permintaan jagung mengalami peningkatan rata-rata sebesar 272.242,74 kgtahun atau 0,60 per tahun.
Berdasarkan hasil analisis permintaan jagung di Kabupaten Klaten dipengaruhi oleh banyak faktor, dalam penelitian ini faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan jagung secara bersama-sama adalah harga jagung, harga beras, harga ketela pohon, harga kedelai, pendapatan penduduk dan
jumlah penduduk. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji-F. Hasil uji-F pada taraf kepercayaan 99 menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 18,783 memiliki
nilai signifikansi lebi h kecil dari nilai α = 0,01 P 0,01, yaitu sebesar 0,000.
Berdasarkan hasil uji-t dari tiap-tiap variabel, variabel harga jagung dan jumlah penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di
Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi dari masing-masing variabel tersebut yang lebih kecil dari
nilai α = 0,01 P 0,01. Sedangkan variabel harga ketela pohon dan
pendapatan penduduk berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 95. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai signifikansi dari masing-masing variabel tersebut yang lebih kecil dari nilai
α = 0,05 P 0,05. Variabel harga beras dan harga kedelai tidak berpengaruh nyata pada permintaan jagung di Kabupaten Klaten, yang
ditunjukkan oleh nilai signifikansinya yang lebih besar dari nilai α = 0,01 dan
0,05. Untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut dari masing-masing variabel
bebas yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis regresi dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Harga Jagung
Harga merupakan salah satu faktor utama yang sangat diperhatikan konsumen didalam pengambilan keputusan pembelian suatu barang. Oleh
karena itu, apabila dalam suatu pasar menjual sejenis barang dengan kualitas yang samahampir sama maka orangkonsumen akan cenderung
membeli barang dengan harga yang lebih rendah atau murah, karena dewasa ini perekonomian yang tidak stabil membuat konsumen lebih
memilih membeli barang yang lebih murah dan mempunyai manfaat yang hampir sama dengan barang sejenis.
Berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui bahwa harga jagung berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Hal
ini sesuai dengan hipotesis pertama yang menyatakan bahwa variabel harga jagung berpengaruh terhadap permintaan jagung. Variabel harga
jagung ini merupakan variabel kedua yang berpengaruh terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Hal ini karena jagung selain
untuk konsumsi langsung juga sebagai pakan ternak. Mengingat jagung dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan, sehingga banyak masyarakat
yang membutuhkan jagung. Nilai elastisitas harga jagung -0,193 menunjukkan bahwa permintaan jagung bersifat inelastis, karena nilai
elastisitasnya kurang dari satu. Hal ini berarti jumlah jagung yang diminta berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga
jagung. Nilai elastisitas bertanda negatif menunjukkan bahwa variabel harga jagung memiliki hubungan yang terbalik dengan permintaan jagung.
Jika harga jagung naik 1 maka permintaan jagung akan turun sebesar 0,193, begitu pula sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan
yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi tersebut akan turun.
2. Harga Beras
Berdasarkan analisis uji-t harga beras tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan jagung di Kabupaten Klaten. Hal ini tidak sesuai
dengan hipotesis pertama. Keadaan ini dapat diterima, mengingat beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat dan harga beras di pasaran
selalu dipantau oleh pemerintah BULOG, sehingga terkadang harga yang ada di pasaran bukan harga sebenarnya. Menurut Soekartawi 1993 beras
merupakan barang normal yang selalu mengikuti kaidah hukum permintaan yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga, semakin
berkurang permintaan.
Elastisitas silang dari harga beras adalah 0,078, artinya jika harga beras naik 1 maka permintaan jagung akan turun sebesar 0,078, begitu
pula sebaliknya. Elastisitas harga beras positif menunjukkan bahwa beras merupakan barang subtitusi dari jagung. Hal ini tidak sesuai dengan
hipotesis kedua yang menyatakan bahwa beras sebagai barang komplementer jagung. Keadaan ini dapat diterima, mengingat beras dan
jagung mempunyai kandungan gizi yang hampir sama Tabel 1, sehingga beras dapat dijadikan sebagai barang subtitusi dari jagung, baik untuk
pangan maupun pakan.
3. Harga Ketela Pohon