sistem . Juga setiap segmen dari cacing ini mempunyai alat reproduksi yang
sempurna Soedarto,1991. Spesies penting yang dapat menimbulkan kelainan pada manusia umumnya
adalah : Diphyllobotrhium latum, Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, E.multilocularis, Taenia saginata dan Taenia solium
Srisasi dkk,2000. Manusia merupakan hospes Cestoda ini dalam bentuk :
1. Cacing dewasa untuk spesies D.latum, T.saginata, H.nana, H.diminuta,
Dipylidium caninum. 2.
Larva, untuk spesies Diphyllobotrhium sp, T.solium, H.nana, E. granulosus, Multiceps
Srisasi dkk, 2000. Infeksi terjadi dengan menelan larva bentuk infektif atau menelan telur. Pada Cestoda
dikenal dua ordo : 1.
Pseudophyllidea dan 2.
Cyclopyllidea.
2.4.1. Klasifikasi Cestoda Pada Manusia
1. Ordo
: Pseudophyllidea Superfamili
: Bothriocephaloidea Famili
: Diphyllobothriidae Genus
: Diphyllobotrhium Spesies
: Diphyllobotrhium latum 2.
Ordo : Cyclophyllidea
Superfamili : Taenioidea
Famili : Taeniidae
Universitas Sumatera Utara
Genus : 1. Taenia ,2. Echinococcus, 3. Multiceps
Spesies : 1.1. Taenia saginta, 1.2. Taenia solium, 2. Echinococcus
Granulosus, 3. Multiceps multiceps 3.
Ordo : Cyclophyllidea
Superfamili : Taenioidea
Famili : Hymenolepididae
Genus : Hymenolepis
Spesies : 1. Hymenolepis nana 2. Hymenolepis diminuta
2.4.2. Echinococcus Granulosus
Nama umum, cacing pita pada anjing adalah Echinococcus granulosus. Terdapat di seluruh dunia terutama didaerah – daerah peternakan sapi dan domba
sehingga terdapat hubungan yang erat antara manusia-herbivora-anjing. Parasit ini lebih banyak di jumpai didaerah beriklim sedang dari pada daerah beriklim tropik
Soedarto,1991. Hippocrates, Aretaeus dan Golden telah mengenal gejala klinik penyakit yang
disebabkan oleh kista hidatid. Pada tahun 1766 Palbes untuk pertama kali menyatakan persamaan hidatid pada manusia dan pada binatang lain. Infeksi kista
hidatid yang pertama dibuat diagnosis pada manusia ialah di Amerika Serikat pada
tahun 1808 Srisasi,2000. Anjing dan karnivora lainnya adalah hospes cacing ini. Manusia dapat
dihinggapi stadium larvanya yang menimbulkan penyakit yang disebut hidatidosis.
Universitas Sumatera Utara
gambar di atas adalah cacing dewasa Echinococcus granulosus
2.4.3. Morfologi Echinococcus granulosus
Cacing ini kecil ukurannya. Panjangnya antara 3 dan 6 milimeter dan hanya terdiri dari skoleks, leher dan strobila yang hanya terdiri dari 3 segmen. Kadang –
kadang terdapat 4 buah segmen. Segmen yang pertama adalah segmen yang imatur, segmen kedua segmen matur dan segmen yang terakhir adalah segmen gravid.
Segmen yang terakhir ini adalah segmen yang terbesar ukurannya dengan panjang dua sampai tiga milimeter dan lebar 0,6 milimeter. Skoleks memiliki 4 alat isap
dengan rostelum yang mempunyai 2 deret kait yang melingkar, lehernya pendek dan lebar.
Telur berbentuk ovoid mirip dengan telur Taenia lainnya, mempunyai ukuran panjang 32-36 mikron dan lebar 25-32 mikron. Telur ini juga mengandung embrio
Universitas Sumatera Utara
heksakan dengan tiga pasang kait. Telur cacing ini infektif dengan manusia, biri- biri, sapi dan herbivora lainnya.
Bentuk larva didapatkan di dalam kista hidatid yang terbentuk di dalam tubuh hospes perantara. Siklus hidup Echinococcus granulosus berlangsung di dalam dua
jenis tubuh tuan rumah. Sebagai hospes defenitif adalah anjing, serigala dan sejenisnya sedangkan manusia, biri- biri, sapi , kuda dan kambing merupakan hospes
perantara. Biri – biri merupakan hospes perantara yang terbaik. Di dalam tubuh hospes perantara ini , larva cacing akan tumbuh dan membentuk kista hidatid.
Telur –telur keluar bersama tinja hospes defenitif misalnya anjing, telur termakan oleh hospes perantara biri-biri dan mamalia pemakan rumput melalui
rumput yang mereka makan sedangkan pada manusia oleh karena kontak yang erat dengan anjing yang dipelihara. Di dalam duodenum , embrio heksakan akan menetas,
kemudian menembus dinding usus dan bersama aliran darah akan terbawa ke hati,
Universitas Sumatera Utara
paru-paru dan kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya. Hati dan paru – paru merupakan organ yang paling sering di temukan embrio cacing ini. Di dalam organ
tubuh tersebut embrio tumbuh menjadi kista hidatid. Dari bagian dalam kista kemudian akan terbentuk brood capsules disertai oleh pembentukan sejumlah
skoleks. Satu kista hidatid yang berasal dari sebuah embrio dapat memiliki ribuan skoleks. Jika kista hidatid yang matang termakan oleh anjing, maka dalam waktu
enam minggu di dalam usus anjing tersebut akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Dengan demikian siklus hidup cacing akan berulang kembali. Pada anjing cacing
dewasa Echinococcus granulosus tidak menimbulkan banyak gangguan meskipun didapatkan dalam jumlah besar di dalam usus. Sedangkan pada manusia larva cacing
akan menimbulkan unilocular hydatid disease Soedarto,1991.
2.5. Gejala klinik akibat kista hidatid