39
Tabel 9 juga menunjukkan bahwa persentase terbesar penduduk Kabupaten Klaten adalah penduduk usia produktif yaitu antara 15
–59 tahun sebesar 62,87 dari total jumlah penduduk, sedangkan penduduk
usia belum produktif dan non produktif sebesar 37,12 dari total jumlah penduduk.
Angka beban tanggungan BDR dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
BDR =
th 64
15 th
65 th
15
x 100
=
397 .
870 010
. 114
087 .
316
x 100 = 49,41
Angka beban tanggungan penduduk di Kabupaten Klaten adalah sebesar 49,41 artinya setiap 100 penduduk usia produktif di Kabupaten
Klaten harus menanggung 49 penduduk usia belum produktif dan non produktif.
3. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan
Jumlah penduduk Kabupaten Klaten yang tergolong cukup besar menyebabkan
banyak timbul
keberagaman dalam
kehidupan masyarakatnya. Salah satunya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan
merupakan salah satu indikator kemajuan masyarakat. Jika penduduk di suatu daerah telah mengenyam pendidikan, maka potensi untuk
pengembangan daerah tersebut besar. Tingkat pendidikan di suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan
keadaan sosial ekonomi serta ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaan penduduk Kabupaten Klaten menurut tingkat pendidikan dapat
dilihat pada Tabel 10 berikut :
40
Tabel 10. Keadaan Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2008
Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa
Persentase Tidakbelum pernah sekolah
161.781 12,44
Tidakbelum tamat SDMI 175.047
13,46 Tamat SD
381.435 29,33
Tamat SLTP 237.990
18,30 Tamat SLTA
126.538 9,73
Tamat SMK 129.269
9,94 Tamat D1
– D2 15.216
1,17 Tamat D3
21.978 1,69
Tamat S1 – S2
51.240 3,94
Jumlah 1.300.494
100,00 Sumber : BPS Kabupaten Klaten 2008
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa mayoritas penduduk di Kabupaten Klaten adalah tamat SD yang mencapai 29,33, kemudian
urutan kedua adalah jumlah penduduk yang tamat SLTP yaitu sebesar 18,30. Sedangkan jumlah penduduk setingkat akademi atau perguruan
tinggi tamat D1-D2, tamat D3 dan tamat S1-S2 yaitu sebesar 6,80, yang mempunyai urutan terakhir diantara tingkat pendidikan yang lain.
Hal ini dipengaruhi oleh tingkat ekonomi penduduk yang berkaitan dengan biaya pendidikan semakin tinggi. Meskipun demikian, dapat dikatakan
bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Klaten cukup baik karena sebagian besar penduduk telah berpendidikan dan banyak yang telah
mengikuti program wajib belajar 9 tahun.
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Masyarakat di Kabupaten Klaten memiliki mata pencaharian yang beragam. Keberagaman tersebut disebabkan antara lain karena perbedaan
latar belakang sosial ekonomi masyarakat, keterampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin dan modal yang tersedia. Keadaan
penduduk Kabupaten Klaten menurut mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :
41
Tabel 11. Keadaan Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Mata Pencaharian Tahun 2008
Mata Pencaharian Jumlah jiwa
Persentase Pertanian
145.514 25,61
Pertambangan galian, listrik, gas air bersih
7.795 1,37
Industri 115.580
20,35 Bangunan
36.702 6,46
Perdagangan 150.080
26,41 Komunikasi
26.037 4,58
Keuangan 4.822
0,85 Jasa
81.660 14,37
Lain-lain -
- Jumlah
568.190 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Klaten 2008 Mata pencaharian penduduk suatu daerah dapat digunakan untuk
mengetahui kesejahteraan penduduknya. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa sebagian penduduk Kabupaten Klaten bermata pencaharian di
bidang perdagangan yaitu dengan persentase 26,41. Sedangkan untuk sektor pertanian, memiliki persentase yang masih cukup besar yaitu
sebesar 25,61. Hal ini karena luas lahan pertanian yang ada digunakan secara produktif untuk tanaman pangan. Jadi selain di bidang perdagangan,
penduduk Kabupaten Klaten sebagian besar juga bermata pencaharian di bidang pertanian tanaman pangan. Semakin banyaknya penduduk yang
bekerja dan berkurangnya pengangguran diharapkan dapat meningkatkan pendapatan per kapita, dengan meningkatnya pendapatan ini akan
meningkatkan daya beli konsumen khususnya untuk bahan pangan, sehingga akan meningkatkan pula permintaan jagung.
C. Keadaan Sarana Perekonomian