Regresi Linear Berganda TINJAUAN PUSTAKA

18 Perkembangan NTN dapat ditunjukan dalam Indeks Tukar Nelayan INTN. INTN adalah rasio antara indeks total pendapatan terhadap indeks total pengeluaran rumah tangga nelayan selama waktu tertentu. Asumsi dasar dalam penggunaan konsep NTN dan INTN tersebut adalah semua hasil usaha perikanan tangkap dipertukarkan atau diperdagangkan dengan hasil sektor non perikanan tangkap. Barang non perikanan tangkap yang diperoleh dari pertukaran ini dipakai untuk keperluan usaha menangkap ikan, baik untuk proses produksi penangkapan maupun untuk konsumsi keluarga nelayan, karena data yang tersedia tidak memungkinkan untuk memisahkan barang non nelayan yang benar-benar dipertukarkan dengan bahan pangan. Pengeluaran subsisten rumah tangga nelayan dapat diklasifikasikan sebagai : 1. Konsumsi harian makanan dan minuman 2. Konsumsi harian non makanan dan minuman 3. Pendidikan 4. Kesehatan 5. Perumahan 6. Pakaian 7. Rekreasi.

2.9 Regresi Linear Berganda

Regresi berganda multiple regression model dengan asumsi bahwa peubah tak bebas repons Y merupakan fungsi linier dari beberapa peubah bebas X1, X2, ....., Xk dan komponen sisaan e error Juanda, 2009. Model ini sebenarnya merupakan pengembangan model regresi sederhana dengan satu 19 peubah bebas sehingga asumsi mengenai sisaan e, peubah bebas X dan peubah tak-bebas Y juga sama. Metode kuadrat terkecil OLS Ordinary Least Square digunakan untuk mendapatkan koefisien regresi parsial. Metode OLS dilakukan dengan pemilihan parameter yang tidak diketahui sehingga jumlah kuadrat kesalahan pengganggu Residual Sum of Square atau RSS yaitu Σe i minimum terkecil. Pemilihan model ini didasarkan dengan pertimbangan metode ini mempunyai sifat-sifat karakteristik optimal, sederhana dalam perhitungan dan umum digunakan. Menurut Firdaus, 2004 asumsi utama yang mendasari model regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut : 1. Nilai yang diharapkan bersyarat Conditional expcted Value dari εi tergantung pada Xi tertentu adalah nol. 2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi non-autokorelasi artinya dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rata-ratanya tidak menunjukan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif. 3. Varian bersyarat dari ε adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama asumsi homoskedastisitas. 4. Variabel bebas adalah nonstokastik yaitu tetap dalam pengambilan contoh berulang jika stokastik maka didistribusikan secara independent dari gangguan ε. 5. Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan lainnya. 6. Sisaan didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varian yang diberikan oleh asumsi 1 dan 2. 20 Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik best linier unbiased estimator atau BLUE. Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak. 21 III. KERANGKA PEMIKIRAN Pemanfaatan sumberdaya alam merupakan sebuah fenomena yang tidak bisa dihindarkan dan menjadi kebutuhan untuk masyarakat. Pemanfaatan sumberdaya ini akan semakin tidak terkendali dengan semakin berkembangnya teknologi dan konsumsi masyarakat terhadap sumberdaya tersebut. Oleh karena itu pengelolaan sumberdaya merupakan hal yang penting untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya tersebut. Apabila pengelolaan berbasis wawasan lingkungan tidak dilakukan maka akan berdampak pada penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya tersebut. Kabupaten Cirebon adalah salah satu wilayah yang memberikan kontribusi paling besar dari hasil penangkapan ikan di Provinsi Jawa Barat. Jumlah produksi di Kabupaten Cirebon sebesar 19 875 ton Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2009. Rajungan adalah salah satu komoditas perikanan yang terdapat di Kabupaten Cirebon dan merupakan sumberdaya perikanan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, permintaan rajungan dari negara-negara seperti Amerika, Belanda, China dan negara Asia lainnya sangat tinggi. Namun, kendala saat ini adalah rajungan yang ditangkap oleh nelayan akhir-akhir ini telah menunjukan adanya penipisan stok, rajungan semakin sulit didapatkan terutama di sekitar Utara Laut Jawa. Salah satu penyebab penipisan stok rajungan adalah penangkapan rajungan yang belum sampai ke dalam tahap dewasa atau minimal berkembang biak satu kali telah ditangkap oleh nelayan sehingga stok rajungan tidak berada dalam kondisi yang berkelanjutan. Sehingga apabila tidak secepatnya diberlakukan suatu kebijakan untuk melindungi komoditas ini maka stok akan semakin menipis 22 sehingga bisa terjadi deplesi. Sedangkan pemulihan untuk stok deplesi jauh lebih sulit daripada menerapkan kebijakan saat ini. Alat tangkap rajungan yang tidak ramah lingkungan mempengaruhi jumlah populasi rajungan di alam, sehingga penipisan stok tidak bisa dihindari. Hal ini berdampak secara ekonomi dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap semua stakeholder dalam crab fishery. Jumlah rajungan yang semakin berkurang akan menimbulkan persaingan antar nelayan. Salah satu kebijakan yakni minimum legal size dapat digunakan untuk menjaga stok rajungan agar tetap berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi nelayan dalam jangka panjang. Kebijakan minimum legal size berdampak langsung terhadap pendapatan nelayan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan analisis mengenai karakteristik usaha nelayan rajungan saat ini dan identifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan. Apabila kebijakan minimum legal size diterapkan, diduga terdapat dampak terhadap pendapatan nelayan maupun kelayakan usaha nelayan rajungan. Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah memiliki dampak positif dan negatif baik terhadap para stakeholder maupun sumberdaya rajungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukakan kajian mengenai instrumen kebijakan yang sesuai agar keberlanjutan sumberdaya rajungan dapat dicapai. Secara singkat kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. 23 Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran Overfishing , alat tangkap yang tidak ramah lingkungan. Kebijakan berupa minimum legal size untuk menjaga stok rajungan agar tetap berkelanjutan dan memberikan mafaat bagi nelayan rajungan Menganalisis nilai kesejahteraan nelayan saat ini dan apabila kebijakan minimum legal size diterapkan Nilai Tukar Nelayan NTN Instrumen kebijakan yang tepat dalam kebijakan minimum legal size Keberlanjutan sumberdaya rajungan Menganalisis kelayakan usaha nelayan saat ini dan saat penerapan kebijakan Return Cost Ratio dan Cost Benefit Analysis Dampak ekonomi pendapatan nelayan Faktor-faktor yang mempegaruhi pendapatan nelayan Karakteristik usaha nelayan saat ini Analisis Deskriptif Regresi Linear Berganda Sumberdaya perikanan 24

IV. METODOLOGI PENELITIAN