Perahu Nelayan Unit Penangkapan

47

5.7.2 Perahu

Perahu adalah kapal yang digunakan nelayan untuk menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan, pekerjaan-pekerjaan riset, guidance, training dan kontrol. Perahu juga merupakan salah satu unit penangkapan yang digunakan di atas air sebagai alat transportasi untuk membawa faktor produksi dari daratan sampai daerah tujuan tangkapan ikan fishing ground. Jenis perahu yang digunakan oleh nelayan responden tergolong masih tradisional yaitu perahu yang terbuat dari kayu dan jenis kayu yang digunakan untuk membuat perahu adalah kayu jati Tectona grandis yang memiliki sifat kuat terhadap air laut. Teknologi perikanan tangkap dari segi metode penangkapan terus mengalami perkembangan, perkembangan ini dimulai dari penggunaan mesin untuk menggerakkan perahu. Ukuran perahu dikelompokkan berdasarkan berat kotor perahu yaitu GT Gross ton dengan ukuran kapal 2-5 GT. Mesin merupakan salah satu unit penangkapan dalam perikanan tangkap dan kekuatan mesin 10-25 PK.

5.7.3 Nelayan

Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memegang peranan penting dalam keberhasilan operasi penangkapan ikan. Peranan tersebut didasarkan pada kemampuan nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan alat tangkap serta pengalaman dalam menentukan fishing ground daerah penangkapan ikan. Berdasarkan status kepemilikannya terhadap alat tangkap, nelayan Desa Gebang Mekar dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 48 1. Nelayan pemilik atau juragan, yaitu nelayan yang memiliki sarana produksi dan bertanggung jawab membiayai operasi penangkapan. Nelayan pemilik ini merupakan bakul yang berperan dalam proses pendaratan sampai pada tahap pemasaran. 2. Nelayan buruh, yaitu nelayan yang secara langsung melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan buruh tersebut ada yang memiliki alat tangkap ada juga yang hanya menyediakan tenaga untuk operasi penangkapan buruh ini terdiri dari nelayan yang waktu bekerjanya sebagian besar digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan dan nelayan sambilan yang hanya sebagian kecil waktunya untuk melakukan operasi penangkapan selebihnya digunakan untuk melakukan pekerjaan lain. 5.7.4 Bahan Bakar Solar Bahan bakar perahu yang digunakan oleh nelayan di Desa Gebang Mekar adalah solar untuk menjalankan mesin diesel. Banyaknya jumlah solar yang digunakan mempengaruhi waktu operasi penangkapan. Nelayan jaring kejer merupakan nelayan one day fishing mereka berangkat setelah shalat subuh dan pulang sekitar jam 10-12 siang sehingga bahan bakar yang dibutuhkan kurang lebih 10-15 liter karena jarak tempuh tidak terlalu jauh. Sedangkan untuk nelayan bubu mereka beroperasi lebih lama dan daya jangkau ke daerah penangkapan fishing ground lebih jauh sehingga bahan bakar yang digunakan lebih banyak dibandingkan dengan nelayan rajungan yang menggunakan jaring kejer yaitu sebanyak 100-120 liter. Kapasitas mesin juga berpengaruh terhadap jumlah bahan bakar karena, semakin besar kapasitas mesin maka semakin besar pula jumlah bahan bakar. 49

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Karakteristik Usaha Nelayan Rajungan

Kegiatan usaha penangkapan dimulai dari operasi penangkapan, pemasaran hasil tangkapan, rumah tangga nelayan dan lingkungan ekonomi sosial masyarakat nelayan Charles, 2000. 6.1.1 Operasi Penangkapan Operasi penangkapan nelayan rajungan sangat tergantung pada musim, kondisi alam dan alat tangkap yang digunakan. Alat tangkap rajungan yang terdapat di tempat penelitian dibagi menjadi dua yaitu jaring kejer dan bubu lipat. Sebanyak 85,71 persen nelayan responden menggunakan jaring kejer sehingga secara umum kegiatan penangkapan ikan dilakukan setiap hari. Musim panen rajungan juga mempengaruhi nelayan untuk pergi ke laut, musim panen rajungan yaitu terjadi pada bulan Desember sampai bulan Maret angin barat pada bulan- bulan itu nelayan memperbanyak intensitas untuk menangkap rajungan. Jika musim panen rajungan maka intensitas nelayan pergi melaut akan tinggi sedangkan jika musim paceklik yaitu dimana keadaan laut tidak terdapat rajungan atau rajungan yang didapat sangat sedikit nelayan akan mengurangi jumlah trip untuk melaut. Hal ini dikarenakan jika mereka tetap pergi ke laut nelayan akan mengalami kerugian karena hasil dari tangkapan nelayan tidak menutupi modal operasional yang telah dikeluarkan nelayan. Jika nelayan tidak pergi melaut sebagian besar waktunya akan digunakan untuk memperbaiki jaring rajungan yang rusak dan merawat kapal. Tetapi ada sebagian nelayan yang pergi ke daerah lain atau Jakarta yang sekiranya dapat memberikan hasil. Nelayan