pengolahan Makanan

Pengolahan makanan adalah kegiatan yang meliputi penerimaan bahan mentah atau minuman terolah, pembuatan, pengubahan bentuk, pengemasan, dan pewadahan makanan DepKes, 1996.

2.9.1. Pengertian Sanitasi

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, melalui dari sebelum makanan itu diproduksi selama dalam proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan, sampai pada saat dimana makanan tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada konsumen DepKes,1996. Universitas Sumatera Utara

2.9.2. Manfaat Dan Pentingnya Sanitasi

Beberapa manfaat dapat kita rasakan apabila kita menjaga sanitasi di lingkungan kita, misalnya : 1. Mencegah penyakit menular 2. Mencegah kecelakaan 3. Mencegah timbulnya bau yang tidak sedap 4. Menghindari pencemaran 5. Mengurangi jumlah persentase sakit 6. Lingkungan menjadi bersih,sehat dan nyaman Retno,2002.

2.9.3. Sanitasi Daging

Pengawasan daging sangat perlu, terutama karena daging mudah membusuk, juga kemungkinan hewan potong menderita yang dapat ditularkan kepada manusia. Untuk memelihara sanitasi daging ada beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan. 1. Hewan Potong Hewan apapun yang akan diambil dagingnya, harus bebas dari penyakit, seperti TBC, anthrax, dan cacing. Untuk mengetahui apakah hewan potong mempunyai penyakit dilakukan dua kali pemeriksaan. a. Pemeriksaan sebelum ternak dipotong Hewan yang dicurigai menderita penyakit, harus dipotong terpisah. b. Pemeriksaan setelah ternak dipotong yang diperiksa biasanya kelenjar, jantung, lidah, alat – alat visceral, sebab alat- alat ini sering sebagai tempat hidupnya bibit penyakit. Universitas Sumatera Utara 2. Rumah Potong a. Bangunan harus dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, tidak menjadi sarana berbagai serangga dan tikus, mempunyai saluran limbah, mempunyai air bersih yang cukup, dan mempunyai tempat pembuangan sampah yang baik. b. Kadang – kadang tersedia tempat untuk hewan menginap sebelum dipotong c. Orang yang melaksanakan pemotongan harus terjaga kesehatannya. d. Pisau dan alat – alat yang dipergunakan harus benar – benar bersih. 3. Pemasaran Kebersihan pasar daging haruslah terpelihara. Daging yang dijual jangan dibiarkan terbuka dan batasi pembeli memegang daging agar tidak terkontaminasi oleh kuman yang mungkin ada pada tangan pembeli tersebut. Sebaiknya pasar dilengkapi dengan alat pendingin agar daging tidak cepat rusak. Untuk mengetahui apakah daging masih berada dalam keadaan baik, ada tiga hal yang perlu diperhatikan: a. Warna daging Daging yang baik harus mempunyai warna sama antara bagian dalam dan bagian luar daging. b. Bau Bau daging adalah khas, sesuai dengan hewannya. Kalau ada proses pembusukan, baunya akan berubah. Universitas Sumatera Utara c. Konsistensi Daging yang baik mempunyai konsistensi, elastic bila ditekan, kalau dipegang terasa basah kering. Artinya, meskipun rasanya basah, tidak sampai membasahi tangan si pemegang Retno, 2002.

2.9.4. Pengolahan Makanan

Dalam pengolahan makanan terdapat unsur bahan makanan, unsur orang yang mengolah, unsur waktu dan unsur suhu. Pengolahan makanan dapat dilakukan : a. Dengan proses seperti : merebus, dogoreng, mengukus atau memanggang. b. Dengan pendingin seperti : untuk makanan yang disajikan mentah, misalnya : salad, lalapan c. Dengan larutan kimia seperti : pengasaman, penggaraman, dan perendaman dalam cuka d. Dengan proses biologi yang disebut fermentasi, seperti : membuat asam tempoyak tape Pengolahan harus dilakukan oleh penjamah makanan dengan sikap dan perilaku yang hygienis : a. Tidak merokok selama mengolah makanan b. Tidak makan atau mengunyah c. Tidak memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin d. Tidak menggunakan peralatan atau fasilitas kerja yang bukan peruntukannya Universitas Sumatera Utara e. Tidak mengerjakan kebiasaan yang menjijikkan selama mengolah makanan seperti mengorek, mencungkil, menggaruk, menjilat, atau meludah. f. Semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung dengan tubuh g. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan menggunakan sarung tangan plastic, penjepit makanan, sendok, garpu, dan sejenisnya. h. Tenaga pengolah makanan harus selalu melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin berkala minimal enam bulan sekali. Selalu berupaya untuk menjaga kebersihan diri dan kebersihan lingkungan kerja dengan cara : a. Menempatkan makanan pada wadah dan tempat yang layak, terutama makanan yang mudah rusak b. Selalau mencuci tangan dengan sabun sebelum bekerja dan setelah keluar dari kamar mandi atau WC c. Sealalau memakai pakaian kering dan pakaian pelindung d. Selalu bersifat teliti dan hati – hati dalam menangani makanan DepKes, 1996. Menurut dewi 2008 yang mengutip dari Anwar dkk 1997 pengolahan makanan menyangkut mpat aspek, yaitu : Universitas Sumatera Utara 1. Penjamah Makanan Penjamah makanan adalah seorang tenaga yang menjamah makanan mulai dari mempersiapkan, mengolah, menyimpan, mengangkut maupun dalam penyajian makanan. Pengetahuan sikap dan perilakau seorang penjamah mempengaruhi kualitas makanan yang dihasilkan. Penjamah juga dapat berperan sebagai penyebar penyakit, hal ini bias terjadi melalui kontak antara penjamah makanan yang menderita penyakit menular dengan konsumen yang sehta, kontaminasi terhadap makanan oleh penjamah yang membawa kuman. 2. Cara Pengolahan Makanan Persyaratan pengolahan makanan menurut permenkes No. 304PerIX1989 adalah semua kegiatan pengolahan makanan harus dilakukan dengan cara terlindung dari kontak langsung antara penjamah dengan makanan. Perlindungan kontak langsung dengan makanan jadi dilakukan dengan sarung tangan, penjepit makanan, sendok, harpu, dan sejenisnya. Dan setiap tenaga pengolahan makanan pada saat bekerja harus memakai celemek, tutup rambut,sepatu dapur, tidak merokok serta tidak makan mengunyah. 3. Tempat Pengolahan Makanan Tempat pengolahan makanan, dimana makanan diolah sehingga menjadi makanan jadi biasanya disebut dengan dapur, menurut Depkes RI 1994 perlu diperhatikan kebersihan tempat pengolahan tersebut serta tersedianya air bersih yang cukup. Universitas Sumatera Utara 4. Perlengkapan Dalam Pengolahan Makanan Prinsip dasar persyaratan perlengkapan atau peralatan dalam pengolahan makanan adalah aman sebagai alat pengolahan makanan. Aman ditinjau dari bahan yang digunakan dan juga desain perlengkapan.

2.9.5. Penyimpanan Makanan

Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan bersih, terlindung dari debu, bahan kimia, berbahaya, serangga dan hewan lain DepKes,1996. Persyaratan penyimpanan bahan mentah : 1. Penyimpanan bahan mentah harus didalam lemari pendingin dengan mengatur suhu penyimpanan sesuai dengan kenis bahan makanan dan lamanya waktu penyimpanan. 2. Ketebalan bahan padat tidak lebih dari 10 cm 3. Kelembapan penyimpanan dalam ruangan 80 – 90 Persyaratan penyimpanan makanan terolah, diharuskan dalam bentuk kemasan tertutup serta disimpan dalam suhu 10 derajat celcius. Persyaratan penyimpanan bahan jadi, antara lain : 1. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan tikus 2. Makanan cepat busuk disimpan dalam suhu panas 65,6 C atau lebih atau disimpan dalam suhu dingin 4 C atau kurang.

2.9.6. Pengangkutan Makanan

Pengangkutan makanan yang sehat akan sangat berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran makanan. Pencemaran pada makanan masak lebih tinggi Universitas Sumatera Utara resikonya dari pada pencemaran bahan makanan. Oleh karena itu titik berat pengendalian yang perlu diperhatikan adalah pada makanan masak.

2.9.7. Penyajian Makanan

Proses ini merupakan tahap akhir proses pengelolaan makanan. Prinsip penyajian makanan untuk setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah terpisah, dan diusahakan tertututp. Tujuannya agar makanan tidak terkontaminasi silang, bila satu makanan tercemar yang lain dapat di selamatkan, serta memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan pangan.

2.10. Penjamah Makanan

Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai dengan penyajian. Peran makanan, higiene perorangan dan mempunyai kebiasaan bekerja, minat maupun perilaku sehat WHO dan Depkes RI, 2004 . Penjamah makanan sangat penting dan merupakan salah satu faktor dalam penyediaan makanan atau minuman yang memenuhi syarat kesehatan. Personal higine dan perilaku sehat penjamah makanan harus diperhatikan. Seorang penjamah makanan harus beranggapan bahwa sanitasi makanan harus merupakan pandangan hidupnya serta menyadari akan pentingnya sanitasi. Syarat – syarat penjamah makanan Depkes RI,2003 : 1. tidak menderita penyakit mudah menular,misalnya : batuk,pilek,influenza, diare, penyakit perut sejenisnya 2. menutup luka pada luka terbuka atau bisul atau luka lainnya 3. menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian Universitas Sumatera Utara 4. memakai celemek dan tutup kepala 5. mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan 6. menjamah makanan harus memakai alat atau perlengkapan atau dengan alas tangan. Universitas Sumatera Utara

2.11. Kerangka Konsep

Pemeriksaan Laboratorium - Daging anjing mentah - Daging anjing yang dipanggang setengah matangmedium 63°C selama 30 menit - Daging anjing yang dipanggang sampai matangwell done 71°C selama 30 menit Ditemukan Echinococcus granulosus kista hidatid Tidak ditemukan Echinococcus granulosus kista hidatid Sanitasi Pengolahan daging anjing Universitas Sumatera Utara 1 1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dokumen yang terkait

Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan Selayang I Kecamatan Medan Selayang Tahun 2013

4 81 106

Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Babi {Porcina) Di Rumah Makan Babi Panggang Karo Sekitar Padang Bulan-Simpang Selayang Medan Tahun 2005

0 33 57

Pemeriksaan Larva Cacing Pita pada Daging Babi(porcina) di Rumah Makan Pabi Panggang Karo Sekitar Padang Bulan-Simpang Selayang Medan Tahun 2005

1 28 56

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 15

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 2

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 5

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 21

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 2

Sanitasi Pengolahan Dan Pemeriksaan Larva Cacing Pita Pada Daging Anjing Di Rumah Makan Panggang B1 Sekitar Padang Bulan Simpang Selayang Medan Tahun 2013

0 0 2

KUESIONER PENELITIAN Hygiene Sanitasi dan Keluhan Kesehatan Kulit Penghuni Rumah Kost Kelurahan Padang Bulan selayang I Kecamatan Medan Selayang Tahun 2013

0 0 20