Internal Rate of Return IRR Implikasi Kebijakan

72

b. Net BC

Net Benefit Cost Ratio Net BC menunjukkan manfaat yang diberikan dari proyek ini untuk kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan. Nilai Net BC dihitung berdasarkan nilai arus kas yang telah diperhitungkan nilai perubahannya terhadap waktu. Nilai net BC untuk nelayan jaring kejer sebelum dan setelah kebijakan diperoleh sebesar 1,97 dan 1,49. Sedangkan Net BC untuk bubu lipat 2,07 dan 1,91 yang menunjukkan bahwa usaha nelayan rajungan ini layak untuk dilaksanakan, karena nilai net BC lebih besar dari satu.

c. Internal Rate of Return IRR

Salah satu kriteria untuk menentukan layak atau tidaknya usaha dilaksanakan maka sebagai patokan dasar pembanding adalah tingkat bunga yang berlaku di lembaga keuangan yang ada yaitu ditetapkan sebesar 6,75. Jika nilai IRR lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga bank, maka usaha dinyatakan layak. IRR pada usaha nelayan rajungan jaring kejer sebelum dan setelah kebijakan sebesar 14 persen dan 9 persen dan untuk nelayan bubu lipat sebesar 17 persen dan 15 persen yang berarti bahwa usaha nelayan rajungan untuk dilaksanakan sebelum dan setelah kebijakan namun terjadi penurunan nilai IRR setelah kebijakan. Hasil BCA menunjukkan usaha nelayan rajungan sangat layak untuk dijalankan. Namun, pada kenyataan di lapangan mata pencaharian sebagai nelayan memiliki banyak faktor eksternal seperti cuaca dan tidak menentunya stok rajungan yang ada di laut.

6.8 Implikasi Kebijakan

Permintaan rajungan yang tinggi menyebabkan nelayan menangkap rajungan dalam berbagai ukuran untuk memenuhi permintaan tersebut. Hal ini 73 menyebabkan rajungan yang ditangkap oleh nelayan belum pada tahap maturity atau paling tidak belum berkembang biak sama sekali. Jika kondisi seperti terus berlangsung maka stok rajungan akan terus menurun sehingga akan terjadi krisis pada sumberdaya tersebut. Krisis itu terjadi ketika laju ekstraksi sumberdaya ini telah melebihi kemampuan regenerasinya, akan terjadi perubahan ekosistem yang menyebabkan menurunnya kemampuan produksi di masa mendatang Fauzi, 2005. Sifat sumberdaya perikanan yang dimiliki bersama common property dan kemudian diperburuk dengan rezim yang bersifat akses terbuka open access menyebabkan penerapan kebijakan harus hati-hati karena menyangkut banyak stakeholders . Pengelolaan sumberdaya perikanan ini juga harus didukung oleh semua pihak baik pemerintah, masyarakat, pengusaha dan nelayan. Salah satu kebijakan yang dapat diterapkan adalah minimum legal size yaitu dengan mengendalikan mortalitas penangkapan dengan mengatur rajungan yang ditangkap berdasarkan panjang ukuran karapas rajungan tersebut. Kebijakan minimum legal size berdampak positif untuk pemulihan sumberdaya rajungan yang semakin menipis. Namun, kebijakan ini berdampak negatif untuk nelayan jaring kejer dan bubu lipat. Hasil analisis NTN menunjukkan nilai NTN sebelum dan setelah kebijakan minimum legal size kurang dari nol dan mengalami penurunan. Hal ini menyebabkan kebijakan minimum legal size memiliki dampak negatif terhadap kesejahteraan nelayan, dengan adanya kebijakan tersebut nelayan tidak dapat memenuhi kebutuhan subsistennya sehari-hari. Oleh sebab itu jika kebijakan ini dijalankan harus ada alternatif pendapatan, sehingga kesejahteraan nelayan tidak menurun. Implikasi lainnya adalah apabila discount rate yang diberlakukan lebih tinggi maka 74 kelayakan usaha nelayan rajungan memiliki performa yang kurang baik, sehingga usaha nelayan rajungan memiliki resiko yang tinggi. Ada tiga langkah yang dapat dilakukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan yaitu langkah teknis, pengendalian masukan dan pengendalian keluaran Kusumastanto et al, 2007. Pengendalian input yang dapat dilakukan adalah pelarangan terhadap alat tangkap destruktif seperti jaring arad. Tujuan pelarangan alat tangkap tersebut untuk mengurangi dampak negatif yang diakibatkan oleh alat tangkap tersebut terhadap habitat rajungan. Pengendalian keluaran yang dapat dilakukan adalah misalnya dengan pembatasan kuota penangkapan rajungan atau pembatasan wilayah penangkapan rajungan. Pengelolaan tersebut dapat dilakukan untuk pelestarian sumberdaya perikanan dan kesejahteraan nelayan. 75

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Karakteristik usaha nelayan rajungan yang dapat diidentifikasi adalah dari operasi penangkapan total responden yang menggunakan jaring kejer sebanyak 85,71 persen jadi umumnya nelayan melakukan one day fishing. Pemasaran hasil tangkapan sebanyak 88,57 persen nelayan menjual rajungan hasil tangkapan kepada bakul. Seluruh nelayan melibatkan anggota keluarganya dalam proses penangkapan maupun dalam proses penanganan hasil rajungan. Kondisi lingkungan sosial dan ekonomi nelayan dipengaruhi oleh hidup nelayan yang harus berhadapan dengan alam dan kondisi cuaca di laut yang tidak bersahabat sehingga faktor resiko usaha nelayan yang tinggi. 2. Pendapatan nelayan dipengaruhi oleh jumlah hasil tangkapan, jumlah awak kapal, jumlah trip melaut, pengalaman, jumlah biaya melaut, jumlah alat tangkap dan pendapatan lain. Faktor yang berpengaruh signifikan adalah jumlah hasil tangkapan, pengalaman dan jumlah alat tangkap rajungan. 3. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan NTN besarnya NTN untuk nelayan jaring kejer sebelum kebijakan adalah sebesar 0,69 dan apabila kebijakan diterapkan adalah sebesar 0,65. NTN untuk nelayan bubu lipat sebelum kebijakan adalah sebesar 0,82 dan apabila kebijakan diterapkan adalah sebesar 0,81. Nilai NTN sebelum dan setelah kebijakan menunjukkan nelayan jaring kejer dan bubu lipat tidak dapat memenuhi kebutuhan subsistennya dan penurunan terbesar terjadi pada nelayan jaring kejer.