jagung akan naik sebesar 0,028 , begitu pula sebaliknya. Keadaan ini menunjukkan bahwa harga jagung merupakan barang normal.
Berpengaruhnya pendapatan perkapita terhadap jumlah jagung yang diminta sangat rasional karena untuk memperolehnya konsumen
memerlukan pengorbanan dengan membelanjakan pendapatannya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudarsono 1991 bahwa
pendapatan merupakan salah satu unsur pokok yang mendukung tenaga beli konsumen.
6. Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil analisis uji-t dapat diketahui bahwa variabel jumlah penduduk berpengaruh nyata dan positif terhadap permintaan
jagung. Hal ini berarti jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Keadaan tersebut dapat
dijelaskan dengan melihat koefisien regresi yang juga merupakan nilai elastisitasnya sebesar 1,336. Nilai elastisitas yang positif menunjukkan
bahwa jika jumlah penduduk naik sebesar 1 maka permintaan jagung akan naik sebesar 1,336 , begitu pula sebaliknya.
Berdasarkan nilai koefisien regresi variabel jumlah penduduk mempunyai nilai koefisien regresi yang paling besar yaitu sebesar 1,336,
variabel jumlah penduduk merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan jagung. Hasil analisis ini dapat dimengerti karena
terdapat keterkaitan yang erat antara jumlah penduduk dengan permintaan jagung. Keterkaitan yang erat ini sesuai dengan sifatnya, dimana jagung
dapat dikonsumsi secara langsung dapat diolah menjadi berbagai macam masakan dan digunakan juga sebagai pakan ternak, sehingga hampir
setiap orang memerlukannya. Gambaran jumlah penduduk di Kabupaten Klaten menunjukkan peningkatan yang terus meningkat dari tahun ke
tahun. Adanya peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan meningkatnya permintaan jagung. Seiring dengan menipisnya cadangan
energi BBM, jagung menjadi alternatif yang penting sebagai bahan baku pembuatan etanol bahan pencampur BBM. Karenanya kebutuhan
terhadap komoditas ini pada masa mendatang diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan.
Untuk memenuhi terjadinya BLUE, maka dilakukan uji asumsi klasik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Uji Multikolinearitas
Multicolinearity test
Kriteria asumsi klasik yang pertama adalah tidak terjadi multikolinearitas. Pada pengujian asumsi klasik yang pertama dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan
pearson correlation
PC. Angka yang tercantum pada tabel
pearson correlation
menunjukkan seberapa besar serius hubungan antara setiap variabel bebas yang dipakai
dalam model. Berdasarkan hasil analisis lampiran 3, angka korelasi yang paling
besar adalah antara variabel harga jagung dan harga beras yaitu sebesar 0,730. Angka korelasi tersebut masih lebih kecil dari 0,8, berarti dalam
penelitian ini tidak terjadi multikolinearitas.
2. Uji Heteroskedastisitas